Sebagai seorang ibu yang besar dalam budaya timur yang menjunjung tinggi kesopanan, tentunya Moms pun berharap anaknya tumbuh menjadi anak yang sopan. Namun, mengajarkan anak-anak norma-norma kesopanan membutuhkan kesabaran tersendiri. Anak-anak tidak bisa serta merta memahami dan menjalankan norma-norma kesopanan tanpa proses belajar terlebih dahulu. Tidak bisa kita hanya berharap mereka akan bisa pada waktunya. Moms harus berperan aktif menanamkan nilai-nilai yang Moms pegang pada anak. 

Tapi, bagaimana cara memulainya? Kapan memulainya? Sebenarnya, tidak ada jawaban pasti untuk menjawab pertanyaan ini. Tapi saya percaya, salah satu nilai kesopanan dasar yang harus ditanamkan sejak dini pada anak adalah mengenai tiga kata ajaib: “terima kasih”, “maaf”, dan “tolong”. Tiga kata ini akan digunakan anak seumur hidup, dan berkaitan langsung dengan bagaimana anak nanti menjalin relasi dengan orang lain. Oleh karenanya, tiga kata penting ini menjadi prioritas saya sendiri ketika mengajarkan kesopanan pada K. 

Mulai dari Diri Sendiri 

Seperti yang kita tahu, anak-anak sangat senang meniru. Makanya, hal pertama yang saya lakukan adalah dengan menjadi teladan yang sebaik-baiknya untuk K. Saya membiasakan diri untuk tidak enggan mengucapkan terima kasih ketika dia melakukan sesuatu untuk saya, meminta maaf ketika saya salah, dan mengucapkan kata “tolong” setiap ingin dia melakukan sesuatu untuk saya. Kapan saya mulai menerapkan hal ini? Saya memulainya bahkan ketika dia masih bayi merah. Meskipun dia belum memahami bahasa, saya yakin dia memahami energi yang saya pancarkan ketika mengucapkannya. Hal ini adalah pondasi yang akan menjadi dasar pengajaran saya pada K, yakni: dengan menjadi teladan. 

Mengingatkan 

Meskipun sudah memberi teladan sebaik-baiknya, anak tetap harus diingatkan berkali-kali hingga sesuatu tersebut menjadi kebiasaan untuknya. Jadi saya pun juga tidak bosan-bosannya mengingatkan K untuk mengucapkan terima kasih ketika seseorang memuji atau telah melakukan sesuatu untuknya, dan mengucapkan tolong ketika ingin dibantu.  

Khusus untuk meminta maaf, saya sendiri tidak memaksa K untuk mengucapkan kata maaf ketika dia salah, namun saya lebih menekankan padanya untuk terbiasa mengganti rugi. Jadi, alih-alih hanya mengucapkan kata “maaf”, saya membiasakan K untuk selalu menanyakan ‘korbannya’ ingin ganti rugi apa? .Hal ini saya lakukan karena tidak ingin K terbiasa hanya mengumbar maaf tanpa melakukan perbaikan kerugian yang nyata dari kesalahan yang dia lakukan. Tentu saja, hal ini juga saya dan ayah K lakukan. Ketika kami melakukan sesuatu yang membuatnya merasa tidak nyaman, kami akan bertanya dia ingin ganti rugi apa. Seringnya dia meminta kismis sebagai pelipur laranya.  Nah, Moms sendiri bagaimana? Punya tip sendiri?