“Saya tidak menyangka suami saya itu pemboros. Berapapun uang di tangannya sepertinya habis. Apa dia tidak memikirkan masa depan keluarga?” Moms sering mendengar keluhan seperti ini? Moms tidak sendiri. 

Sementara Dads ternyata punya keluhan juga soal keuangan ini: “Hidup itu hanya sekali. Memangnya tidak boleh membeli apa yang kita inginkan. Uangnya ada, kok.”

Bertolak belakang ya pemikirannya… Memang tidak semua pasangan diberkahi untuk kompak dalam soal keuangan. Malah seringkali berlawanan seperti di atas. Repotnya lagi, soal keuangan ini memang jarang menjadi pembicaraan sewaktu pacaran. “Matre banget kayaknya. Belum menikah sudah ribut soal uang,” ini mungkin salah satu alasan Moms. 

Meski demikian, 

Berkomunikasi dengan pasangan

Apakah Moms mengetahui besaran gaji Dads? Apakah Moms tahtidak ada kata terlambat untuk memperbaiki dan menyelaraskan keuangan bersama ini. Masih ada jalan untuk ‘mendamaikan’ perbedaan cara kelola keuangan keluarga. Tiga hal di bawah ini mungkin bisa menjadi solusi.  u besaran uang yang diterima Dads jika mendapatkan pekerjaan sampingan? Dan, apakah Moms sendiri menginformasikan Dads besaran gaji Moms seluruhnya? Ayo, jawab jujur….

Jangan malu, jika Moms dan Dads ternyata tidak bersikap terbuka untuk pemasukan keuangan, seperti gaji. Sebuah survei Fidelity menemukan bahwa sekitar 39% responden ternyata tidak mengetahui gaji pasangannya! Jumlah ini cukup besar. Ini survei di AS.

Bagaimana negara kita yang sering menganggap bahwa seorang istri itu sebaiknya nrimo saja soal pemberian gaji suami? Berapapun pemberian suami -cukup atau tidak cukup- kelola saja. Ini realita yang sering terjadi. Sehingga jika disurvei, mungkin, angka ketidakjujuran soal penghasilan ini jauh lebih tinggi. 

Survei itu juga menunjukkan bahwa banyak pasangan yang memiliki ketidaknyamanan ketika berbicara tentang uang. Kalau pun membicarakannya, Stacey Watson, Head of life event planning di Fidelity investment mengatakan, pembicaraan keuangan keluarga  itu tidak mendalam. Hanya selintas atau hal penting saja. 

Saat membahas uang, Moms dan Dads harusnya jangan menghindar dari topik besar yang mendasari cara pandang terhadap uang dan pengelolaannya. Misalnya ajukan pertanyaan berikut ini: 

Hanya dengan komunikasi terbuka Moms dan Dads dapat membuat kemajuan.

Letakkan semuanya di atas meja

Ini maksudnya: Setelah membahas gambaran besar tentang pola pikir masing-masing soal kelola keuangan keluarga, Moms dan Dads  saatnya untuk membahas keuangan lebih detil.

Moms dan Dads duduk bersama untuk membuat daftar semua sumber pendapatan, biaya pengeluaran tetap dan biaya pengeluaran fleksibel/tentatif. Jangan lupa untuk memasukkan tabungan pensiun dan tabungan darurat sebagai bagian dari pengeluaran yang diperlukan. Masukkan pula investasi, jika memungkinkan.

Saat mencantumkan pendapatan, pastikan untuk memasukkan uang dari semua sumber. Dan ketika membuat anggaran pengeluaran, bersikaplah realistis. Jangan memberikan ruang untuk pengeluaran yang tidak perlu. 

Nah, jika anggaran keluarga sudah dihitung, dan masih ada ruang kebebasan untuk pengeluaran   pribadi yang tidak perlu pertanggungjawabkan, silakan saja dipakai masing-masing. Moms atau Dads boleh saja menikmati hasil kerja keras. Jadi, ada “uang milikmu, uang milikku dan uang milik kita.” 

Stacey menyetujui pentingnya anggaran yang mempertimbangkan kebutuhan dan keinginan kedua pasangan. Membangun rencana keuangan bersama harusnya juga memberi kesempatan yang sama untuk memahami kebutuhan keuangan masing-masing dan bagaimana mencapainya.

Selain itu, ia pun menekankan pentingnya Moms dan Dads itu sama-sama menjadi pengambil keputusan aktif dalam hal keuangan keluarga. Tidak apa-apa mendelegasikan, tapi bukan berarti tidak bisa mengakses larinya uang, atau tidak berpeluang memberikan ‘suara’ soal keuangan keluarga ini.  Jujur dan saling menghargai itu penting dalam kelola keuangan keluarga.

Cari bantuan jika diperlukan

Hal ini perlu dilakukan jika Moms dan Dads mengalami kesulitan untuk menyepakati dasar-dasar kelola keuangan bersama. Seperti soal  anggaran pengeluaran dan pembagiannya, soal rencana tabungan atau investasi. Coba konsultasikan dengan perencana keuangan yang berpengalaman dalam konseling keuangan keluarga.

Seorang perencana keuangan, bisa memberikan ‘pencerahan’ soal kelola keuangan keluarga. Di samping itu juga dapat membantu memilah poin-poin penting untuk dipertimbangkan dalam rencana kelola keuangan keluarga, sekaligus menjadi jembatan komunikasi agar Moms dan Dads mencapai kesepakatan soal pengelolaan keuangan ini.  

^IK