Seks adalah topik yang tabu bagi masyarakat Indonesia. Pembahasan mengenai seksualitas seringkali membuat para orangtua merasa risih dan menghindar. Padahal, tahukah Moms, pendidikan seks seharusnya dimulai dari rumah dan sedari dini. Apalagi di era internet seperti sekarang, ketika informasi melimpah ruah dan tak terfilter, jangan sampai anak kita malah mendapatkan pendidikan mengenai seksualitas pertamanya dari sumber yang menyimpang. Nah, tapi tentu saja, pendidikan seks untuk anak usia dini memiliki porsinya sendiri, Moms. Tidak serta merta membahas soal hubungan badan tentunya. Terus, apa saja poin pentingnya? Mari kita simak bersama. 

Mengenal Anggota Tubuh dan Batasannya 

Memasuki usia 2 tahun, biasanya anak akan mulai mengenal anggota tubuhnya. Anak akan mulai penasaran juga dengan alat kelaminnya. Moms bisa menggunakan kesempatan saat anak mandi dan berganti pakaian untuk mengajarkan nama-nama dan fungsi bagian tubuhnya sekaligus memberi tahu bagian mana yang merupakan privasi anak, dan tidak boleh dipegang sembarangan atau ditampakkan di muka umum. Ajari juga soal siapa saja yang boleh membantu anak membuka pakaian dan menyentuh area-area di tubuhnya, seperti orangtua atau dokter. Saat mengajarkan anak nama alat kelaminnya, gunakan kata sebenarnya ya, Moms, yakni "penis" dan "vagina". Moms juga harus tetap konsisten ya, jika mengajarkan anak ada bagian tubuhnya yang tidak boleh tampak oleh khalayak, Moms juga tidak boleh membiasakan mengganti baju anak di tempat terbuka. 

Fase Falik 

Menurut Freud, pada usia 3-5 tahun, anak akan memasuki yang namanya fase falik, yaitu suatu fase di mana anak akan mulai merasakan sensasi seksual pada alat kelaminnya. Pada fase ini, anak juga akan mulai menyadari perbedaan jenis kelamin wanita dan laki-laki. Ketika fase ini berlangsung, Moms jangan terkejut apabila mendapati si Kecil tengah menggesek-gesekkan atau memainkan alat kelaminnya. Jangan dimarahi berlebihan, ya, Moms. Cukup alihkan secara lembut, dan tegur secara halus jika anak melakukan hal tersebut di depan umum atau sudah terlalu berlebihan. Apabila anak dimarahi berlebihan dan trauma, maka ini akan memengaruhi persepsi seksual anak kelak. Anak bisa mengasosiasikan aktivitas seksual sebagai sesuatu yang buruk dan terlarang. Jangan khawatir, Moms, fase ini pun akan berlalu dan anak akan memasuki fase yang disebut fase laten. Pada fase laten, anak akan lebih fokus pada tumbuh kembang sosial dan intelektualnya dan melupakan soal minat seksualitasnya. 

Memulai pendidikan seks pada usia dini mungkin akan terasa sangat canggung buat Moms. Namun, jika anak tidak mendapatkannya dari Moms dan Dads, anak akan mencari jawabannya sendiri loh, Moms. Coba, mana yang lebih besar risikonya?