Mengatakan “tidak” sering menjadi hal yang berat bagi orang tua, mungkin termasuk Moms. Ada perasaan bersalah ketika tidak bisa memenuhi permintaan si Kecil. 

Moms harus menyadari bahwa tidak semua permintaan si Kecil harus dituruti. Ada kalanya Moms harus berani mengatakan “tidak”.  Tapi kok, sulit? Coba praktikkan strategi di bawah ini, Moms. Cara ini akan mengurangi dilema dan bisa membantu Moms mengatakan tidak, dengan cara yang minim konfrontasi dengan si Kecil:

Tetapkan batasan

Moms sebagai orang tua tidak tidak harus memberikan semua yang anak minta untuk menunjukkan Moms merupakan orang tua yang baik. Atau, untuk mengomunikasikan bahwa Moms mencintainya. 

Sebenarnya Moms bisa jadi merupakan orang tua yang sangat mencintai anak dengan memberikan atau menetapkan batasan. Batasan membantu si Kecil untuk mengelola harapan dan keinginan. Dan, memungkinkan bisa lebih siap menghadapi tantangan kehidupan.

Diskusikan terlebih dahulu

Sangat membantu untuk menetapkan beberapa batasan sebelumnya. Misalnya Moms dan si Kecil akan pergi ke mal untuk membeli kado untuk temen sekelasnya. Di rumah, Moms dapat mengatakan, "Hari ini kita akan berbelanja di toko mainan untuk memberikan hadiah ulang tahun teman sekelasmu. Adek boleh membeli mainan juga. Tapi, hanya satu mobil-mobilan kecil saja.”

Rengekan mungkin akan tetap terjadi saat di mal, tapi Moms tinggal ingatkan si Kecil kesepakatan di rumah tadi. Dengan anak yang lebih besar, Moms bisa menetapkan batas jumlah rupiah tertentu. Jika ia menginginkan sesuatu dengan harga yang lebih dari kesepakatan, Moms bisa memintanya mengeluarkan dari sebagian uang tabungannya. 

Ulur waktu

Ketika si Kecil meminta sesuatu, hindarkan langsung mengatakan “tidak”, apalagi dengan nada yang keras. Jika Moms melakukannya, itu seperti melambaikan jubah merah pada banteng! Anak merasa tidak berdaya, dan mungkin secara reaktif mulai melawan.

Lebih baik berhenti sejenak, dan tunda mengambil keputusan untuk beberapa saat. Tanyakan pada diri sendiri, "Apakah saya perlu mengatakan tidak, atau dapatkah saya mengatakan ya? Jika tidak, dapatkah saya bernegosiasi?" 

Saat Moms mengalami konflik, mungkin akan membantu jika Moms mengungkapkan dilema sendiri secara verbal. Beritahu si Kecil saat Moms ingin berpikir: "Mama belum bisa memutuskan bisa memenuhi permintaanmu. Mama harus memikirkannya sebentar," sambil Moms mengajaknya ke tempat lain.  (Ingatlah bahwa Moms bukanlah manusia sempurna. Moms tidak harus langsung tahu apa yang harus dilakukan.)

Katakan “tidak” dengan mengakui peduli keinginannya

Ketika Moms memang harus berkata tidak, akan sangat membantu si Kecil jika Moms mengawali dengan mengakui keinginannya. Dengan cara ini, anak mengetahui Moms menghormatinya dan peduli. 

Misalnya, Moms dapat mengatakan, "Mama tau kamu benar-benar pengen sepatu kets itu." 

Jika Moms melakukannya, dia akan merasa lebih dihormati dan bahkan lebih mudah melepaskan keinginannya. Si Kecil tahu Moms mendengarkan, dan mempertimbangkan keinginannya.

Jelaskan alasannya

Anak-anak akan menerima keputusan orangtuanya dengan lebih baik jika orang tua memiliki alasan yang baik dan logis. Misalnya, Moms dapat menjelaskan, "Kakak tidak bisa menginap di rumah nenek malam ini, karena besok ada turnamen sepak bola di pagi hari, jadi kakak perlu istirahat malam yang baik."

Bahkan penjelasan sederhana dapat membantu. Ketika si Kecil Moms melihat balon anak lain diikat ke kursi dan menginginkannya, Moms dapat mengatakan, "Itu bukan milikmu. Itu milik anak itu. Kita tidak bisa membawanya pulang."

Berikan dukungan emosional

Jika si Kecil kesal dengan penolakan dari Moms, coba akui emosinya. Moms mungkin bisa berkata, "Mama tau kamu merasa sangat sedih. Kamu benar-benar ingin membeli anak kelinci itu. Tetapi kita tidak dapat memelihara kelinci di apartemen yang kita tinggali."

Kata-kata Moms membantu meredakan kekecewaannya dan melepaskannya. Jika si Kecil mulai mengeluarkan kata-kata keras untuk mengungkapkan kekesalalan,  dan mulai berteriak atau melempar barang, Moms jangan terbawa emosi tinggi. 

Katakan lagi alasan bahwa keinginannya itu tidak dapat Moms penuhi. Tekankan pula bahwa, dalam keluarga itu bicarakan perasaan  sebagai bentuk mencari solusi, bukan teriakan kemarahan.  Jadi, Moms ingin dia tenang dan menggunakan kata-kata, bukan dengan teriakan, apalagi lemparan.

Alternatif meredakan kekecewaan

Anak-anak dapat dengan cepat terikat pada sesuatu yang mereka inginkan. Ketika orangtua mengatakan “tidak”, itu seperti ‘membanting pintu’ atas keinginan mereka. Sebenarnya ada cara untuk meredakan kekecewaan atas penolakan. 

Misalnya ketika si Kecil meminta semangkok es krim sebelum makan malam, Moms dapat menyarankan alternatif: "Bagaimana kalau makan irisan apel sekarang, dan makan es lilin untuk pencuci mulut?"

Untuk anak yang lebih besar, Moms bisa memasukkan keinginannya yang ditolak itu dalam daftar keinginan ulang tahunnya. Anak tahu bahwa jika dia menunggu, Moms akan mengabulkan kenginannya. 

Dapat pula Moms membuat pengalihan perhatian. Cara ini sangat efektif untuk membantu si Kecil melepaskan diri dari sesuatu yang dia teriakkan. Misalnya, "Ayo kita lihat anak-anak kucing di etalase toko."

Jika Moms memastikan untuk mengakui keinginan anak, penuh perhatian, dan menawarkan penjelasan dan solusi alternatif (bila Moms bisa), si Kecil akan lebih menerima batasan orangtuanya. Say No dari Moms pun bisa diterima sebagai Say Yes oleh si Kecil.

^IK