Begitu si Kecil dilahirkan, ia harus menjalani beberapa skrining untuk memastikan kesehatannya. Skrining ini ada yang wajib  dilakukan sebelum si Kecil dibawa pulang ke rumah dari rumah sakit, tapi ada pula yang dilakukan setelah beberapa si Kecil berusia beberapa minggu. 

Lantas, apakah manfaat skrining ini? Dan, skrining apa saja yang wajib dilakukan? Ikuti penjelasannya.

Antisipasi dini

Skrining atau uji saring pada bayi baru lahir atau neonatal screening adalah pemeriksaan yang dilakukan pada bayi baru lahir untuk mengetahui adanya gangguan sejak awal kelahiran. Dengan melakukan skrining akan bermanfaat bagi si Kecil, seperti: 

Sebagai contoh bila dari hasil skrining pendengaran ternyata pendengaran bayi Kecil Moms memiliki gangguan pendengaran bawaan, maka ia akan segera diintervensi sebelum usia 6 bulan. Intervensi bisa berupa serangkaian pengobatan atau terapi dan pelatihan untuk bayi maupun orang tua sendiri. 

Gangguan pendengaran yang lambat diketahui akan mengakibatkan terjadi gangguan proses bicara, gangguan perkembangan kemampuan berbahasa, gangguan komunikasi, gangguan proses belajar dan perkembangan kepandaian. Nah, bila diketahui sejak lahir dan dilakukan serangkaian terapi sejak lahir itu membuat si Kecil pada usia 3 tahun mempunyai kemampuan berbahasa normal dibandingkan bayi yang baru diintervensi setelah berusia 6 bulan. 

Skrining wajib

Ada berbagai skrining untuk bagi baru lahir. Namun, setidaknya Moms harus melakukan 3 skrining di bawah ini untuk si Kecil yang baru lahir: 

Dilakukan pada usia 0-28 hari

Gangguan pendengaran pada bayi dan anak sulit diketahui sejak awal. Selain itu, terdapat periode kritis perkembangan pendengaran dan bicara (dimulai dalam enam bulan pertama kehidupan dan terus berlanjut sampai si Kecil berusia dua tahun).

Skrining pendengaran bayi baru lahir dilakukan dengan pemeriksaan OAE (otoacoustic emissions). Skrining akan menunjukkan ada atau tidaknya respons terhadap rangsangan dengan intensitas tertentu, meski tidak mengukur seberapa beratnya gangguan pendengaran ataupun membedakan jenis tuli (tuli konduktif atau tuli saraf. Tapi, dengan diketahui gangguan pendengaran sejak dini akan membuat bayi Moms pun lebih dini menjalani terapi dan pelatihan, sehingga perkembangannya tidak kalah dengan anak normal lainnya. 

Dilakukan pada usia usia 2-4 minggu

Skrining harus dilakukan untuk mengetahui dan melakukan pengobatan sesuai dengan kondisi penglihatan. Masalah penglihatan umumnya terjadi pada bayi yang lahir prematur yang disebut retinopathy of prematurity (ROP). Kondisi ini merupakan  salah satu penyebab kebutaan bayi dan anak di dunia, termasuk di Indonesia. 

Skrining ROP terutama harus  dilakukan pada: 

Dilakukan pada usia 48 – 72 jam setelah lahir

Skrining HK untuk mendeteksi adanya hipotiroid bawaan. Hipotiroid adalah kondisi kelenjar tiroid menurun atau tidak dapat berfungsi dengan baik.  Seringkali bayi baru lahir tampak normal dan tidak terlihat sakit atau ada gangguan. Kondisi HK baru dikenali setelah timbul gejala khas setelah anak berumur kurang lebih 1 tahun. Masalahnya, dampak HK ini akibatnya bisa permanen untuk si Kecil. Ia dapat mengalami gangguan pertumbuhan (cebol) dan mengalammi mental terbelakang/ retardasi mental.

Pemeriksaan HK ini memang memakai darah si Kecil. Tapi, hanya sedikit tetes saja, kok.  Darah itu diletakkan atas kertas saring khusus. Setelah darah kering, baru kemudian dilakukan skrining kadar hormon TSH.

Dilakukan pada usia <24 jam setelah lahir

Pemeriksaan ini sederhana saja dengan menggunakan alat pulse oximetry. Dari alat 

ini akan terlihat irama atau detak jantung si Kecil. 

Masih ada beberapa skrining lainnya untuk si Kecil yang baru lahir. Namun, setidaknya Moms harus melakukan skrining di atas agar anak Moms dapat bertumbuh kembang dengan baik. 

^IK