Bagi kebanyakan anak, terutama balita, kata-kata Moms dan Dads merupakan kebenaran baginya. Anak mencatat setiap kata yang diucapkan orang tuanya, baik sengaja maupun tidak sengaja. Meskipun ucapan itu tidak ditujukan kepada anak. 

Sayangnya, seringkali orang tua tidak menyadari hal tersebut. Sehingga, Moms misalnya marah-marah dengan kata kasar atau berkomentar negaif terhadap seseorang di depan di depan anak tanpa menyadari pengaruhnya bagi si Kecil. Pengaruh ini bukan hanya saat dia masih anak-anak tapi bisa berdampak di kemudian hari. 

Berikut beberapa kalimat ucapan yang sebaiknya tidak dilontarkan. Kalau bisa, cukup simpan di dalam hati Moms saja. Kalimat ini adalah: 

“Orang itu jelek/ jahat/ aneh…”

Memberikan label, cap atau mendefinisikan seseorang seperti itu seringkali kita lakukan, bahkan terhadap seseorang yang tidak dikenal. Masalahnya, jika hal tersebut terucap di depan anak,  ini akan memberikan dampak bagi si Kecil. Baginya, ucapan atau komentar Moms itu layaknya lensa pada kamera. Ia meneropong seseorang itu melalui ucapan Moms. Dalam jangka panjang, hal itu dapat menyebabkan kegagalan si Kecil untuk menganalisis mengapa orang yang 'baik' dapat berperilaku 'buruk' dalam beberapa situasi.

Si Kecil mungkin juga mengembangkan prasangka terhadap orang-orang di sekitarnya, termasuk kepada anggota keluarganya. Misalnya, jika ada keluarga datang dengan baju lusuh, ia menganggapnya sebagai miskin dan pemalas. Karena Moms suka berkomentar setiap orang yang bajunya kusam atau kotor itu sebagai pemalas. Padahal, saudara yang datang ini seorang petani yang rajin, tapi memang bajunya saja yang tidak bagus.

Jadi, tahanlah menggunakan 'label buruk' saat berbicara tentang orang lain ketika anak-anak ada di sekitar. Lebih baik lagi jika Moms tidak membicarakan orang sama sekali, apalagi berkomentar negatif, bila ada si Kecil di dekat Moms.

“Kamu tidak bisa melakukan ini..”

Kita semua memiliki keterbatasan, baik fisik, mental atau emosional. Tapi, jangan mengidentifikasikan keterbatasan diri Moms kepada si Kecil. Tidak perlu membuat batasan kepada anak yang akhirnya  menjadi ‘kurungan’ bagi si Kecil untuk mengembangkan diri. Apalagi jika hal itu terdorong karena ketakutan atau kekhawatiran Moms sebagai orang tua. 

Daripada mengatakan “Kamu tidak bisa”, lebih baik mengucapkan: “Ayo, coba ini saja…” atau “Yuk, kita coba permainan yang di sana,”. Itu misalnya  ketika Moms  berpikir pilihan permainan atau aktivitas si Kecil berisiko melukainya atau si Kecil belum siap untuk melakukannya. 

“Kakakmu/Adikmu lebih baik darimu..”

Sering kali, penyebab sibling rivalry itu bermula dari cara orang tua memperlakukan dan membandingkan di antara anak-anaknya sendiri. Menyuruh si Kecil mencontoh perbuatan baik yang dilakukan kakaknya boleh saja. Misalnya: “Lihat rambut kakak bersih dan rapi. Itu karena dia selalu keramas hingga bersih dan rajin menyisir. Rambut adek juga bisa seperti itu.”

Tapi, jangan katakan: “Heran, deh. Kok, rambut adek jorok dan bau, tidak seperti rambut kakakmu.”  Membandingkan seperti itu tidak ada gunanya. Justru akan merusak  kerukunan anak dengan saudara-saudaranya yang menjadi obyek perbandingan. 

“Nanti kalau mama dan papa sudah tua, dirawat ya…. Jangan durhaka”

Moms ingat ya… si Kecil tidak dibesarkan sebagai pengasuh orang tuanya. Jangan membangun harapan tentang anak-anak yang bertanggung jawab atas Moms dan Dads kelak di masa tua, meski diucapkan hanya sambil lalu.

 Percayalah Moms, jika si Kecil dibesarkan dengan baik dan penuh kasih sayang, kelak ia akan melakukan yang sama terhadap orang tuanya. Tanpa harus didogma terus menerus soal pengabdian anak. Apalagi ditakuti-takuti sebagai pendurhaka. Ini malah menanamkan kewajiban berbakti yang bisa jadi penuh keterpaksaan kepada si Kecil. 

“Saya ingin kamu menjadi dokter/insinyur/penari!”

Setiap orang tua memang berharap anak yang dilahirkannya menjadi manusia yang mandiri dan mapan. Tapi, bukan berarti Moms mendikte masa depan si Keci. Berikan dia bekal terbaik untuk mengembangkan minat dan bakatnya. Berikan pula bimbingan untuk memaknai kebaikan di dunia. Selanjutnya, biarkan si Kecil menentukan kehidupan terbaik untuknya. 

Moms bijak dalam berkata-kata di hadapan anak itu penting sekali. Meskipun si kecil tampak acuh, tapi kata-kata orang tua itu berpengaruh baginya. 

^IK