Mencapai klimaks atau orgasme memang menjadi ‘tujuan penting’ sewaktu Moms dan Dads bercinta. Masalahnya, tidak semua orang beruntung mencapai titik klimaks ini saat bercinta, terutama bagi wanita. 

Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Sexual Medicine menyebutkan, wanita yang mencapai orgasme ketika berhubungan intim dengan pasangannya itu hanya sebesar 62,9 persen. Sementara laki-laki yang mendapatkan orgasme mencapai 85,1 persen.

Kegagalan mencapai orgasme tak jarang membuat frustasi. Fenomena ini dikenal sebagai anorgasmia. Namun, soal anorgasmia ini di kalangan wanita terkadang dianggap tidak terlalu penting. “Yang penting saya sudah ‘melayani’ dan suami puas (mencapat orgasme-maksudnya,” ujar seorang Moms. 

Padahal, kepuasan bercinta merupakan salah satu tonggak penting bagi perkawinan, lho, Moms…. Jika Moms mengalami fenomena anorgasmia ini, coba cari tahu penyebabnya. Penyebabnya ini ternyata beragam. Mungkin masalah mental, fisik, atau keduanya. 

Di bawah ini adalah 7 hal yang membuat Moms tidak bisa mencapai orgasme dan penjelasannya. Yuk, kita cek!

Stres dan kecemasan

Jika Moms merasa stres atau cemas, kemungkinan kondisi ini juga akan mengganggu koneksi tubuh Moms untuk mengalirkan gairah dari tubuh Moms. Ini akhirnya Michelle Herzog, LMFT, terapis seks dan Direktur klinik The Center for Modern Relationships, yang mengakibatkan orgasme pun jadi bermasalah.

Gangguan mental tersebut selain membuat Moms akhirnya tidak dapat menikmati pengalalaman bercinta, juga memberikan aspek fisiologis. Repotnya lagi, aspek fisiologis ini mungkin turut menghalangi nikmatnya bercinta. Mengapa? Ini karena stres dapat mempengaruhi aliran darah Moms, termasuk dapat menghambat aliran darah ke area intim Moms. Inilah akhirnya yang mematikan sensasi orgasme. 

Terlalu mengejar pentingnya mendapatkan orgasme

Mencapai orgasme memang terasa luar biasa. Membuat kita serasa melayang-layang di awan. Namun, jika terlalu menekankan setiap kali bercinta harus mencapai orgasme justru sebenarnya bisa menjadi bumerang bagi Moms. 

Terkadang semakin Moms stres untuk mencoba mencapai klimaks, semakin kecil kemungkinannya untuk terjadi.

Akhirnya, boro-boro mencapai orgasme, Moms malah merasa cemas dan stres karena kegagalan ‘performa’ ini.  Plus, fokus hanya pada tujuan akhir dan terlalu terpaku pada orgasme dapat menyebabkan Moms pun kehilangan fokus pada kenikmatan seks secara keseluruhan.

Merasa malu tentang hal seksual

Masih banyak lho wanita yang merasa malu membicarakan soal seksualitas. Apalagi memahami soal mencapai orgasme. Seks dan seksualitas tabu untuk dibahas. Michelle mengatakan asosiasi negatif tentang seks atau seksualitas itu dapat membuat seseorang akhirnya sulit untuk orgasme. 

Paling sering yang menjadi penyebab kendalah untuk memahami secara terbuka soal seks dan seksualitas adalah agama. Misalnya, jika Moms dibesarkan dalam keluarga religius yang mengajarkan Moms bahwa seks dan kesenangan yang ditimbulkannya itu adalah sesuatu yang memalukan, maka ajaran ini akan merasuk pikiran Moms hingga dewasa dan menikah. Dan, akhirnya bisa jadi mencegah Moms untuk meraih dan mengalami kesenangan bercinta sepenuhnya.

Trauma seksual

Jika Moms pernah mengalami trauma seksual jenis apa pun, seperti penyerangan seksual, pemerkosaan atau pelecehan seksual, ini dapat berdampak negatif pada kemampuan seksual Moms. Mungkin memengaruhi mulai dari gairah hingga kemampuan untuk orgasme.

Orang yang pernah mengalami trauma seksual memang lebih cenderung memiliki masalah seksual daripada mereka yang tidak mengalaminya. Ini karena tubuh dan otak menyimpan pengalaman traumatis itu. Dan, tentu saja akhirnya dapat merusak kesenangan untuk menikmati aktivitas seksual..

Gairah atau stimulasi yang tidak memadai

Jika Moms tidak cukup terangsang atau terstimulasi, ini dapat mengurangi kenikmatan seksual Moms secara keseluruhan. Termasuk, tentu saja, kemampuan Moms untuk orgasme.

Seorang wanita, Michelle mengungkapkan, membutuhkan waktu hingga 20 menit untuk menaikkan gairahnya, hingga ‘tubuhnya’ merasa siap untuk pada fase penetrasi. Pertanyaannya, apakah Dads bisa sesabar itu ‘menunggu’ Moms?

Selain itu, bagi banyak wanita, seks penetrasi saja tidak cukup untuk mencapai orgasme. Faktanya, sebuah studi tahun 2017 menemukan bahwa hanya 18,4% wanita yang disurvei mengatakan bahwa hubungan seksual sudah cukup bagi mereka untuk mencapai orgasme, dan 36,6% mengatakan bahwa rangsangan klitoris diperlukan bagi mereka untuk orgasme saat berhubungan seks.

Efek samping obat

Obat-obatan tertentu dapat mengganggu fungsi seksual, termasuk gairah dan kemampuan untuk orgasme. Michelle mengungkapkan,  jenis obat yang memberi kemungkinan menjadi penyebab gangguan orgasme adalah: 

Kondisi medis

Berbagai kondisi medis yang memengaruhi kesehatan mental dan fisik dapat berkontribusi pada disfungsi seksual, mulai dari libido (pada pria) hingga kemampuan untuk orgasme (pada wanita). Ini beberapa kondisi kesehatan mental yang dapat mempengaruhi orgasme Moms:

Sedangkan beberapa kondisi kesehatan fisik yang dapat mempengaruhi kemampuan orgasme Moms adalah:

Orgasme memang penting, tapi tidak meraih orgasme bukan berarti kehancuran bagi perkawinan Moms dan Dads. Meski demikian, memang perlu diketahui penyebabnya dan mencari solusi untuk mengatasinya. Karena, orgasme merupakan ‘hak’ Moms juga dalam bercinta. 

^IK