Mempertahankan biduk rumah tangga itu terkadang tidak mudah ya, Moms. Beragam tantangan bisa mendatangi, mulai dari persoalan ekonomi, soal anak, dan hingga permasalah pribadi, baik dari Moms maupun Dads. 

Di antara berbagai macam permasalahan, ada 6 hal berikut ini yang dinilai sering menjadi biang kerok keretakan yang menggoyahkan rumah tangga. Bahkan, bisa menyebabkan perpisahan alias perceraian. 

Coba Moms kenali, berhati-hatilah dan hindarkan ya…. agar perkawinan Moms bersama Dads berjalan langgeng, rukun dan bahagia.

Masalah dalam kepercayaan

Atas rasa saling percaya dulu Moms dan Dads menyatukan hati, jiwa dan raga melangkah dalam perkawinan. Namun, rasa kepercayaan ini juga yang menjadi  salah satu hal tersulit untuk dipertahankan di dalam perkawinan. 

Timbulnya problema dalam kepercayaan ini bukan hanya soal kesetiaan antara suami dan istri, Moms. Bisa bersumber soal ketidakpercayaan Dads menjalankan perannya sebagai kepala rumah tangga dan suami, atau sebaliknya soal Moms dalam peran sebagai ibu dan ratu rumah tangga. Dapat pula bersumber dalam persoalan lain terkait finansial, pengasuhan dan sebagainya.

Seringkali, masalah kepercayaan itu karena ada masalah mendasar yang tidak pernah sepenuhnya dibahas dan diselesaikan.  Misalnya tentang keinginan memiliki rumah sendiri. Satu pihak antuasias dan ngebet ingin segera punya rumah, tapi pihak lain dinilai santai saja memperjuangkannya. 

Akhirnya, seiring waktu, masalah yang belum terselesaikan ini dapat terbawa ke dalam kehidupan rumah sehari-hari. Menimbulkan kecurigaan dan keraguan, bahkan pada situasi yang paling biasa sekalipun. Rumah tangga pun tak lagi menjadi tempat yang nyaman bagi Moms berdua.

Perselingkuhan dan kecemburuan

Perselingkuhan yang dicurigai, apalagi terkonfirmasi bisa menjadi yang paling sulit untuk diatasi. Dari perselingkuhan emosional hingga kemesraan fisik cenderung menghancurkan hubungan. Bahkan jika Moms dan Dads memutuskan untuk tetap bersama. Belajar untuk membangun kembali rasa cinta dan kepercayaan yang  dimiliki sebelumnya menjadi proses  yang sulit dan menguras emosi.

Keretakan rumah tangga juga bisa terjadi pada kasus tidak ada perselingkuhan yang benar-benar terjadi alias hanya tuduhan selingkuh. Tuduhan itu terasa seperti serangan yang sangat pribadi, menghancurkan kepercayaan dan keintiman suami istri. Jadi, jangan asal tuduh selingkuh ya Moms… Kumpulkan bukti dulu dan konfirmasikan.

Komunikasi gagal

Ironis ya kalau dilihat sewaktu berpacaran bisa ngobrol panjang, bahkan lanjut lewat telepon hingga fajar tiba. Begitu sudah menikah malah gagal berkomunikasi. Ya, banyak penyebab pasangan suami istri jadi deadlock berkomunikasi. Akhirnya, hidup serumah, tapi irit bicara atau bicara seperlunya.

Jika tidak segera dicari akar permasalahan dan terus dibiarkan, maka bisa jadi Moms atau Dads mulai merasa terisolasi, kesepian, dan mungkin mencari keintiman emosional di tempat atau pihak lain. Kurangnya komunikasi juga menyebabkan pembicaraan mudah meleset menjadi sarkasme, ajang menyindir atau bisa jadi meremehkan. Ujung-ujungnya ya bertengkar.

Kurangnya keseimbangan

Ketidakseimbangan terjadi ketika salah satu atau kedua pasangan gagal memprioritaskan hubungan bersama, misalnya lebih memilih mementingkan pihak lain atau situasi lain.

Contohnya, suami hanya ingin pulang kampung ke rumah orangtuanya saja. Atau, di akhir pekan bukannya enjoy bersama keluarga, suami malah lebih banyak keluyuran untuk hobinya.  Atau sebaliknya, istrinya maunya mengunjungi keluarganya daripada weekend bersama keluarga inti. 

Sebenarnya, ketidakseimbangan sesekali wajar saja terjadi. Kadang Moms mengalah, atau sebaliknya. Menjadi masalah, ketika Moms atau Dads mulai merasa secara terus menerus tidak didengarkan atau tidak dihargai. Jika ini terjadi, cepat-cepat cari kompromi terbaik ya…

Masalah kompatibilitas

Opposite attract atau   beda karakter bisa menjadi daya tarik untuk membuat janji setia sehidup semati. Tapi, bicara pernikahan, ternyata selalu berbeda itu bisa melelahkan.

Beda karakter boleh dan bisa menyenangkan. Tapi, tetap perlu ada kompabilitas atau kecocokan dalam aspek nilai dan cara pandang terhadap hal-hal yang umum untuk hubungan jangka panjang yang nyaman. Ini misalnya nilai-nilai dasar soal agama dan religi, soal menanamkan moral kepada anak, soal pengasuhan, atau cara pandang soal pembagian finansial.

Bagaimana jika menikah dan ternyata sangat berbeda? Ceraikah? Eits…. Jangan dulu, dong… Berikan usaha terbaik dari Moms maupun Dads untuk saling menghormati dan berkompromi.

Perilaku kasar

Perilaku kasar tidak boleh ditoleransi dalam hubungan apa pun, apalagi dalam pernikahan. Perilaku kasar ini termasuk mengumbar kemarahan, rasa tidak hormat atau tidak menghargai pasangan. 

Perilaku kasar yang berlanjut mungkin tidak mengakhiri pernikahan. Tapi, pihak yang menjadi ‘korban’ pasti  merasa sedih dan kecewa. Perilaku ini pun menghancurkan kepercayaan dan keintiman suami istri pada akhirnya.

Meskipun berpotensi menghancurkan, perilaku ini jika disadari pelakunya dan mau ‘bertobat’ dapat berpeluang untuk mengembalikan pernikahan Moms dan Dads ke jalur yang benar. Jangan segan meminta bantuan konsultan perkawinan atau psikolog atau nasehat dari pihak yang Moms dan Dads percaya. Dengan kesadaran dan usaha ingin berubah, masih bisa, kok, diselamatkan.

^IK