Beberapa waktu belakangan menakuit-nakuti anak dengan suara hantu tengah jadi tren di TikTok. Anak diajak orang tua berpose di depan kamera. Setelah itu  anak ditinggalkan sendirian di depan kamera, lantas suara cekikikan hantu muncul dari ponsel. 

Kejahilan orang tua tak hanya berhenti di situ. Ketika si Kecilnya ketakutan, bukannya orang tua melakukan upaya untuk menemani dan menenangkan anak. Si Kecil yang sudah ketakutan setengah mati dan ingin berlari ke luar, justru sengaja dikunci orang tuanya di kamar itu. Panik? Pastilah….

Lebih parah lagi, ekspresi dan ketakutan dan kepanikan si Kecil malah dijadikan bahan orang tua untuk diunggah di  media sosial Tiktok-nya. Dan, perilaku anak yang ketakutan ini dianggap bahan tontonan yang lucu. Ini membuat para orang tua lainnya  ikut-ikutan mengerjai anaknya dengan cekikikan hantu ini. Jadilah tren.  Ironis ya…

Sebenarnya menakut-nakuti anak dengan hantu bukan hal yang baru, Moms. Mungkin, Moms juga pernah mengalami ditakut-takuti orang tua dulu dengan cerita hantu. Misalnya mengatakan ada hantu yang akan menyerang jika Moms tidak tidur. 

Bikin trauma

Moms, perilaku orang tua yang menakuti anaknya dengan cekikikan atau cerita hantu itu merupakan cara bercanda dan menjahili anak yang buruk. Menurut psikolog anak dan keluarga, Anna Surti Ariani, seperti dikutip dari detikHealth, perilaku itu mungkin dianggap biasa saja dan hiburan untuk orang tua. Tapi, bagi anak-anak dampaknya bisa memicu trauma berkepanjangan. Bahkan candaan ini akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. 

Psikolog anak dan keluarga Anna Surti Ariani, SPsi, MSi, Psi, atau yang akrab disapa 'Nina' menjelaskan bahwa setiap anak dengan usia berbeda memiliki tahap perkembangan kognitif berbeda.

Rasa takut pada beberapa hal tertentu pada anak-anak berusia di bawah tujuh tahun misalnya, itu sebenarnya normal dialami. Namun karena anak-anak tersebut belum bisa sepenuhnya membedakan realita dan fantasi, inilah yang membuat  kondisi ditakut-takuti terasa lebih menakutkan, sehingga berisiko terjadi trauma.

Dapat berkepanjangan

Menanamkan rasa takut yang tidak semestinya pada anak-anak juga bisa menyebabkan luka psikologis yang berkepanjangan. Ketakutan yang terjadi di masa kecil bisa jadi akar penyebab masalah seperti gangguan stres pasca trauma, serangan panik dan gangguan kecemasan. 

Efek psikologis yang umum adalah reaksi fobia kronis yang dapat meluas hingga remaja dan seterusnya. 

Trauma ini kalau tidak ditangani dengan tepat memang bisa kemudian melebar efeknya ke hal-hal lainnya bagi anak. Misalnya, anak sudah begitu pucat menghadapi ketakutannya, tetapi orang-orang di sekitarnya (yang merasa terhibur melihat reaksi ketakutan si Kecil) malah mengatakan: “Lucu, deh, kamu tadi”, “Gitu aja nangis. Ini cuma bohongan”. 

Bayangkan betapa bingung si Kecil memahami dan menghadapai kondisi yang dia alaminya.   Dia merasa sudah ketakutan setengah mati, tapi orang lain (bisa jadi orang tuanya atau kakaknya) malah menertawai dan menganggap ketakutannya itu reaksi berlebihan. Ini dikatakan psikolog Nina akan memunculjan disonansi kognitif, sesuatu yang membingungkan buat si anak. Kondisi ini memunculkan trauma itu tidak terproses dan jadinya bisa melebar ke kondisi-kondisi lain.

Jadi, untuk kebaikan anak, sebaiknya Moms  jangan  ikut-ikutan tren menakuti anak dengan suara cekikikan hantu. Serius lho akibatnya bagi si Kecil!

^IK