Moms, sebagai orang tua, tentunya memiliki kekhawatiran yang cukup besar terhadap si Kecil. Tidak heran, jika Moms selalu berada di sekitar si Kecil, dari soal tidur, makan sampai bermain. Akibatnya, si Kecil menjadi ketergantungan pada Moms. 

Menyenangkan dan membanggakan memang jika si Kecil hobi menggeledot manja kepada Moms. Menjadikan ‘Moms’ sebagai sahabat terbaiknya. Masalahnya, kehidupan Moms sendiri tidak bisa hanya berputar hanya urusan anak saja. Ada hal-hal lain yang harus dilakukan, baik pekerjaan rumah tangga maupun pekerjaan bagi Moms mencari nafkah. 

Moms ingin si Kecil perlu bisa bermain mandiri. Paling tidak untuk satu atau dua jam saja agar memberikan Moms kesempatan fokus mengerjakan hal lain. Egoiskah bila orang tua memiliki keinginan ini?

Bermain sendiri dan kreativitas

Moms, jangan merasa diri Moms itu egois jika menginginkan si Kecil selama beberapa waktu dalam sehari bisa mandiri bermain. Orang tua memang memiliki kesibukan sendiri juga. Jadi, mengajarkan balita untuk bisa bermain atau menghibur dirinya sendiri, ya tidak apa-apa Moms…

Anak bisa bermain secara mandiri itu bukan hanya penyelamat ‘kewarasan’ yang penting bagi orang tua yang sibuk, tetapi juga akan membantu si kecil membangun kreativitas dan keterampilan berpikir kritisnya, Moms.

Terlalu ikut campur mengajak dan mengajarkan anak cara bermain terlalu sering juga tidak baik untuk perkembangan kreativitas anak. Kreativitas adalah hasil dari eksplorasi, penggunaan sesuatu dengan cara baru. Jadi jika si Kecil terbiasa ‘disuapi’ bahkan untuk urusan bermain, ini bisa mengggangu daya kreatifnya. 

Membiarkan anak-anak mengambil alih-alih hiburan mereka sendiri juga memberi mereka kesempatan yang sangat dibutuhkan untuk bermain-main sendiri. Penelitian terbaru mendukung nilai dari pendekatan ini. Seperti satu studi dari Massachusetts Institute of Technology menemukan bahwa anak-anak lebih mungkin untuk mengetahui kejutan menyenangkan dari sebuah mainan atau permainan ketika dibiarkan memainkanya terlebih dulu,  daripada jika seorang guru mengawali menunjukkan kepada mereka bagaimana menggunakannya. Atau, mereka mendengar seorang guru mengajar anak lain cara menggunakannya.

Kapan anak bisa bermain sendiri?

“Saya enggak tega atau lebih tepatnya  khawatir sih, jika anak dibiarkan main sendiri, nanti lama-lama dia jadi terbiasa. Nah,  malah malas bermain dengan saya. Atau, saat bermain itu terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, misalnya tangannya terjepit atau ia jatuh,” ujar Moms Widiati, galau. 

Mendorong si Kecil bermain sendiri tampaknya seperti mengindikasikan Moms kejam atau tidak sayang anak. Karena, naluri Moms mengatakan seorang ibu itu harusnya memperhatikan setiap gerakan anaknya. Benarkah Moms kejam? Husss… buang pikiran seperti ini ya Moms…

Tahukah Moms, membiarkan atau mengajarkan anak main sendiri, tidak berarti menjadikan si Kecil terus bermain sendiri sepanjang waktu atau ia main sendirian di sebuah ruangan. Tentunya Moms tidak boleh membiarkan si Kecil bermain sendiri jika di area luar rumah, seperti taman bermain atau area playground di mal, tanpa pengawasan. 

Lantas usia berapa si Kecil sebaiknya dibiarkan bermain sendiri? Si Kecil yang berusia 12 bulan mungkin hanya bisa bermain sendiri selama lima hingga delapan menit, anak berusia 30 bulan mungkin mampu bermain mandiri hingga sepuluh menit. Waktu ini akan bertahap bertambah sesuai usianya, dan tentunya keasyikan ia bermain. Nah, di waktu si Kecil bisa berkonsetrasi sendiri untuk bermain ini, coba Moms melakukan  urusan Moms. 

Yah… hanya beberapa menit, keluh Moms. 

Sabar Moms… Enjoy saja … nikmati kebahagian masa-masa si Kecil yang masih menjadikan Moms sebagai sahabat terbaiknya. Ini masa yang tidak akan terulang lagi. Tetaplah jadikan diri Moms sahabat si Kecil, sambil pelan-pelan menjalankan strategi ia bisa bermain mandiri.  

^IK