Walau secara statistik angka pasien positif Covid-19 belum juga menurun (bahkan bertambah), rumah sakit rujukan tidak mampu lagi menampung pasien sehingga terpaksa harus menolak pasien, hingga fakta bahwa Indonesia mencatat jumlah terbanyak tenaga medis yang gugur akibat Covid-19. Fenomena yang terjadi saat ini justru tidak mencerminkan kekhawatiran atas kondisi darurat di Indonesia, Moms. 

PCR tidak akurat? 

Kebijakan stay at home mulai melonggar, tak sedikit orang yang mulai keluar dan berkumpul tanpa urusan yang mendesak, juga mulai berangkat liburan, rasanya kurang bijak jika hal tersebut dilakukan, sementara sebagian orang lainnya menahan diri di rumah selama berbulan-bulan agar dirinya, anak, orang tua tidak tertular, dan dengan tujuan jangka panjang, meringankan beban tenaga medis.

Melakukan tes rapid dan PCR menjadi pembelaan utama, hasil negatif menjadi kartu AS untuk melonggarkan protokol kesehatan. Padahal, pemeriksaan rapid test dan PCR tidak 100 persen akurat. Tak sedikit kasus yang “menipu” karena hasil tes pertama, kedua, dan selanjutnya berbeda. Pada tes rapid atau PCR pertama, muncul hasil negatif, dua hari kemudian dilakukan tes ulang dan muncul hasil positif. 

Sebuah tinjauan sistematis terhadap akurasi tes Covid-19 melaporkan hasil “negatif palsu.” Tingkat negatif palsu antara 2 persen dan 29 persen, artinya jika hasil tes Moms negatif, masih ada kemungkinan Moms positif Covid-19 sebesar 2 hingga 29 persen. Rentang kemungkinan ini dipengaruhi oleh teknik, proses, waktu dan lokasi pengambilan sampel.  Artinya, jika hasil tes rapid atau PCR positif, sudah pasti pasien positif Covid-19, sementara jika hasilnya negatif, belum tentu negatif karena masih ada kemungkinan positif Covid-19 hingga 29 persen. 

Hindari negatif palsu

Dalam jurnal, “Interpreting a Covid-19 Test Result” oleh Jessica Watson, dkk, tes rapid dan PCR untuk mengecek kondisi positif Covid-19 memang bermanfaat secara klinis, namun di sisi lain, hasil tes negatif justru perlu ditafsirkan dengan hati-hati dan mempertimbangkan probabilitas penyakit sebelum tes dilakukan. Ini penting untuk menghindari besarnya kemungkinan “negatif palsu” pada hasil tes.

Hal yang sama diungkap oleh handbook Pencegahan dan Pengobatan Covid-19 yang diterbitkan Cina, jika hasil tes rapid dan PCR negatif, sampel harus terus dikumpulkan dan diuji pada hari-hari berikutnya. “Negatif palsu” membawa risiko besar, Moms, karena tidak terdeteksi dan tidak mendapatkan penanganan, serta berisiko mentransmisi virus ke orang lain, seperti petugas kesehatan, tetangga, bahkan keluarga yang rentan.  

Tentu situasi krisis global yang tidak menentu, dan belum ditemukan solusinya membuat semua masyarakat gundah, fisik, psikis, dan ekonomi rentan terganggu, seringkali liburan, jalan-jalan, dan berkumpul dengan teman menjadi pelarian. 

Namun perlu diingat, Moms, bahwa walaupun hasil tes rapid dan PCR negatif, belum tentu kenyataannya demikian. Langkah paling baik adalah tetap konsisten menerapkan protokol kesehatan, seperti menghindari keramaian, menjaga jarak lebih dari dua meter, selalu memakai masker, hingga menahan diri untuk tidak bepergian jika tidak mendesak walau hasil negatif di tangan Moms.