Ada masanya memang anak itu menjadi nakal. Semua perkataan orang tua tidak didengarkan, tak jarang juga dibantah. Sekejap saja Moms lengah, ia mulai bertingkah. Memainkan air dispenser, buka tutup kran air, atau memainkan remote TV. 

Menghadapi tingkah anak yang bandel, pada satu titik bisa jadi membuat orang tua tak tahan. “Sudah diperingati berkali-kali, diberitahu berkali-kali, bahkan sudah diberi sangsi, tetap saja bandel. Akhirnya, terpaksa saya pukul. Kasihan sebenarnya. Tapi… cuma itu yang membuatnya berhenti bertingkah. Saya orang tua yang jahat ya…?” ujar Moms Hera, malu dan menyesal. 

Moms bila Moms pernah terpicu amarah sehingga memukul, bukan berarti Moms merupakan orang tua yang jahat. Namun, memukul memiliki  efek negatif pada anak. Ini penjelasannya.

Memukul itu disiplin efektif?

Hampir setiap ahli menyetujui bahwa memukul bukanlah bentuk disiplin yang efektif. Studi psikologis yang tak terhitung jumlahnya juga mendukungnya. Di AS, pemukulan anak sangat ditentang, karena tidak efektif dalam jangka panjang, dapat melukai harga diri anak, dan dapat menyebabkan kerusakan fisik

Sebuah survei tahun 2016 dari American Academy of Pediatrics (AAP)  menemukan bahwa sebagian besar dokter anak Amerika juga menentang hukuman fisik. Dari 787 dokter anak yang disurvei, hanya 6 persen memperbolehkan sesekali memukul untuk mendisiplinkan anak. 

Mengapa memukul sangat tidak efektif? Karena pemukulan itu tidak mengubah perilaku si Kecil. Mungkin Moms melihatnya berubah setelah dipukul. Tapi, itu menekan tindakan negatif untuk jangka pendek. Anak berhenti berbuat nakal setelah dipukul itu hanya karena efek kejutan saja, Moms. Tapi pemukulan tidak mengajarkan anak apa pun untuk apa yang harus ia lakukan. 

Dengan kata lain, dengan pemukulan itu membuat si Kecil tidak akan fokus pada kesalahan yang ia lakukan. Ia hanya akan fokus pada rasa sakit akibat pukulan. Ia lantas berhenti sesaat. Tapi, di hari atau minggu berikutnya ia bisa jadi akan memulai kembali ulahnya bertingkah. 

Efek negatif dari memukul anak

“Saya memukul anak kalau sudah tingkahnya keterlaluan saja. Tidak sering,” Moms mungkin berkilah. Ternyata, baik Moms itu sering atau jarang memukul ternyata sama-sama memiliki dampak merugikan untuk psikologis, emosional, dan perilaku si Kecil. Berikut adalah beberapa efek negatifnya berdasarkan studi dan penelitian tentang memukul anak: 

Memukul si Kecil di saat Moms merasa  frustrasi dengan perilakunya itu mengirimkan pesan kepada si Kecil bahwa: "Jika merasa frustrasi, kamu bisa menyerang siapa pun yang membuatmu marah." 

Itu sebabnya anak yang dipukul oleh orang tuanya kemungkinan akan memukul ketika ia merasa marah atau kesal. Dan, berpotensi menciptakan monster dalam rumah tangga. Karena, si Kecil yang suka dipukul orang tuanya itu juga lebih cenderung terlibat dalam kekerasan dalam rumah tangga dan memukul anaknya sendiri.

Jadi, Moms hindarkan mendisiplinkan si Kecil dengan pemukulan. Sekali melakukan, bisa membuat Moms melakukannya lagi di kemudian hari. Intensitasnya akan terus meningkat.

Perlu Moms ingat pula bahwa Si Kecil itu dilindungi oleh negara dari tindak kekerasan, termasuk dari orang tuanya. Semua ini tercantum dalam di dalam Undang-undang  Nomor 23 tahun 2002 jo Undang-undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. Hukumannya bisa denda, bahkan pidana penjara.

^IK