Belakangan ini bertebaran di berita tentang Tes Covid-19. Ada rapid test lalu ada juga swab test. Sebenarnya tes apa sih, itu? Apakah kita bisa langsung ikutan tes jika merasa tidak enak badan, kalau iya bagaimana caranya?

Beberapa waktu lalu, pemerintah mendatangkan 150 ribu alat rapid test untuk mendeteksi virus Covid-19 di tubuh. Sebelumnya, pengecekan virus dilakukan melalui swab test atau Polymerase Chain Reaction (PCR) yang membutuhkan waktu empat jam hingga tujuh hari untuk mengetahui hasilnya. Sementara dengan rapid test, hasilnya dapat diketahui dalam hitungan menit. Kok bisa beda ya, Moms? Yuk, kita bahas satu-satu.

Apakah kita bisa langsung tahu hasil akhirnya setelah tes?

Salah kaprah jika menganggap rapid test dapat mendiagnosis seseorang positif atau negatif Corona. Rapid test adalah metode screening yang mendeteksi antibodi, yaitu IgM dan IgG, yang diproduksi oleh tubuh untuk melawan virus Corona. Antibodi ini akan dibentuk oleh tubuh bila ada paparan virus Corona. Jika seseorang dinyatakan memiliki antibodi ini, tetap perlu dilakukan test PCR untuk mengonfirmasi diagnosis tersebut. Swab test inilah yang berfungsi sebagai standar diagnostik COVID-19 yang dianjurkan World Health Organization (WHO).

Bagaimana metode tesnya?

Pada rapid test, sampel darah dari ujung jari dicek menggunakan alat rapid test yang mirip alat tes kehamilan. Hasilnya muncul dalam 10-15 menit berupa garis pada alat tersebut. Sementara, pada swab test, sampel berupa spesimen dari tenggorokan, mulut, atau hidung. Sampel tersebut akan melalui serangkaian tes PCR.

Dimana bisa tes?

Rangkaian tes PCR ini hanya bisa dilakukan di laboratorium berstandar Biosafety Level (BSL) 2, di Indonesia hanya ada 12 laboratorium yang dirujuk Kementerian Kesehatan, karena itulah bagi orang di luar kota, hasil tes COVID-19 ini baru dapat diketahui dalam beberapa hari karena harus melewati proses pengiriman. Sementara, rapid test bisa dilakukan di klinik kesehatan yang menyediakan alatnya.

Tes mana yang lebih akurat?

Nah, Moms, keakuratan kedua tes ini tentunya sangat berbeda ya. Pengecekan sampel melalui rapid test berisiko tinggi menghasilkan false negative, artinya seseorang yang terdeteksi negatif, bisa saja sebenarnya telah terjangkit COVID-19 namun antibodinya belum terbentuk. Pembentukan antibodi setidaknya membutuhkan waktu tujuh hari sejak terinfeksi. Maka, untuk menghindarinya, perlu dilakukan pengecekan ulang 7-10 hari setelah tes bagi yang hasil rapid tesnya negatif.

Walau begitu, bukan berarti salah satu metode lebih baik dari yang lain ya, Moms. Keduanya dilakukan secara paralel. Rapid test dilakukan untuk mempercepat pelacakan kasus positif, sedangkan swab test atau PCR berfungsi sebagai diagnosis akhir seseorang dinyatakan positif atau negatif COVID-19.