Moms sudah mengetahui beberapa tanda bila si Kecil memiliki mental yang kuat, seperti kemampuan untuk berdaya pada diri sendiri, beradaptasi dengan perubahan, mampu mengatakan tidak, berani mengakui kesalahan, mau mengakui keunggulan orang lain, selalu mencoba lagi meskipun alami kegagalan, serta bertahan dalam situasi yang sulit.

Sayangnya, mungkin si Kecil Moms belum memiliki mental kuat seperti di atas. Jangan berkecil hati, Moms. Coba ikuti beberapa cara di bawah ini untuk membantu si Kecil membangun mental laksana baja:  

Membuat anak berdaya dengan dirinya sendiri

Bila si Kecil tampak merasa rendah diri dan tidak percaya atas kemampuannya, coba aja si Kecil membuat slogan atau moto yang memberikan aura positif bagi dirinya. Dapat pula Moms dan si Kecil sama-sama mencari dari moto  hidup para pesohor dunia. 

Apa gunanya? Sedikit banyak itu akan membantu menghilangkan suara-suara negatif di kepala si Kecil, Moms. Bisa menyakinkannya bahwa ia pun berpotensi untuk berhasil. Buat atau pilih kalimat yang singkat, efektif dan mudah diingat, seperti: 

“Tidak perlu sempurna untuk menjadi hebat”

“Usaha terbaik pasti membuahkan hasil baik”

“Jika kamu bisa memimpikannya, kamu bisa melakukannya” (Walt Disney) 

Tempelkan slogan atau moto ini di dinding kamar si Kecil. Agar ia bisa melihatnya setiap hari. 

Agar anak mudah beradaptasi dengan perubahan

Moms, bagaimana rasanya jika Moms menghadapi perubahan? Misalnya pindah rumah atau mengikuti suami pindah kerja? Moms pastinya ada perasaan tidak nyaman, seperti merasa khawatir dan galau, juga merasa sedih misalnya karena akan berpisah jauh dari nenek si Kecil karena akan berbeda provinsi. 

Perasaan ini pun melanda si Kecil. Bila orang dewasa lebih mampu menghadapi rupa-rupa perasaan, beda dengan si Kecil, Moms. Jadi, bantulah dia untuk lebih siap menghadapi perubahan. Karena, semakin dia bertambah usia, kemungkinan perubahan yang dihadapi pun lebih banyak, dan bisa jadi lebih besar. Jika mentalnya kuat, tentu perubahan ini akan dihadapinya dengan rasa optimistis.

Jadi, ketika si Kecil dihadapkan pada perubahan besar, mintalah ia berbicara secara rinci tentang perasaannya. Lebih penting lagi, bantu ia menemukan — dan mendefinisikan — kata-kata yang tepat untuk menggambarkannya (misalnya, sedih, bahagia, frustrasi, gugup, bersemangat). Dari ungkapan perasaan ini akan lebih mudah bagi Moms untuk membantu si Kecil menghadapi perubahan. 

Agar anak mampu mengatakan tidak 

Berani mengatakan tidak ini maksudnya agar si Kecil nantinya mampu bersikap tegas. Sulit mengatakan ‘tidak’ akan menyulitkan dirinya di kemudian hari, Moms. 

Misalnya, temannya ingin mengajak bermain di taman, tapi si Kecil terlihat enggan karena cuaca panas. Moms bisa bertanya,”kakak mau bermain di taman?”,”Cuaca di luar sedang panas lho, kakak tetap mau main di luar?”

Jika si Kecil mengatakan dia memang ingin bermain, ya, biarkan ia bermain. Tapi, jika ia mengatakan: “Aku ingin bermain, tapi aku nggak mau sekarang. Cuaca panas.” 

Di sini, si Kecil boleh saja menolak ajakan temannya ini tanpa berpanjang-panjang memberikan alasan, seperti: “Maaf, aku tidak mau main sekarang”.

Tapi, Moms bisa  mencoba bantu si Kecil menemukan keberanian untuk mengatakan tidak, dengan menemukan cara sopan untuk menolak, misalnya: “Aku tidak mau main di taman saat ini. Sore nanti saja saat cuaca adem”. (catatan: ini jika memang si Kecil memang ingin bermain. Bukan hanya mengarang alasan)

Atau: “Aku cek dulu banyak pekerjaan rumahku. Nanti aku telepon kalau aku bisa bermain”. Si Kecil gunakan kalimat seperti ini jika perlu waktu untuk memikirkan atau mempertimbangkan hal lain. 

^IK