Beda dengan di masa lalu, seks kini tak lagi dipandang sebagai perkara yang tabu dibicarakan dengan anak-anak, Moms. Bahkan sebaliknya, pakar pendidikan anak justru menganjurkan orang tua dan guru di sekolah memberikan sexuality education (pendidikan seksualitas/seks) sedini mungkin kepada anak-anak, sesuai dengan tahapan usia dan pemahamannya.

Sebagai gambaran, UNESCO menyatakan bahwa 2 dari 3 anak perempuan di dunia tidak paham apa yang terjadi pada tubuhnya ketika mereka mulai menstruasi. Selain itu, hanya 34% anak muda di dunia yang memiliki pengetahuan akurat mengenai cara pencegahan transmisi virus HIV.

Minimnya pengetahuan anak muda mengenai hal-hal yang berhubungan dengan seksualitas inilah yang menurut UNESCO menjadi alasan kuat yang mendasari pentingnya memberikan pendidikan seks sejak dini pada anak-anak. Lantas apa pentingnya pengetahuan tentang seksualitas bagi sang buah hati? 

Lindungi anak dari ancaman predator seksual

Kemajuan teknologi saat ini memungkinkan si Kecil mengakses informasi mengenai berbagai hal yang ingin diketahuinya, termasuk tentang seks. Cepat atau lambat, baik disengaja atau pun tidak, si Kecil berpeluang terpapar konten yang terkait dengan seks, baik dari internet maupun dari teman-teman sebaya.

Nah, bekal pendidikan seks yang baik dari orang tua dan guru di sekolah akan memudahkan si Kecil memilah mana informasi yang benar dan keliru terkait seksualitas, serta menyikapi informasi tersebut secara proporsional. Pendidikan seks sejak dini juga berguna untuk melindungi sang buah hati dari ancaman predator seksual dan membimbing mereka untuk membuat pilihan-pilihan yang tepat terkait masa depannya. 

Jelaskan “aturan baju renang”

Kapan pendidikan seks bagi anak bisa dimulai? Saat si Kecil menginjak usia 3 tahun, Moms dan Dads bisa mulai memberi penjelasan tentang cara membersihkan diri setelah selesai menggunakan toilet. Sambil melakukan itu, jelaskan pula area tubuh mana saja yang boleh dan tidak boleh dilihat serta disentuh oleh orang lain. 

Untuk memudahkan si Kecil memahaminya, biasanya psikolog menerapkan “aturan baju renang”. Area tubuh yang ditutupi baju renang—mulai dari dada, bokong, hingga alat kelamin, adalah daerah terlarang untuk dilihat maupun disentuh oleh orang lain.

Ajari si Kecil untuk melindungi tubuhnya dengan cara menolak, berteriak, atau lari mencari pertolongan apabila ada orang yang memaksa ingin melihat atau menyentuh anggota tubuhnya. 

Tekankan padanya bahwa “aturan baju renang” bukan hanya berlaku pada dirinya, melainkan juga pada orang lain. Dengan memberi penekanan pada hal ini, si Kecil akan terbiasa untuk menghargai tubuhnya dan tubuh orang lain sedari kecil. 

Jadi teman bicara yang menyenangkan

Menginjak usia 9-10 tahun, si Kecil sudah berada di ambang masa pubertas sehingga mulai memiliki ketertarikan terhadap lawan jenis. Saat ini sudah cukup banyak sekolah yang berinisiatif memberikan seminar tentang masa pubertas, sehingga anak-anak kemungkinan sudah mendapatkan pengetahuan tentang seluk-beluk hubungan dengan lawan jenis. 

Tapi walaupun si Kecil belum tahu apa-apa tentang hal ini, atau ia hendak membahasnya lebih lanjut dengan Moms dan Dads, singkirkan perasaan risih dan jadilah teman bicara yang baik untuknya. Menyediakan diri sebagai teman bicara akan membuat si Kecil terbiasa menemui Moms dan Dads untuk mencari jawaban, sehingga ia terhindar dari informasi yang menyesatkan di luar sana.

Beri penjelasan tentang batasan dan konsekuensi

Pada anak yang sudah memasuki masa puber, Moms bisa menjelaskan bahwa menstruasi dan mimpi basah adalah penanda bahwa organ reproduksi seseorang sudah mulai berfungsi secara aktif. Layaknya memberikan pelajaran tentang ilmu biologi, tak perlu ragu menjelaskan mekanisme lahirnya bayi kepada anak yang sudah cukup umur.

Pada titik ini, Moms bisa menyinggung tentang perilaku seks bebas yang bisa menjadi “pintu gerbang” bagi masuknya infeksi menular seksual dan kehamilan di luar rencana. Kalau mau, Moms bisa juga mengajak anak nonton bareng film remaja yang mengangkat tema ini, seperti film Dua Garis Biru atau Juno.

Ingatkan juga kepada anak mengenai apa saja batasan yang perlu ditaati saat ia berada di dalam lingkungan pergaulan, untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Jelaskan kepada sang buah hati bahwa tanggung jawab untuk merawat tubuhnya berada di tangannya sendiri dan tindakan apa pun yang diambilnya saat ini akan mendatangkan konsekuensi pada masa depannya kelak. 

^IK