Apakah Moms pernah merasa, bayi Moms lebih rewel daripada anak lain? Terjaga lebih sering? Menangis lebih histeris? Menuntut kehadiran Moms sepanjang waktu dan sulit berpisah? Menyusu lebih sering dan lebih lama? Sangat peka dengan perubahan suasana dan orang lain? Jika jawaban Moms kebanyakan iya, selamat, kemungkinan besar Moms memiliki seorang anak berkebutuhan tinggi (high-need babies). 

Istilah bayi berkebutuhan tinggi ini pertama kali saya temukan dalam buku karangan dr. William Sears yang berjudul “The Baby Book”. Untuk kemudian penjelasan lengkapnya saya temukan dalam bukunya yang lain yang berjudul “The Fussy Baby Book” atau dalam versi terjemahannya berjudul “Memahami Bayi ‘Rewel’”. Menemukan kedua buku ini adalah oase yang mendinginkan hati saya yang gersang ketika memulai perjalanan sebagai seorang ibu baru yang merasa kewalahan dengan perilaku bayi saya. Alih-alih menyebut bayi-bayi seperti anak saya sebagai bayi yang sulit atau rewel, dr. Sears mengemukakan istilah yang lebih humanis: “berkebutuhan tinggi”. 

Lantas apa itu bayi berkebutuhan tinggi? Bayi berkebutuhan tinggi adalah bayi-bayi dengan temperamen yang sangat menuntut dan dengan tuntutan yang lebih banyak ketimbang bayi-bayi dengan temperamen mudah. Bayi-bayi ini adalah bayi-bayi yang akan menangis lebih nyaring dan lebih melengking ketika kebutuhannya tidak ditanggapi dengan segera. Bayi rewel, dong? Tidak juga. Bayi berkebutuhan tinggi tidak bisa dilabeli secara sederhana dengan “rewel”. Hal ini karena kerewelannya akan berhenti dengan sendirinya ketika kebutuhannya terpenuhi. Kolik, mungkin? Bayi kolik akan terlihat kesakitan, bayi berkebutuhan tinggi tidak. 

Contoh pada anak saya, dia akan tenang selagi dia berada dalam dekapan saya atau ayahnya, tetapi ketika dia ditaruh di kasurnya, ‘nyanyian’ merdunya akan terdengar dengan segera. Karena kenegatifan label “sulit”, “rewel”, dan “kolik” ini tidak tepat disematkan pada bayi mungil yang sangat tahu apa yang dia mau inilah yang mendorong dr. Sears untuk menggunakan istilah “berkebutuhan tinggi”. 

Menemukan definisi “berkebutuhan tinggi” ini memberikan saya lebih banyak energi positif untuk terus berusaha memahami kebutuhan anak saya. Memberikan afirmasi positif bahwa ‘kerewelannya’ bukanlah karena inkompetensi saya dalam mengasuhnya--bukan kesalahan saya. Dia sudah terlahir sebagai bayi berkebutuhan tinggi. Definisi tersebut membantu saya untuk menerima kepribadian uniknya, menghargai keistimewaannya, dan menyadari bahwa tugas saya bukanlah untuk membentuk dan mengontrolnya. Namun, tugas saya dan suami adalah membinanya untuk mencapai versi terbaik dari dirinya sendiri--bukan terbaik dari anak-anak lain. 

Definisi bayi berkebutuhan tinggi juga membantu saya dan suami agar lebih fokus pada kualitas-kualitasnya yang menyenangkan, alih-alih pada kualitasnya yang membuat hidup kami menjadi seperti zombie. 

Jadi, Moms, jangan buru-buru melabeli si kecil sebagai anak yang rewel, mungkin saja dia hanya berkebutuhan tinggi dan membutuhkan pelayanan kelas VIP dari orang tuanya. Seperti yang disampaikan dr. Sears dalam bukunya, bayi-bayi VIP ini punya potensi menjadi seseorang yang besar jika dia menerima pengasuhan yang responsif sedari kecilnya. Kepribadian mereka bukanlah sebuah ‘cacat’, hanya butuh dipahami menggunakan perspektif berbeda.