“itu mainanku!” atau “Kamu nggak boleh pegang!”, teriakan si Kecil ini tentu biasa Moms dengar, ketika ada yang mendekati mainannya. Tak hanya itu, ia pun berteriak sambil merebut mainannya. Ketika Moms membujuknya untuk membagikan mainan, tangisnya malah tumpah dan ia mengamuk. 

Tingkah si Kecil ini bagi banyak Moms seringkali menjadi peristiwa yang memalukan.  Maksud hati mengajak teman Moms dan anaknya datang ke rumah untuk playdate, yang terjadi malah keriuhan yang membuat Moms jadi tidak enak hati. 

Tak hanya itu, pikiran Moms langsung mengarah ke masa depan: Waduhhh… jangan-jangan ini tanda-tanda anakku menjadi orang yang pelit.

Apakah benar kekhawatiran Moms tersebut? Mengapa si enggan berbagi? Bolehkah memaksa anak berbagi? Coba cek jawabannya. 

Memicu trantrum

Kekhawatiran Moms itu mungkin berlandaskan harapan Moms agar si Kecil  menjadi sosok yang peduli sejak dini. Salah satunya caranya adalah anak mau berbagi mainan saat bermain dengan temannya. 

Harapan boleh saja. Ternyata, menurut para ahli di bidang parenting, seharusnya orang tua tidak boleh memaksa anak-anak mereka untuk berbagi. Pemaksaan anak untuk berbagi  justru akhirnya bisa mengajarkan pelajaran hidup yang salah bagi anak untuk hidupnya kelak.

Dr.Laura Markham, dari Ahaparenting.com, percaya bahwa praktik tersebut dapat merugikan, terutama jika anak Moms belum siap untuk berbagi.

Memaksakan anak untuk berbagi mainan, menurut Dr Laura, dapat mengajarkan pelajaran yang salah, seperti membuat anak menangis keras atau mengamuk untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan atau mengganggu.

Kenapa bisa begitu? Karena perkembangan perkembangan otak pada anak balita itu sebenarnya belum bisa menjangkau konsep untuk  ide berbagi, Moms.

Karena si Kecil ini tidak memahami pelajaran positif dari belajar berbagi, maka pemaksaan untuk berbagi dari orang tua, akhirnya malah bisa memicu tantrum mereka.

Membagi sebelum berbagi

Ahli parenting menyarankan, salah satu cara untuk membantu anak membagikan mainannya adalah dengan menanyakan terlebih dulu kepadanya sebelum bermain bersama teman tentang: mainan mana yang tidak ingin ia bagikan.

Moms bisa membantu si Kecil menyimpan mainan itu. Sehingga ketika teman-temannya bermain, atau saat Moms mengajaknya play date bersama anak sahabat Moms, mainan tersebut tidak menjadi obyek yang ikut untuk berbagi. 

Cara ini bisa mengendalikan situasi keributan yang terjadi akibat si Kecil tidak rela temannya memainkan mainannya. 

Cara lain, Moms tidak perlu melakukan apa-apa. Biarkan saja si Kecil dan temannya menyelesaikan persoalan berbagi ini di antara mereka sendiri. Terkadang ini menjadi cara terbaik. 

Ketika orang dewasa terlalu terlibat, mereka bisa jadi memperkeruh suasana dengan evaluasi dan penilaian mereka. Mereka melihat seperti korban dan penyerang (dalam perebutan mainan). Padahal nyatanya hanya ada anak-anak yang bermain.

Ada baiknya Moms mendorong dan membiarkan anak-anak bermain dengan bebas. Dan kemudian memberikan atau membagikan mainan itu setelah mereka selesai bermain.

Kiat lain agar anak mau berbagi adalah Moms menjadi contoh terbaik bagi anak. Anak adalah pencontoh perilaku orangtuanya. Ini berarti Moms berusaha untuk menunjukkan perilaku berbagi di hadapan si Kecil. Termasuk juga menjadi teladan dalam berlaku sabar untuk meminta orang lain berbagi.

Baca Juga :5 Tanda Anak Butuh Bantuan Profesional untuk Kelola Amarah