Pancasila bukan hanya merupakan Dasar Negara negara kita, Indonesia. Pancasila  lahir pada tanggal 1 Juni 1945 ini juga menjadi karekteristik bangsa. 

“Pancasila memiliki enam karakteristik utama, yakni bernalar kritis, kreatif, mandiri, beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, bergotong royong, serta berkebhinnekaan global,” ujar Romo Benny Susetyo, Staf Khusus Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIB) Republik Indonesia. “Memahami nilai-nilai Pancasila itu juga penting bagi anak untuk menghadapi kehidupan sosialnya kelak.”

Memahami Pancasila bukan hanya sekadar menghafalkannya. Moms dan ayahnya perlu menanamkan dan mempraktikkanya dalam kehidupan sehari-hari, dengan cara:

Sila Pertama : Ajarkan mengenal kebaikan Tuhan

Sedari kecil orang tua bisa mengajak anak-anak untuk beribadah bersama. Selain ibadah, Moms membiasakan si Kecil untuk berdoa, seperti doa sebelum dan sesudah makan, doa sebelum tidur dan doa sebelum bepergian. Melalui doa Moms bisa mengajarkan kepada anak bahwa sebagai manusia  harus bersyukur setiap saat

Bagaimana mengenalkan Tuhan yang Esa? Cara sederhana bisa Moms perkenalkan lewat buku cerita tentang  kisah-kisah nabi yang menceritakan kebaikan-kebaikan Tuhan.

Sila Kedua: Menumbuhkan rasa kemanusiaan 

Jangan enggan membawa anak untuk menghadiri arisan keluarga, ulang tahun  nenek kakeknya, sunatan sepupunya atau acara keluarga lainnya. Di lingkungan kerja dan lingkungan rumah Moms juga jangan jadi solitaire. Ajaklah anak ikut menyapa tetangga  atau menjenguk teman yang sakit.

Saling mengenal dan berkumpul bersama sanak saudara, teman atau tetangga bisa menjadi cara untuk menumbuhkan nilai sila kedua kepada anak. Lewat interaksi tersebut anak akan memahami seperti apa perasaan empati dan simpati.

Untuk lebih memahaminya, Moms atau ayahnya dapat pula mencontohkan seperti apa cara menghibur teman yang sedang menangis, menolong saudara yang sedang kesusahan, dan masih banyak hal lainnya. Lambat laun anak akan mengikuti hal tersebut. Akhirnya, ia akan memahami seperti apa nilai sila kedua dalam kehidupan sehari-hari.

Sila Ketiga: Kebersamaan dalam perbedaan

Tak rumit sebenarnya untuk mengajarkan anak makna dari sila ketiga. Sila ini mengajarkan anak untuk mau bertoleransi dan tidak membeda-bedakan teman. Jadi, kenalkan si Kecil dengan teman-teman dari beragam suku dan daerah. Katakan kepadanya bahwa Indonesia terdiri dari ribuan pulau, sehingga wajar bila ia mempunya teman berbeda ras, budaya dan agama.

Selain itu, Moms ajarkan juga kepada anak tentang kebersamaan, seperti makan bersama dan saling berbagi dengan teman-temannya. Selain membuat mereka senang dan bahagia, hal tersebut memberikan anak makna penting mengenai kebersamaan.

Sila Keempat: Ungkapkan pendapat dengan berdiskusi bersama

Setiap manusia mempunyai hak dan kebebasan untuk mengutarakan pendapatan dan menentukan keinginannya. Cara sederhana untuk menanamkan nilai sila keempat ini adalah dengan membiasakan menanyakan pendapat anak tentang setiap hal yang ingin  Moms lakukan bersamanya. Misalnya, tanyakan kepada anak menu makan malam nanti, dan mendiskusikannya bersama untuk menentukan pilihan. 

Moms dan ayahnya juga bisa memberikan kebebasan kepada anak, untuk memilih pakaian yang dia kenakan atau mainan yang ingin ia mainkan. Jika pilihannya kurang pas di mata Moms, berikan pendapat (tapi bukan kritik ya apalagi hinaan) dan berikan alternatif yang mungkin anak sukai juga. 

Dengan menerapkan dua contoh di atas, niscaya kelak anak akan memahami maksud dan diperlukannya musyawarah, sekaligus belajar mendengarkan pendapat orang lain dalam kehidupannya.

Sila Kelima: Berbagi dengan orang Lain

Ada cara mudah bagi orang tua untuk mengajarkan nilai keadilan ini kepada anak. Ajarkan anak  untuk selalu berbagi mainan atau makanan dengan saudara atau temannya.

Tak hanya itu, ajarkan juga pada anak untuk bersikap adil kepada saudara dan teman-temannya tanpa membeda-bedakan, sehingga anak bisa membiasakan diri bersikap adil dalam segala hal.