Dalam budaya "no pic, hoax" alias overshare di media sosial saat ini, kita semua sudah terbiasa, bahkan terobsesi dengan perasaan senang ketika mendapatkan likes dan komentar dari pengguna medsos lainnya. Moms mungkin salah satu pengguna aktif platform media sosial yang kerap membagikan aktivitas dan pencapaian si Kecil kepada orang-orang tersayang yang tinggal jauh. Teknologi baru, serta aliran pujian yang terus-menerus telah membuat kita overshare di media sosial.

Tidak ada ruang privat

Apa pun yang diposting secara online, bahkan ke akun "pribadi" yang hanya dibagikan dengan keluarga dan teman, foto dan potongan informasi tersebut dapat diposkan ulang, dibagikan dan disebarluaskan kepada orang lain. 

Menurut Kalinda Raina, pakar keamanan siber dan kepala privasi global di LinkedIn, apa pun yang Moms lakukan di ponsel, tablet, asisten digital, semuanya menciptakan data dan catatan digital. Dengan kata lain, tidak ada yang namanya privasi digital, bahkan ketika Moms berusaha sebaik mungkin untuk membatasi informasi yang dibagikan ke grup tertentu.

Ketika banyak orang dewasa tidak menarik garis batas antara apa yang publik dan privat, dapat dibayangkan betapa sulitnya bagi anak-anak untuk memahami perbedaan tersebut, yang dapat membuat mereka rentan terhadap predator dan kejahatan online lainnya.

Selain itu, tren overshare mempersulit dan membingungkan pertemanan dan hubungan sosial lainnya, Moms. Pertemanan di media sosial terkadang lebih dangkal dan kurang bermakna, sehingga tidak baik untuk siapa pun, apalagi anak-anak, yang mengandalkan hubungan sosial selama ia tumbuh.

Strategi bermedsos

Bila si Kecil cukup akrab dengan sosial media, Moms perlu memberikan panduan agar mereka bisa bijak dalam membagi informasi, menjalin pertemanan, serta menggaet pengikut. Moms dapat menerapkan beberapa strategi berikut:

- Mengajarkan keamanan sejak dini

Prioritas utama dalam menjaga keamanan si Kecil di media sosial adalah memulainya sejak dini. Prinsipnya sama dengan mengajarinya untuk tidak berbicara atau pergi ke mana pun dengan orang asing. Moms dapat menerapkan hal yang sama pada penggunaan tablet, ponsel, dan konsol gim. Jika seseorang yang tidak dia kenal dalam kehidupan nyata ingin berbicara dengannya atau menanyakan informasi seperti di mana dia tinggal, katakan padanya untuk tidak membalas dan memberi tahu Moms apa yang terjadi. Begitu pula memposting informasi identitas apa pun, seperti sekolah, sebaiknya tidak dilakukan.

- Menerapkan sikap bijak dalam bermedsos

Media sosial memberikan ruang bagi orang untuk menyuarakan pendapatnya, namun hal ini kadang disalahartikan dengan melemparkan komentar apa saja, bahkan termasuk perundungan. Tentu Moms tidak ingin si Kecil terlibat dalam ujaran kebencian terhadap orang lain bukan? Kata-kata memang bisa menyakitkan. Moms dapat mengajarkan anak utuk memposting kebaikan dan tidak menyakiti pihak mana pun.

- Memikirkan dua kali sebelum posting

Profil, foto, kata-kata—semua ini mungkin tetap beredar di internet untuk selama-lamanya. Maka, ingatkan anak untuk tidak asal posting hal-hal pribadi, termasuk umpatan, karena hal tersebut bisa jadi menyerangnya di kemudian hari. Selain itu, sebaiknya hindari menyisipkan informasi penting, seperti email pribadi dan nomor telepon.