Topik alergi susu sapi selalu menarik untuk dibahas. Siapapun bisa saja mengalami kasus alergi susu sapi, tapi biasanya kasus ini sering ditemui pada bayi, mengingat sistem imunitas pada bayi masih rentan dan belum berkembang secara sempurna.

Reaksi alergi terjadi ketika tubuh seseorang menjadi hipersensitif terhadap paparan zat tertentu (alergen).

Dengan kata lain, sistem imunitas bereaksi berlebihan terhadap suatu unsur atau zat yang dianggap asing oleh tubuh.

Kecenderungan genetik untuk memproduksi jenis antibodi IgE dalam jumlah banyak untuk merespons alergen (disebut atopi), memegang peranan penting dalam perkembangan alergi terhadap makanan. Bila kedua orang tua memiliki atopi yang sama, maka peluang anak mengidap alergi bisa mencapai 72%. Jika kedua orang tua tergolong atopik namun memiliki gejala yang berbeda, peluang anak memiliki alergi adalah 43%. Apabila hanya 1 orang tua yang atopik, maka kemungkinan anak memiliki alergi adalah 20%.

Beberapa alergen yang sering menimbulkan alergi pada anak adalah bulu binatang, makanan laut, kacang-kacangan, debu rumah tangga, telur, dan susu sapi. Untuk alergi susu sapi, sebenarnya setiap orang bisa saja memilikinya. Namun kasus ini lebih banyak ditemui pada bayi, mengingat sistem imunitas pada bayi masih rentan dan belum berkembang secara sempurna.

Sekitar 2 – 7% bayi berusia di bawah 1 tahun memiliki alergi terhadap protein yang terkandung dalam susu sapi. Hal ini tidak mengherankan, karena susu sapi merupakan bahan dasar dari hampir seluruh susu formula yang dikonsumsi bayi. Terlepas dari efek sampingnya yang dapat menimbulkan alergi pada anak, susu sapi sendiri mengandung komponen senyawa yang terbilang lengkap, mulai dari kalori, kalsium, protein, lemak, karbohidrat, fosfor, vitamin A, B1, C, serta air, yang semuanya dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang si Kecil.

Gejala Alergi Susu Sapi
Gejala alergi susu sapi hampir sama dengan gejala alergi makanan lainnya. Ada 3 pola respons alergi susu sapi pada bayi:
Reaksi cepat
Gejala terlihat dalam waktu 45 menit setelah si Kecil minum susu sapi, yaitu muncul bintik merah (menyerupai campak) atau kulit terasa gatal. Bintik merah gatal ini sering juga dikira ruam popok, apabila terjadi di kulit sekitar selangkangan dan paha bayi. Gejala-gejala lainnya adalah gangguan saluran pernapasan yaitu napas berbunyi dan bersin-bersin, gatal pada hidung dan mata, serta mata merah.
Reaksi sedang
Gejala terlihat antara 45 menit hingga 20 jam setelah si Kecil minum susu sapi, umumnya adalah muntah atau diare.
Reaksi lambat
Gejala mulai terlihat lebih dari 20 jam setelah bayi minum susu sapi. Gejala-gejala yang sering timbul adalah sulit buang air besar, diare, dan gangguan pada kulit berupa dermatitis.

Perlu diperhatikan bahwa bayi yang alergi susu sapi biasanya juga cenderung alergi terhadap makanan lainnya. Oleh karena itu, hindari pemberian makanan-makanan yang tergolong alergen seperti telur, kacang-kacangan, makanan laut, atau produk makanan yang bahan utamanya susu sapi seperti mentega dan keju. Namun, bayi yang memiliki alergi susu sapi belum tentu alergi terhadap daging sapi.

Perbedaan Alergi Susu Sapi dan Intoleransi Laktosa

Solusi untuk Alergi Susu Sapi
Dalam kasus alergi, cara menangkal yang paling ampuh adalah pencegahan. Hindarkan dan jauhkan anak dari hal-hal yang menimbulkan alergi. Jika bayi Anda terbukti memiliki alergi susu sapi dan Anda masih menyusuinya, maka sangat dianjurkan bagi Anda untuk membatasi konsumsi susu sapi maupun seluruh produk yang terbuat dari susu sapi, seperti keju, yogurt, es krim, karena protein susu sapi bisa tersalurkan ke bayi melalui ASI Anda. Anda juga bisa beralih dari susu formula berbahan dasar susu sapi ke susu formula berbasis protein kedelai (soya) yang bebas laktosa dan aman untuk bayi. Alergi susu sapi biasanya akan menghilang sebelum anak berusia 3 tahun, meski ada juga yang menetap hingga anak beranjak pra-remaja.