Gejala Covid-19 yang biasanya muncul pada pasien adalah demam tinggi, batuk kering, sakit tenggorokan, dan sesak napas. Namun, beberapa kasus yang didukung oleh penelitian terbaru menemukan bahwa ada gejala lain, yaitu “happy hypoxia” atau “silent hypoxemia.” 

Kadar oksigen rendah

Pada kondisi happy hypoxia, tubuh mengalami kekurangan oksigen yang tidak disadari, alias tidak bergejala. Penelitian yang dipublikasikan di American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine ini melibatkan 16 pasien Covid-19 yang memiliki tingkat oksigen sangat rendah, yaitu 50 persen. Padahal kadar normal oksigen dalam darah adalah 95 hingga 100 persen. Namun, kondisi tersebut tidak membuat pasien sesak napas atau dispnea.

Pada dasarnya, hypoxia and hypoxemia merujuk pada dua keadaan yang sedikit berbeda, Moms. Hypoxemia merupakan kondisi kadar oksigen yang rendah dalam darah, sementara hypoxia merupakan rendahnya kadar oksigen dalam jaringan tubuh. Keduanya dapat terjadi secara bersamaan, karena secara umum hypoxemia memicu terjadinya hypoxia dalam tubuh.

Menurut dokter spesialis anestesi RSUD Dr Soetomo Surabaya, Dr. Christrijogo Sumartono, dr., Sp. An, KAR, seperti yang dikutip dari kumparan, kondisi ini tidak menunjukkan gejala. Setelah melakukan aktivitas berat, baru terasa napas menjadi terengah-engah, hilang kesadaran, pingsan, dan berujung pada kematian. Happy hypoxia juga dapat terjadi pada pasien yang baru dinyatakan sembuh dari Covid-19.

Sindrom gangguan pernapasan akut

Covid-19 pada dasarnya adalah penyakit pernapasan, dan pada kasus yang parah, penyakit ini dapat mengurangi jumlah oksigen yang dapat diserap paru-paru. Selain itu, ditemukan tingkat oksigen sangat rendah dalam darah pada beberapa pasien COVID-19.

Jika kadar oksigen dalam darah terus menurun, organ-organ tidak dapat berfungsi. Selain itu, berdasarkan penelitian yang sama yang dilakukan oleh Dr. Martin J. Tobin, lebih dari setengah pasien Covid-19 memiliki kadar karbondioksida yang rendah, dan dapat berdampak pada kadar oksigen yang juga rendah.

Secara umum, kondisi hypoxemia disebabkan oleh sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS), anemia, asma, pulmonary embolism, penyakit jantung bawaan, COPD, cairan di dalam paru-paru, dan pneumonia. 

Maka, bagi pasien positif Covid-19 perlu dipantau saturasi oksigen menggunakan pulse oximetry yang dipasang di jari. Orang yang sehat memiliki saturasi oksigen di rentang angka 95 – 100, sementara pada pasien Covid-19, saturasi oksigen berada di antara 90 – 93, bahkan sampai 70. Pada kondisi ini, fungsi organ, seperti otak, paru-paru, dan jantung sudah terganggu walau si pasien merasa baik-baik saja.

Saturasi oksigen yang menurun terjadi akibat terganggunya pertukaran oksigen dan karbondioksida. Bahkan, dibutuhkan ventilator untuk pasien yang saturasi oksigennya lebih rendah dari 75. Pendeteksian saturasi oksigen menggunakan pulse oximetry dengan sensor yang mendeteksi oksigen dalam darah berdasarkan jalur infrared yang melewati jari.

Penemuan ini setidaknya dapat memberikan informasi tambahan mengenai gejala Covid-19 sehingga pencegahan virus dapat dilakukan lebih maksimal, Moms.