Menjadi seorang ibu adalah tugas mulia. Selain mengurus dan mendidik buah hati hingga ia dewasa kelak, pertama-tama seorang ibu harus menyusui si kecil sejak ia lahir. Di dalam ASI terkandung berbagai nutrisi yang baik untuk si kecil.

Pengalaman selama memberikan ASI ke Shafa benar-benar menakjubkan bagi saya. Seperti saya pernah ceritakan sebelumnya, saya adalah pejuang flat nipple. Dimana pada tahap awal pemberian ASI bukanlah hal mudah. Saya harus menarik puting agar keluar terlebih dahulu dengan bantuan spuit, karena saat itu saya belum mengenal alat penyambung puting untuk para flat atau inverted nipple

Beberapa minggu pertama, si bayi sampai menangis karena harus menunggu saya tarik puting dengan spuit dulu agar putingnya keluar, tidak bisa begitu bayi haus langsung menyusu. Apalagi di 2 minggu pertama kelahirannya, dia langsung mengalami growth spurt, dimana intensitas menyusunya akan lebih sering dan durasinya lebih lama. Benar-benar harus cepat. Belum lagi, spuit harus tetap dalam keadaan bersih. Jadi setiap pakai langsung harus cuci. Benar-benar harus ekstra, dan lumayan stres juga karena kasian mikir si bayi yang menangis karena lama disusui.

Flat nipple bisa diakali dengan terapi bersama si kecil. Terapi yang dimaksud adalah dengan rajin menyusukan bayi secara langsung. Walau agak sulit, tapi memang harus tetap dibiasakan. Bisa dimulai dengan menstimulasi agar si bayi mau menyusu pada puting Moms. Caranya dengan membasahi area areola dengan ASI kita sendiri, dengan begitu bayi akan merasa seolah ASI sudah mulai keluar, dan menyusu bukan hal yang sulit lagi baginya.

Alhamdulillah lama kelamaan mulai keluar sendiri seiring si bayi sering menyusu. Selain itu perbanyak jadwal pumping. Selain untuk menjaga produktivitas ASI, pumping juga berguna sebagai terapi bagi para flat nipple, agar puting terangsang untuk keluar tanpa harus ditarik spuit atau alat penyambung puting lainnya lagi.

Begitulah kisahku saat menyusui Shafa diawal kelahirannya. Semoga bermanfaat.