Libur telah tiba! Setelah dua tahun belakangan Moms dan keluarga terkungkung jalan-jalan akibat pandemic COVID-19, kini saatnya untuk bebas berlibur. 

Dalam rangka Lebaran, pemerintah memberikan libur yang sangat panjang. Mulai tanggal 29 April hinga 6 Mei, Moms dan keluarga bisa jalan-jalan.  Pulang kampung alias mudik biasanya menjadi salah satu tujuan utama bagi Moms dan keluarga yang muslim. Bagi Moms yang non-muslim, libur lebaran yang panjang ini juga bisa dimanfaatkan untuk jalan-jalan dan berlibur bersama keluarga. 

“Sebalnya, nih, liburan yang harusnya happy, eh, BAB suka mampet. Ini kan bikin stres, perut juga rasanya begah dan kembung. Makan pun jadi nggak nikmat,” keluh Moms Zenita. “Dan, kalau sudah beberapa hari tidak BAB juga baju rasanya menonjol di bagian perut. Ihhh bikin tidak pede,” lanjutnya

Constipation traveller atau konstipasi/sembelit pelancong memang seringkali terjadi di saat liburan. Keadaan ini membuat Moms susah untuk buang air besar (BAB). Mengapa ini terjadi dan bahayakah? Simak penjelasannya. 

Ada beberapa penyebab seseorang yang sedang melakukan travelling itu kesulitan buang air besar (BAB), di antaranya: 

Konsumsi makanan kurang serat

Sewaktu mudik atau liburan ini harus diakui  memang cenderung makan secara berbeda dari makanan biasanya sehari-hari. Biasanya di waktu perjalanan dan sepanjang liburan godaan untuk makan siap saji tinggi.  Padahal makanan semacam ini kurang serat dan air. 

Ehhmmm … apalagi saat Lebaran. Sayuran dan buah sepertinya menyingkir dari daftar menu makan. Lontong dengan kuah santan yang dipadu dengan rendang, opor dan balado kentang ati, itu menu yang dicari. 

Menurut Jo Cunningham, dietisien dan direktur the Gut Health Clinic, memang banyak makanan yang dimakan para traveller saat bepergian lebih banyak mengandung kalori, lemak, dan natrium. Masalahnya itu semua dapat memperlambat tubuh untuk mencerna.

Berada di zona waktu berbeda

Ini seringkali terjadi bila Moms dan keluarga bepergian ke luar negeri atau ke kota di Indonesia yang berbeda zona waktu.  Perbedaan ini membuat  tubuh menjadi tidak sinkron dengan pola BAB yang biasanya. 

Pengaruh kebiasaan

Mungkin karena manusia itu juga adalah makhluk kebiasaan. Ini membuat terkadang usus bisa 'malu' di lingkungan baru, seperti toilet bentuk berbeda atau suasana baru. Nah, apalagi jika  toilet ini pun milik ramai-ramai atau toiletnya kurang privat dibandingkan toilet di rumah sendiri. 

“Rasa ingin ke belakang itu ada. Tapi, begitu baru mulai BAB terus mendengar suara orang bersileweran di dapur, eh, jadi naik lagi. Di rumah memang toilet di dalam kamar saya sendiri,” ujar Moms Zenita, mengisahkan pengalamannya sulit BAB waktu mudik.  

Tubuh jarang bergerak

Perjalanan jauh, apalagi terjebak kemacetan hingga berjam-jam telah membuat Moms tidak bisa banyak menggerakkan tubuh. Ternyata kurang ini mengacaukan keinginan untuk BAB, dan bisa menyebabkan kembung. 

Kurang cairan

Sudah membayangkan akan di dalam perjalanan selama beberapa jam, seringkali membuat Moms jadi menghindarkan untuk banyak minum kan? 

“Mau, sih, banyak minum, tapi masalahnya situasi di jalan tidak ditebak. Kalau terjebak macet bagaimana? Kalaupun ada rest area, di musim liburan begini, waduhhh, antrian toilet itu panjang, Dan, belum tentu pula tempatnya bersih,” demikian alasan Moms Geni. 

Ada benarnya memang minum air dapat membuat Moms untuk ingin pipis ke belakang yang bisa mengganggu perjalanan. Tapi, kalo minum air benar-benar diiirit, ini bisa membuat BAB Moms pun menjadi keras dan susah untuk dikeluarkan.

Kurang tidur

Gangguan tidur—terutama jika Moms keluarga berlibur atau mudik di zona waktu yang berubah- bisa mengganggu rutinitas tidur, bahkan sulit tidur.  Ternyata, menurut,  kondisi ini juga dapat memengaruhi kemampuan untuk buang air besar secara teratur.

Frekuensi BAB yang normal  dapat berkisar antara tiga kali sehari hingga tiga kali dalam seminggu. Jadi, bila dalam perjalanan liburan ini Moms tidak BAB selama 2 atau 3 hari masih wajar.

Namun, ada beberapa kasus, sembelit dapat menyebabkan wasir atau robekan pada kulit di sekitar anus. Hal ini dapat menyebabkan pendarahan dari rektum atau darah di BAB. Dalam kasus yang lebih parah, konstipasi dapat menyebabkan impaksi, yakni tinja tersangkut di rektum. 

Jika Moms memiliki darah di tinja, atau jika sembelit ini sudah diupayakan sedemikian rupa tetap tidak keluar dengan lancar, lebih baik Moms  hubungi dokter.

Jadi Moms coba cari solusi untuk penyebab BAB mampet  selama liburan di atas. Ini agar liburan Moms  menyenangkan dan BAB pun lancar, sehingga Moms dan keluarga tetap sehat. 

^IK