Moms yang lelah setelah proses persalinan yang menguras energi dan pikiran, cenderung  lebih emosional dan sensitif. Hal ini yang menjadi penyebab banyak Moms  mengalami baby blues hingga depresi post partum

Baby blues dan depresi post partum sering dianggap sama, padahal keduanya memiliki makna berbeda. Baby blues umumnya terjadi pada 2-14 hari setelah kelahiran bayi dan depresi post partum adalah kelanjutan dari baby blues yang sudah lebih tinggi tingkatannya. 

Kedua masalah psikis yang terjadi pada Moms pascamelahirkan ini bukan suatu bercandaan atau sesuatu hal yang bisa dianggap sepele. Seringkali kita mendengar atau bahkan mungkin Moms sendiri mengalami, beberapa hari setelah melahirkan Mom menjadi sangat emosional pada anak atau suami, padahal sebelumnya baik-baik saja. 

Banyak faktor penyebab baby blues dan depresi post partum. Selain karena faktor kelelahan ada juga faktor eksternal  yang di masa kini mungkin menjadi penyebab paling besar, yaitu komentar/saran/kritik dari orang lain.  Sebenarnya mungkin saja orang lain tidak memiliki maksud jahat atau sengaja membuat mental ibu nifas ini down atau emosional. Namun, seringkali pemilihan kata dan waktunya kurang tepat. 

Maka dari itu,  yuk hindari beberapa pertanyaan atau komentar di bawah ini untuk menjaga emosi ibu nifas: 

Pertama, dilarang menanyakan atau memberikan komentar perihal proses persalinan, contoh pertanyaan/ komentar seperti "Kok caesar (SC)  sih ? Atau SC bukan lahiran tuh, kamu belum jadi wanita sesungguhnya.” Pertanyaan dan komentar tersebut bisa menyebabkan si ibu menjadi marah, kesal dan tersinggung. Sebenarnya SC atau normal hal yang sama dan lumrah di kehidupan modern ini. 

Kedua, dilarang mengomentari atau menanyakan yang menyangkut dengan dunia per-ASI-an si Ibu. Hubungan ibu dan anak itu sama intimnya seperti hubungan suami istri,  maka masalah apakah ASI atau susu formula itu mutlak hak si ibu. Pertanyaan atau komentar seperti,  "Ih, bayimu rewel tuh, ASI-nya pasti kurang atau Kenapa dikasih susu formula,  kan ASI lebih bagus". Komentar seperti ini dapat mengganggu kenyamanan yang mendengarnya. Setiap ibu di seluruh dunia pasti akan memberikan yang terbaik untuk buah hatinya. Kasih ibu tidak bisa diukur hanya dengan ASI atau susu formula saja. Kita tidak pernah tahu usaha apa yang sudah dilakukan si ibu untuk memberikan ASI pada anaknya tapi tetap tidak bisa. Sebaiknya pertanyaan Jenis ini di hindari ya. 

Ketiga, dilarang melakukan "baby shaming" kalau bahasa gampangnya sih, dilarang mempermalukan bayi. Mungkin orang lain atau beberapa ibu yang lain akan dengan mudah berkomentar "Ih ko bayinya kecil, hidungnya pesek ya, kayak mamanya" dan pertanyaan atau komentar tidak penting lainnya. Si anak ini adalah harta paling berharga ibunya. Bagi seorang ibu, anaknya adalah yang paling tampan atau cantik, pintar dan sehat. Hindari berkomentar ini jika tidak ingin disemprot ya, Moms. 

Keempat, dilarang berkomentar atau memberikan saran terlalu jauh masuk ke dalam yang seharusnya tidak usah dikomentari. Terkadang orangtua di rumah belum update ilmu dan bersikeras menerapkan kebiasaan-kebiasaan lamanya itu  pada cucunya. Meski berniat baik,  namun  itu bisa menimbulkan ketersinggungan bahkan ketegangan di dalam rumah tangga. Pada kondisi ini,  komunikasi sangat penting. Di sinilah dituntut peran suami sebagai penengah. 

Nah, Moms, komentar dan pertanyaan di atas sebaiknya tidak dilontarkan pada ibu yang baru saja melahirkan, ya. Lebih baik lontarkan ucapan yang memberi semangat dan dukungan.