Tak hanya orang dewasa, si Kecil pun bisa stres. Anak-anak mungkin belum mengenali kecemasan sendiri dan belum dewasa untuk menjelaskan masalah stres yang nyata maupun yang dibayangkan. Si Kecil memiliki cara yang berbeda dalam merespons stres, tergantung pada usia, kepribadian, dan kemampuannya mengatasi masalah. Hal ini menyebabkan munculnya berbagai perubahan fisik dan perilaku, sehingga Moms pun tidak yakin apakah ini gejala kecemasan atau masalah kesehatan. 

Tanda umum stres dan kecemasan pada anak, di antaranya kesulitan berkonsentrasi, perubahan perilaku (moody, agresif, mudah marah, atau tiba-tiba clingy), takut, menunjukkan tanda gugup (misal: menggigit kuku), menarik diri dari Moms dan teman-teman, tidak mau sekolah, hingga menimbun barang-barang yang tampaknya tidak penting.

Secara fisik, terdapat perubahan saat si Kecil mengalami stres, yaitu turun atau naiknya nafsu makan, sakit perut atau kepala, hingga mengompol. Penyebab umum anak mengalami stres dapat disebabkan faktor eksternal maupun internal, Moms. Mengalami kendala di sekolah, perubahan dalam keluarga, hingga konflik dengan teman termasuk dalam faktor eksternal. Tekanan internal yang dialami si Kecil, misalnya ingin berprestasi di sekolah, atau berusaha masuk ke lingkar pertemanan tertentu.

Sama halnya dengan Moms, perubahan besar dalam hidup dapat menyebabkan stres pada Si Kecil, terutama terjadi di lingkungannya sendiri. Perceraian orang tua, kematian dalam keluarga, pindah rumah, hingga penambahan saudara kandung baru. Menurut Umberson dan Thomeer, penulis jurnal Family Matters: Research on Family Ties and Health, pergeseran ini dapat “mengguncang” rasa aman anak dan berujung pada kebingungan dan kecemasan, Moms.

Maka, tak jarang Moms menyadari perubahan perilaku si kakak ketika adiknya lahir. Pada beberapa anak, kehadiran saudara baru membuatnya merasa terancam dan cemburu. Begitu pula dengan kepergian keluarga, membuatnya sedih dan dapat memicu rasa takut si Kecil akan kematian. 

Salah satu isu yang tak jarang terjadi dalam keluarga adalah ketidakstabilan orangtua akibat masalah finansial, atau masalah internal yang menyebabkan anak merasa tidak berdaya. Selain itu, jadwal yang terlalu padat, tekanan akademik, serta faktor teman sebaya juga dapat menyebabkan anak stres. Ada beberapa cara yang bijak untuk membantu anak mengatasi dan merespons stres, mereka hanya butuh sedikit bantuan dan arahan. Moms dapat membantunya dengan cara:

Membuat suasana rumah senyaman dan seaman mungkin bagi anak

Moms dapat menciptakan suasana rumah yang santai dan aman bagi anak agar ia tidak tertekan. Kehangatan keluarga juga dibutuhkan si Kecil dan anggota keluarga lain, termasuk Moms, untuk membantu menghilangkan stres dan tekanan dari luar.

Melibatkan anak

Anak berhak tahu atas hal yang terjadi di rumah, terutama yang berkaitan dan berdampak padanya. Mengajaknya bicara dan diskusi adalah salah satu cara untuk mengantisipasi perubahan yang tiba-tiba. Misalnya pindah rumah, pindah sekolah, kehamilan Moms, hingga keputusan orang tuanya untuk berpisah. Moms dapat menjelaskannya dengan baik dengan bahasa yang mudah dimengerti si Kecil. Selain itu, melibatkan anak dalam kegiatan olahraga dan sosial juga dapat membuka pikirannya.

Menjadi contoh yang baik

Melalui kebiasaan sehat, seperti olahraga dan self-care untuk mengelola stres bagi Moms sendiri. Anak-anak sering meniru perilaku orangtua. Tidak lupa berikan kasih sayang dan motivasi, menggunakan metode disiplin yang tidak menjatuhkan harga diri anak. Ketika ia murung dan ada masalah, cobalah untuk benar-benar mendengarkan si Kecil tanpa menghakiminya atau memecahkan masalahnya. Lebih baik Moms membimbingnya untuk memahami dan menyelesaikan masalahnya sendiri.

Jika tanda-tanda stres si Kecil tidak membaik, malah semakin menarik diri, tertekan, atau tidak bahagia, segera konsultasikan dengan terapis.