Tingkah anak tak selalu manis dan menggemaskan. Ada masanya juga ia bertingkah mengesalkan yang membuat emosi Moms naik ke level tertinggi. Teriakan amarah sudah siap di ujung bibir Moms. Pertanyaannya: Apakah kemarahan Moms akan membuat si Kecil menjadi tenang?

Moms bisa saja mengikuti amarah dengan berteriak kepada si Kecil. Tapi konflik lebih besar biasanya akan terjadi. Teriakan dan tangisan akan lebih kencang. Atau ia terdiam sambil menyimpan trauma dari kemarahan yang Moms perlihatkan.

Ketahuilah, Moms memiliki kekuatan untuk mengatur dinamika, sekalipun dalam situasi yang panas. Moms membimbing anak menuju perilaku yang lebih baik. Contek beberapa prinsip Zen, ajaran yang diturunkan dari Budhisme, yang menekankan cinta kasih dan ketenangan dalam menghadapi konflik dengan si Kecil: 

Singkirkan diri Anda

Jika Moms mendapati diri dalam situasi panas bersama anak, ambillah satu dari ajaran Budha, yaitu jangan hiraukan konflik. Ambil jarak terhadap konflik ini. Tenangkan diri Moms. Ini bisa sulit dilakukan di saat panas, tetapi ingatkan diri bahwa Moms akan menyelesaikannya dan mencoba untuk tidak menanggapi dengan amarah dan sakit hati. Mungkin untuk ini, Moms perlu sedikit menyingkir dari anak. Pergi ke ruangan berbeda atau sekadar menghirup udara di depan rumah. Luangkan waktu  beberapa menit untuk menenangkan diri sebelum berbicara dengan anak.

Visualisasikan sesuatu yang damai

Saat Moms mengumpulkan ketenangan, coba pikirkan tentang sesuatu yang membuat Moms bahagia. Jalan-jalan? Makan siang dengan teman? Kencan dengan suami? Beri pikiran Moms beberapa ide untuk segera dilakukan.

Tempatkan konflik dalam perspektif

Beberapa perilaku anak yang mengesalkan, seperti membangkang, berteriak sambil marah atau mengeluarkan kata kasar, adalah bagian normal dari perkembangan anak. Ingatkan diri bahwa hubungan Moms dengan anak jauh lebih kuat dan penuh kasih. Dan, hubungan ini  bisa makin diperkuat saat Moms berusaha memecahkan masalah bersama.

Ingatkan diri akan kekuatan Anda

Hanya karena bersikap Moms tenang dalam menanggapi kemarahannya, bukan berarti anak akan ikut langsung tenang. Dia mungkin terus marah atau bersikap tidak menyenangkan lainnya. Tetapi, tetaplah bicara dengan cara yang baik, sambil mengingatkannya untuk juga menjaga bicara dengan hormat kepada Moms. Jagalah nada suara Moms tetap tenang. Pelan-pelan Moms akan dapat menuntun anak ke jalan yang Moms ingin dia ikuti.

Carilah tahu kemungkinan penyebab perilaku negatif anak

Apakah ada perubahan signifikan di rumah Moms baru-baru ini? Mungkinkah ada sesuatu yang mengganggunya di sekolah, seperti perundungan atau masalah dalam mengerjakan tugas sekolah atau pekerjaan rumah? Hal-hal seperti tak jarang bisa menjadi latar dari sikap buruk si Kecil. Ketika anak siap untuk berbicara, coba cari akar dari perilakunya.

Jangan takut memberikan konsekuensi

Menjadi Zen tidak berarti membiarkan anak menginjak-injak Moms. Apakah berupa time-out atau hapus hak-nya bermain gadget selama seminggu, bisa Moms berikan sebagai ‘ganjaran’ atas perilakunya yang buruk. Anak perlu tahu bagaimanapun mereka tidak boleh bersikap seenaknya sendiri. Bahwa akan ada konsekuensi dari setiap perilaku yang melampaui batas yang Anda tetapkan.

Always say I Love You 

Selalu pastikan Moms memberi tahu anak bahwa Moms mencintainya, bahkan ketika Moms meminta dia untuk berperilaku lebih baik atau di saat Moms tidak senang dengan sesuatu yang dia lakukan dan melakukan pendisiplinan. Mungkin si Kecil yang marah dengan hukuman ini akan menjawab: "Ya, saya tidak mencintaimu!". Tapi, tetap peluk dan katakan Moms mencintainya. Dengan cara ini anak akan memahami bahwa anggota keluarga dapat memiliki konflik atau ketidaksepakatan, tetapi jangan pernah melupakan betapa mereka saling mencintai.

Luangkan waktu untuk diri sendiri.

Baik itu yoga yang mengalirkan peaceful  atau kickboxing yang mengeluarkan emosi, lakukan sesuatu yang mengurangi stres sehingga Moms lebih mampu menangani perilaku buruk  anak atau tantangan lainnya.