Rasa percaya diri merupakan bekal penting yang diperlukan anak agar ia kelak bisa mencetak prestasi di berbagai bidang, tumbuh menjadi orang dewasa yang tangguh, dan mampu menjalin hubungan sosial yang sehat dengan orang-orang di sekitarnya. 

Sayangnya, meski berharap agar sang buah hati memiliki rasa percaya diri yang tinggi, orang tua terkadang melakukan kesalahan pola asuh yang tanpa disadari justru melukai kepercayaan anak pada dirinya sendiri. Kenali beberapa di antaranya agar Moms dan Dads tidak salah langkah.

Membandingkan si Kecil dengan anak lain

Dengan tujuan membangun motivasi dan membangkitkan jiwa kompetisi, terkadang orang tua membandingkan pencapaian anak dengan saudaranya ataupun dengan anak orang lain. Tanpa disadari, hal ini justru seringkali berbalik menjadi “senjata makan tuan”. Perbandingan justru bisa membuat anak merasa dirinya tidak berharga. Alih-alih termotivasi, si Kecil justru bisa patah hati karena merasa diremehkan oleh orang tuanya, Moms.

Kurang mendukung minat anak

Meski memiliki minat yang berbeda dengan orang tua dan anak-anak kebanyakan, Moms dan Dads hendaknya memberikan dorongan yang cukup kepada si Kecil untuk menekuni hal-hal yang menjadi minatnya. Jika tidak mendapatkan dukungan yang diharapkan, psikolog Bruce Narramore dan Clyde Narramore menyatakan bahwa anak berisiko tumbuh dengan anggapan bahwa dirinya tidak cukup berbakat dan hal yang disukainya tidak dianggap berharga oleh orang tuanya.

Kritik berlebihan

Setiap orang tua pasti ingin agar anaknya menjadi yang terbaik. Tapi tak kalah penting, orang tua juga perlu menahan diri untuk tidak melontarkan kritik berlebihan pada berbagai hal yang dilakukan anak—misalnya mengkritik tulisan tangannya kurang rapi, gambarnya kurang bagus, atau hapalannya ada yang meleset. “Hujan” kritik justru menguatkan pesan negatif yang diterima anak tentang dirinya sendiri. Alih-alih mengkritik, sering-seringlah memuji usaha anak, memberi dorongan agar ia tak lekas menyerah, dan biarkan si Kecil berkembang sesuai kemampuan dan waktunya sendiri.

Harapan yang tidak realistis

Setiap orang perlu memiliki tujuan dalam hidupnya, tak terkecuali anak-anak. Pakar pendidikan juga menyatakan bahwa setiap kali berhasil mencapai tujuan, anak akan mendapatkan tambahan suntikan rasa percaya diri. Tapi hal sebaliknya akan terjadi apabila anak dipaksa untuk memenuhi harapan yang tidak realistis, Moms. Alih-alih tambah pede, rasa percaya diri anak bisa terkikis habis karena seumur hidupnya harus berjuang memenuhi harapan orang tua yang tidak realistis. 

Melindungi anak secara berlebihan

Tak ada orang tua yang ingin melihat anaknya mengalami masalah. Tapi dalam batasan tertentu, orang tua juga perlu mengendurkan perlindungan pada diri anak dan membiarkan si Kecil belajar menyelesaikan masalahnya sendiri. Sesekali, anak perlu mengalami perasaan sedih, takut, ataupun kecewa agar ia bisa belajar untuk bangkit dari keterpurukan dan mengatasi masalah serupa di masa depan. Perlindungan berlebihan justru bisa menghambat kemandirian anak dan membuat si Kecil tidak percaya pada kemampuannya sendiri sehingga harus selalu meminta bantuan dari orang tua.

Membiasakan anak untuk menyalahkan keadaan

Mengatakan hal-hal seperti “Kita tidak bisa pergi jauh-jauh karena tidak punya kendaraan,” atau “Kamu tidak bisa sekolah di luar negeri karena keluarga kita bukan orang mampu,” akan menguatkan pesan di dalam benak si Kecil bahwa ada banyak hal di dunia ini yang berada di luar kemampuannya. Alih-alih memadamkan impian anak, Moms bisa mengajak anak mengembangkan pikiran positif, mencari jalan keluar atau suatu masalah, dan bekerja keras untuk mewujudkannya.

Memberikan label negatif pada diri anak

Memanggil anak dengan nama julukan seperti “si manja”, “anak pemalas”, atau pun “si sumbu pendek” akan mengakibatkan anak tumbuh dengan mempercayai label negatif dari orang tuanya. Ia tidak akan berusaha memperbaiki kekurangan yang dimiliki dan tanpa disadari justru akan berusaha memenuhi berbagai anggapan negatif sesuai label yang diberikan pada dirinya.

Cinta bersyarat

Memberikan pujian, ungkapan sayang, dan perlakuan manis kepada anak hanya ketika ia berhasil meraih prestasi tertentu akan mengirimkan pesan keliru bahwa si Kecil hanya akan disayangi ketika ia melakukan hal-hal yang membanggakan. Tindakan ini bisa mengakibatkan anak tumbuh menjadi orang yang terus-menerus mencari pengakuan dari orang lain dan menggantungkan nilai dirinya pada pendapat orang lain. Bukan hanya mencederai rasa percaya diri si Kecil, hal ini juga bisa meningkatkan risiko anak menjadi korban predator seksual di kemudian hari, Moms.

^IK