Setelah generasi millennial, kini muncul istilah strawberry generation atau generasi stroberi banyak digaungkan untuk anak-anak di bawah generasi milenial. Menurut Prof. Rhenald Kasali dalam bukunya “Strawberry Generation”, generasi ini dinilainya penuh dengan gagasan kreatif, tetapi mudah menyerah dan gampang sakit hati.

Dari berbagai laman sosial media, Moms bisa melihat begitu banyak gagasan- gagasan kreatif yang dilahirkan oleh anak-anak muda, Tapi, Moms juga bisa melihat cuitan keresahan hati dan jiwa mereka pun tak kalah banyak. Keresahan yang menggambarkan kerapuhan jiwa saat menghadapi tekanan sosial.

Stroberi menjadi penggambaran generasi ini. Buah ini tampak cantik dan eksotis, tapi mudah sekali rusak saat mendapatkan tekanan sedikit saja. Di dalam pekerjaan, generasi ini digambarkan bisa  tiba-tiba menghilang  atau berhenti dari pekerjaannya hingga menuntut sesuatu seolah-olah dunia berhutang atas apa yang mereka inginkan.

Moms generasi stoberi ini mungkin seumuran keponakan Moms. Usia mendekati 20an hingga pertengahan 20an. Bukan usia si Kecil tentunya. Meski demikian Moms sebagai orang tua bisa belajar dari pertumbuhan generasi ini. Generasi ini tidak tumbuh dengan sendirinya. Ada keterlibatan pendidikan dan pengasuhan orang tua. Nah, di sinilah Moms perlu belajar cara pengasuhan seperti apa yang perlu dihindari agar si Kecil tidak tumbuh dengan ‘mewarisi’ sisi negatif dari ,kakak-kakaknya, yang merupakan generasi stroberi. Ini pengasuhan yang perlu dihindari itu: 

 

Mengabulkan apa pun yang diinginkan anak

 

Entah Moms mengalami atau tidak. Di masa lalu, meski menangis bahkan pakai aksi mogok di toko mainan, orang tua tidak peduli atas permintaan anaknya untuk dibelikan mainan. Saat ini cukup hanya mengucapkan permintaan sekali, Moms atau Dads bisa langsung menuruti keinginan si Kecil. 

Hati-hati, Moms. Inilah yang membuat si Kecil kelak hanya akan meminta hal-hal yang diinginkan. Dan jika tidak mendapatkannya, dia akan marah. Tak perduli itu rekan senior atau atasannya sekali pun. 

 

Selalu bantu anak dengan cara apa pun

 

Ya, mungkin terlihat seperti orang tua yang baik. Tetapi jika  Moms selalu atau seringkali menolong si Kecil, maka dia akan lupa apa artinya ketika seseorang menolak untuk membantunya. Inilah salah satu penyebab generasi stroberi sekarang ini lebih banyak memedulikan, bahkan menuntut hak-haknya dengan kuat. 

 

Membiarkan anak hidup di internet

 

Bagian yang terbaik (untuk orang tua) adalah bahwa anak-anak tidak akan tersesat seperti dia selalu di internet. Bagian terburuk (kenyataan) adalah bahwa anak-anak akan benar-benar disesatkan oleh internet.

 

Menolak untuk menghukum anak

 

Moms yang bukan generasi stroberi mungkin selalu mengatakan ini: Saya ingat betapa menyakitkannya pukulan atau kemarahan orang tua. Bukan hanya sekali, tapi bisa jadi beberapa kali. Moms tidak mau si Kecil mengalaminya. Itu tekad yang bagus. Tapi, bukan berarti tidak boleh menghukum (baca: mendisiplinkan) si Kecil. Ini tetap penting, agar dia tahu hal-hal yang salah dan ada konsekuensi atas perbuatan yang salah.

 

Menolak orang lain menghukum anaknya

 

Guru di masa lalu disegani. Bukan hanya oleh siswanya, melainkan juga orang tuanya. Sekarang kebalikannya.   Guru saat ini tidak berani menghukum siswanya, karena orang tuanya akan mengeluh, bukan hanya ke pihak sekolah, bahkan ke pihak lain. Hal ini bisa menyebabkan anak berpikir bahwa bisa ia lolos begitu saja atas tekanan atau masalah. Karena orang tua akan memback-up.

 

Memperlakukan anak seperti pangeran atau putri

 

Anak adalah buah hati, permata hati. Tapi, tak seharusnya memperlakukan si Kecil seperti putri atau pangeran yang menjadi anak emas dan selalu disanjung. Ketika anak selalu hanya menerima sanjungan dan pujian, ia akan memiliki harapan orang lain pun akan memperlakukan dirinya seperti itu. Bila kenyataan tak sesuai harapan, nahhh inilah yang membuat si Kecil mudah remuk hatinya, rapuh seperti stroberi.

 

Tidak membaca buku tentang parenting

 

Ternyata ya Moms… para orang tua generasi stroberi ini jarang membaca tentang parenting alias pengasuhan anak. Mereka percaya bahwa mereka tahu apa yang mereka lakukan. Pede yaa… sayangnya terkadang kepercayaan diri yang tinggi itu justru membuat jalan kaca mata kudah untuk pola pengasuhan yang salah. 

 

Money is not problem!  

 

Karena uang adalah cinta, kan? Orang tua para generasi stroberi ini royal untuk urusan duit bagi anaknya. Itu sebabnya bila diperhatikan banyak bisnis baru yang dimulai oleh orang-orang muda yang tampaknya tidak menghasilkan uang, tetapi memiliki kantor atau tempat usaha yang mewah. Karena arus kas bukan dari pelanggan, melainkan dari orang tua mereka.

 

Berikan yang terbaik untuk anak

 

Tentu saja semua orang tua menginginkan itu. Dan, memberikan yang terbaik terdengar seperti "mengasuh anak yang baik" bukan? Lantas apa salahnya dari perilaku memberikan yang terbaik dari orang tua generasi stroberi ini? 

Jawabannya terletak dari kata kunci "memberi". Kata ini membuat anak hanya sebagai penerima. Pasif. Si Kecil akan menerima begitu saja. Kelak dia akan mengharapkan semua orang untuk "memberi" juga. Begitu tidak diberi, yuk… hengkang saja, deh, dari pekerjaan maupun hubungan sosial. 

Genarasi stroberi tidak sepenuhnya negatif. Ada juga nilai positif dari generasi ini. Salah satunya generasi stroberi itu suka tantangan. Dia tidak menginginkan hal yang biasa saja, sehingga daya kreatif pun timbul. Jadi cobalah lepaskan si Kecil dari kemungkinan sisi negatif generasi stroberi itu dengan menghindari pola asuh di atas ya Moms... 

^IK