Ketika sedang berusaha memiliki jabang bayi, ada kemungkinan Moms dan Dads diminta oleh dokter kebidanan dan kandungan (obgin) untuk melakukan hubungan intim yang terjadwal. Hubungan seksual terutama diminta sewaktu Moms dalam periode masa ovulasi. Moms dan Dads bisa jadi diharuskan bercinta setiap hari selama seminggu masa ovulasi itu. 

Seks yang terjadwal seperti itu memang melelahkan dan bikin mood drop. Bercinta yang seharusnya menyenangkan terasa seperti daftar tugas yang harus dikerjakan. Tapi tenang Moms, berikut adalah enam cara untuk membuat seks terjadwal terasa seksi untuk dinantikan.

Bangun antisipasi

Cobalah membuat ide yang membuat Moms dan Dads menantikan momen bercinta. Misalnya Moms bisa meninggalkan pesan cinta  atau kata-kata rayuan  di dalam tas kerja Dads untuk jadi surprise. Atau, dapat pula mengirimkan  chat, stiker  dan foto ‘nakal’. 

Membangun antisipasi untuk Dads itu akhirnya juga bisa menjadi cara membangun antisipasi untuk Moms sendiri. Untuk Moms, memulai berfantasi seksual sejak siang sore hari juga bisa menjadi cara jitu menyalakan api asmara lebih dini. 

Alirkan koneksi cinta

Jika Moms sedang tidak mood ketika saatnya tiba, ya, tidak apa-apa. Bercinta itu jangan jadikan seperti memasak mie instan. Cobalah untuk meluangkan waktu agar terhubung dengan cara non-seksual terlebih dahulu. Misalnya, bercakap-cakap ringan tentang hal menarik yang terjadi di hari ini, tentang film yang disukai, sambil bersantai dengan secangkir teh. 

Membawa kembali kesenangan

Tujuan membuat bayi bisa membuat pasangan terlalu memikirkan seks. Padahal tekanan itu justru menjadi musuh seks. Jadi, buat ‘pause’ semua pembicaraan yang berhubungan dengan program bayi. Fokuslah pada kesenangan sebagai gantinya. Ciptakan pula lingkungan yang ramah dan bebas teknologi di kamar tidur, seperti TV dan komputer. Untuk telepon, setel di mode silent dan letakkan dalam posisi terbalik. Cegah kelelahan agar tidak membunuh suasana hati dengan mendelegasikan tugas-tugas rumah tangga, dan selama program ini pun sebaiknya atau mengundurkan diri dari kegiatan sosial yang tidak Moms sukai.

Setelah menghilangkan stresor sebanyak mungkin, saatnya memfokuskan pada indra peraba, penciuman, dan perasa. Misalnya dengan memulai dengan pijatan kaki, lalu ke tubuh lebih atas dan atas lagi.  Fokus pada kesenangan dengan memberikan ‘permainan’ atau membaca erotika satu sama lain.

Berhubungan seks lebih banyak

Untuk keberhasilan program bayi, memang disarankan untuk melakukan hubungan seksual pada masa Moms sedang ovulasi. Ini biasanya berlangsung seminggu. Nah, di luar masa ini tetap, dong, lakukan hubungan intim. Jangan menunggu masa ovulasi berikutnya yang akan terjadi pada sekitar 3 minggu lagi. 

Pasalnya, ini akan membuat aktivitas seksual lebih sebagai waktu untuk membuat bayi daripada waktu untuk menikmati kebersamaan satu sama lain. Ini salah satu sebab bercinta itu jadinya seperti daftar tugas. 

Lagi pula, semakin lama rentang antara pertemuan seksual berikutnya, semakin canggung rasanya untuk ‘terhubung’ kembali. Jadi, di luar masa bercinta yang disarankan dokter, tetap lakukan hubungan intim secara teratur ya Moms...

Ubah lokasi atau gaya bercinta

Sangat direkomendasikan untuk mengubah rutinitas berhubungan seks yang bukan hanya di kamar. Jika anggaran memungkinkan, pergilah dan pesan tempat liburan. Bagaimana bila bujet mepet? Tak harus pergi menginap ke hotel. Bereksperimenlah dengan berbagai ruangan di rumah atau…. sstttt di mobil!  Untuk pembuang kebosanan, Moms dan Dads pun bisa melakukan posisi baru yang ingin Moms  berdua Dads coba.

Tetap berkomunikasi

Moms dan Dads sudah berupaya mengikuti seks terjadwal hingga beberapa bulan. Ternyata, tanda-tanda kehamilan belum terjadi juga. Kondisi ini memang dapat menyebabkan frustrasi dan ketegangan dalam suatu hubungan (baik di dalam maupun di luar kamar tidur), terutama jika pasangan mulai mencurigai adanya masalah kesuburan.

Masalah kesuburan dapat merusak hubungan, dan pasangan sering kali tidak siap menghadapi stres dan ketegangan yang mungkin terjadi. Akhirnya lebih memilih menutup mulut. Ini salah Moms. Komunikasikan saja keresahan ini. Komunikasi yang baik itu sama dengan seks yang baik. Jika merasa sulit membicarakannya, Moms dan Dads bisa memakai bantuan pihak ketiga untuk menjembatani, seperti dokter obgin atau terapis seksual.  

^IK