World Health Day atau Hari Kesehatan Dunia pertama kali diperingati pada 7 April 1950, Moms, tepatnya dua tahun setelah kelahiran World Health Organization (WHO) pada 1948 . 

Hari Kesehatan Dunia diperingati untuk menggugah kesadaran global terkait isu kesehatan global setiap tahunnya. 

Ketimpangan pada akses layanan kesehatan 

Setiap tahun, tema yang diangkat berbeda-beda, Moms. Khusus tahun ini, Hari Kesehatan Dunia mengangkat tema membangun dunia yang lebih adil dan sehat. 

Mengapa isu ini penting? Karena seperti sorotan WHO, akses layanan kesehatan pada masyarakat memang masih timpang. 

“Beberapa orang dapat hidup lebih sehat dan memiliki akses yang lebih baik ke layanan kesehatan dibandingkan yang lain, sepenuhmya karena kondisi di mana mereka lahir, tumbuh, hidup, bekerja, dan menua,” begitu kata WHO dalam rilis di laman resminya. 

Menurut WHO, kondisi ini bisa dicgah dengan peran aktif para pemimpin untuk memastikan bahwa setiap orang memiliki kondisi hidup dan kerja yang kondusif untuk kesehatan yang baik. 

WHO juga mendesak para pemimpin untuk memantau ketidakadilan kesehatan, dan untuk memastikan bahwa semua orang dapat mengakses layanan kesehatan yang berkualitas, kapan dan di mana saja mereka membutuhkannya. 

Di tengah kondisi dunia yang masih bergelut dengan pandemi COVID-19, WHO mengungkapkan bahwa dampak paling parah dari COVID-19 dirasakan oleh komunitas yang sudah rentan, yang lebih terpapar penyakit, cenderung tidak memiliki akses ke layanan perawatan yang berkualitas dan lebih mungkin mengalami konsekuensi yang merugikan, sebagai hasil dari tindakan yang dilakukan untuk mengatasi pandemi.

Karena itu, sebagai upaya untuk membangun dunia yang lebih adil dan sehat, WHO berkomitmen untuk memastikan bahwa setiap orang, di mana pun, dapat mewujudkan hak atas kesehatan yang baik. 

Layanan kesehatan di Indonesia

Layanan kesehatan yang belum optimal juga dialami oleh masyarakat Indonesia, ya Moms. Mengutip founder dan Chairman Center for Healthcare Policy and Reform Studies (Chapters) Indonesia, Luthfi Mardiansyah di Kompas.com, setidaknya ada beberapa kendala yang perlu dibenahi, salah satunya konektivitas.  Kendala ini menjadi penyebab utama sistem kesehatan digital  di Indonesia tidak berkembang, terutama di daerah terpencil. 

Sebagai negara kepulauan, Indonesia juga memiliki tantangan yang tidak ringan dalam hal akses kesehatan, Moms. Karena distribusi kesehatan banyak terkendala karena tidak bisa ditempuh hanya dengan jalur darat. “Apalagi secara bisnis, rumah sakit swasta tidak serta merta ingin membangun cabangnya di tempat terpencil. Inverstasi maunya berinvestasi di daerah-daerah yang punya impact banyak,” ungkap Luthfi. 

Selain itu, tingkat pelayanan rumah sakit di Indonesia juga relatif rendah. Ini tercermin dari kendala masyarakat dalam mendapatkan layanan kesehatan di rumah sakit. Pasien yang menderita penyakit berat diminta menanti pelayanan hingga 1 bulan lamanya di rumah. “Hal-hal seperti ini mesti kita sikapi dengan baik,” ucap Luthfi.