Film King Richard yang disutradarai Reinaldo Marcus Green meraih banyak nominasi Oscar pada tahun 2022 ini. Yakni, Best Original Screenplay, Best Picture, Best Actor, Best Supporting Actress, Best Film Editing, dan Best Original Song.

Akhirnya aktor Will Smith didapuk menjadi pemeran aktor terbaik di ajang festival film paling bergengsi ini. Kemenangan ini sempat dinodai dengan insiden penamparan yang dilakukan Will Smith terhadap comedian Chris Rock. Terlepas dari insiden itu film King Richard sangat layak Moms dan keluarga tonton. 

Film King Richard merupakan biopik dari kegigihan dari Richard Williams (diperankan Will Smith) ayah dari duo petenis dunia kenamaan, Venus Williams (diperankan Saniyya Sidney) dan Serena Williams (diperankan Demi Singleton). Di film Moms akan melihat perjuangan Dads Richard ini untuk membuat kedua putrinya diakui di laga tenis dunia. 

Jangankan bermain tenis, dalam kehidupan sosial pun kaum berkulit hitam, sering diremehkan, bahkan oleh sesama kulit hitam. Apalagi Venus dan Serena sekeluarga berdomisili di Compton, sebuah kota di California yang terkenal sarang bagi gangster, kekerasan dan narkoba. 

Richard Williams mendidik keras kedua putrinya untuk punya bekal dan mental juara. Ia terus melatih, bahkan di tengah hujan, sehingga sempat dilaporkan tetangganya karena dianggap melakukan kekerasan terhadap anak. 

Sepintas, Moms mungkin melihat Dads Richard adalah ayah yang keras dan super disiplin. Tapi, berkat istrinya Oracene (diperankan Aunjanue Ellis) sebagai penengah dan pendamai dalam keluarga,  maka bila  ditonton keseluruhan, Moms akan mendapatkan inspirasi pengasuhan yang penting bagi anak-anak. Ini di antaranya: 

Buat rencana masa depan anak

 

“Saya telah merencanakan masa depan anak, bahkan sebelum dia lahir,” berulang kali Dads Richard mengatakan. Terkesan kaku dan keras ya Moms… tapi ini ada benarnya. Dengan membuat rencana masa depan bagi kelima putrinya, Dads Richard dan Moms Oranece bisa fokus mendidik anak dan mencari pembiayaan bagi mereka. 

Sebagai mantan atlet, Dads Richard dan Moms Oracene memang melihat bakat besar dari Venus dan Serena. Sedangkan untuk ketiga putrinya yang lain, Yetunde, Isha dan Lyendra yang tidak berminat bermain tenis diarahkan menjadi pebisnis, perawat dan pengacara.

Selain melatih kedua putrinya dari pagi hingga sore, Dads Richard juga membuat buklet dan rencana latihan putrinya hingga 78  halaman! Ia tidak patah semangat mencari pelatih dan agensi yang serius dan mau bekerjasama dengannya untuk menangani putrinya. 

Untuk membiayai kehidupan sehari-hari, ia bahu membahu dengan istrinya. Di siang hingga sore ia melatih dan mengawasi kelima putrinya, baru malam bekerja sebagai satpam. Sementara istrinya, bahkan bekerja hingga dua shift sebagai perawat. 

Anak pun harus buat rencana

If You Plan to Fail, You are Planning to Fail”, ini adalah kutipan dari Benjamin Franklin yang selalu ditekankan Dads Richard kepada anak-anaknya. Kutipan ini berarti: jika kamu gagal merencanakan, berarti kamu berencana untuk gagal. 

Filosofi itu ditekankan oleh Dads Richard kepada para putrinya. Itu sebabnya, Venus Williams bersaudara sebelum tidur sudah harus membuat rencana untuk esok hari agar waktu mereka tidak terbuang sia-sia.

Hormat dan sopan kepada orang lain

Di dalam film ini Moms akan melihat bahwa hidup di lingkungan kumuh dan penuh kekerasan, tidak menjadikan kesopanan  hilang. Venus dan saudara-saudaranya dididik untuk berbahasa santun dan  selalu memberikan rasa hormat kepada orang yang lebih tua. Misalnya Pelatihnya Paul Cohen mengatakan agar Venus memanggilnya dengan Paul, itu tidak diizinkan oleh orangtuanya. Ia tetap harus memanggil Mr. Cohen atau Pak Cohen. Harus memanggil orang yang lebih tua dengan panggilan Pak atau Ibu. 

Menang boleh bangga, tapi bukan untuk disombongkan

Saat menonton, Moms mungkin sempat gemas dengan sikap Dads Richard yang keras di tengah kegembiraan atas kemenangan Venus Williams di kejuaraan yunior pertamanya. Baginya, kemenangan boleh dibanggakan, tapi jangan berlebihan. Apalagi disombongkan dan merendahkan pihak yang kalah. Sikap rendah hati itu tetap penting. 

Kompetisi bukan segalanya

Venus dan Serena Williams sudah dibuatkan rencana pelatihan dari lahir hingga mereka besar. Dads Richard pun melatih dengan keras. Saat pertandingan pun Venus dan Serena diajarkan untuk memasang wajah garang. Meski begitu,  saat berlaga di lapangan  Dads Richard menekankan bukan soal menang atau kalah. Tapi adalah bersenang-senang dengan apa yang dilakukan. Kalah atau menang tetap hargai lawan. Katakan: Thank you dan nice to meet you. 

Menegur dengan kasih

Saat hanya Venus yang terpilih dilatih oleh Paul Cohen, Serena tidak bisa menyembunyikan rasa sedih, kesal dan amarahnya. Semua terpancar dari wajahnya. Melihat itu, Dads Richard mengatakan dengan tegas: “Jangan taruh wajah kejam di wajahmu.”

Tegurannya itu agar Serena segera menghentikan ngambek-nya.  Setelah wajah Serena melunak, Dads Richard pun memeluk dan menciumnya. Tanda Dads Richard memahami kekesalan dan kesedihan anaknya. 

Akui jika salah dan percaya kepada anak 

Orang tua bukanlah malaikat. Pasti pernah berbuat salah. Itu pun terjadi pada Dads Richard, saat ia menentang habis-habisan Venus ingin masuk ke laga tenis profesional di usia ke-14. Ia menilai Venus harus menunggu usia 18. Tapi, Moms Oracene mengatakan keinginan Venus tidak bisa dibendung. Venus pun percaya diri untuk melangkah. “Jika tidak memercayai anak, maka anak akan meninggalkan orang tua,” ujar Moms Oracene membuka kekerasan hati Dads Richard.

Dads Richard pun tersadar. Ia lantas menjelaskan alasan dirinya menentang, dan selanjutnya memercayai putrinya untuk bertindak. Sikap ini akhirnya menambah kepercayaan diri Venus. 

Banyak nilai positif lainnya yang bisa Moms tarik dari film King Richard. Jangan lupa mengajak pula Dads dan anak-anak untuk menontonnya. Ini bisa menjadi inspirasi untuk pengasuhan bagi si Kecil saat  ini dan masa depannya. 

^IK