Lebaran telah berlalu. Moms dan Dads pun telah saling bermaaf-maafan. Namun, momen Lebaran kemarin tidak serta merta menghilangkan perselisihan di antara Moms dan Dads. Masih ada duri dalam daging yang belum bisa disingkirkan. 

Pernikahan tanpa pertengkaran rasanya mustahil memang mustahil ya, Moms. Ada saja percikan-percikan ‘api’ masalah yang bisa menjadi pemanas dalam rumah tangga. Mulai dari masalah komunikasi, keintiman, atau kepercayaan.

Perikan-percikan masalah ini terkadang bisa diselesaikan antara Moms dan Dads. Tetapi adakalanya Moms dan Dads seperti menghadapi jalan buntu. Didiamkan dan diendapkan saja? 

Meminta bantuan konselor pernikahan mungkin bisa dicoba. Konselor pernikahan atau bisa juga disebut Konseling pasangan ini banyak manfaatnya, lho, untuk kehidupan perkawinan. Yuk, kita coba kenali tentang konseling pasangan ini.

Dapat memperbaiki hubungan dan diri sendiri

Dengan mengikuti konseling pasangan, Moms dan Dads mendapatkan wawasan baru dan memandu upaya Moms berdua untuk memperbaiki atau meningkatkan ikatan kasih dalam perkawinan.

Dengan mengikuti konseling pernikahan, Moms dan Dads mendapat kesempatan untuk menyelesaikan masalah yang mengganjal dalam pernikahan, baik terkait  emosional maupun fisik.

Menurut American Association of Marriage and Family Therapists (AAMFT), lebih dari tiga perempat pasangan melaporkan mengalami peningkatan dalam hubungan mereka setelah konseling. Selain itu, sekitar 90% melaporkan mengalami peningkatan kesehatan emosional, sementara hampir dua pertiga melaporkan peningkatan kesehatan fisik mereka.

Bertahap dan butuh keterbukaan

Masalah perkawinan, apalagi yang sudah menjadi duri yang menusuk lama di dalam hubungan Moms dan Dads memang tidak bisa instan untuk diselesaikan. Moms dan Dads perlu melakukan beberapa sesi terapi atau konseling agar benar-benar tuntas. 

Pada sesi awal, psikolog atau konselor pernikahan ini mencoba memahami dinamika pasangan dulu. Mereka juga mempelajari kekuatan dan kelemahan Moms dan Dads di dalam perkawinan. Antara lain  Moms dan Dads akan diminta untuk menceritakan  sejarah kehidupan sebelum menikah dan sewaktu dibesarkan, kisah saat Moms dan Dads bertemu dan akhirnya memutuskan menikah.

 

Di sesi selanjutnya, konselor akan bertanya tentang  harapan dan tujuan Moms dan Dads untuk pernikahan di masa mendatang. Misalnya, Moms dan Dads akan dminta membayangkan seperti apa idealnya hubungan yang diinginkan jika konseling berhasil. Ini akan membentuk  arah positif untuk sesi selanjutnya. 

Tentunya konseling pernikahan akan berhasil jika Moms dan Dads sama-sama berpartisipasi. Mau hadir di setiap sesi yang diminta, dan terbuka untuk menceritakan atau berdiskusi bersama konselor pernikahan itu. 

Untuk konseling pasangan ini memang tidak bisa selesai dalam satu atau dua sesi. Perlu waktu untuk menggali, menganalisa dan memberikan solusi yang dibutuhkan permasalah dari pernikahan Moms dan Dads. Apalagi, rata-rata yang datang ke konseling pernikahan itu punya persoalan yang biasanya sudah mengganjal bertahun-tahun. Ibarat penyakit, persoalan ini sudah kronis. 

Tak hanya perbaiki pernikahan 

Dengan sesi konseling pasangan yang bisa sampai belasan atau puluhan kali, Moms jangan khawatir konseling pernikahan itu hanya menghabiskan uang Moms atau Dads. 

Di luar ‘berdamai’ dengan persoalan pernikahan, entah berhasil atau tidak, tetap saja  ada beberapa manfaat penting lain yang Moms dan Dads dari konseling ini. Antara lain: 

Mengikuti konseling pasangan ini Moms dan Dads akan belajar keterampilan "mendengarkan secara mendalam", yakni proses mendengarkan tanpa penilaian yang meningkatkan empati. Juga berbagi pemikiran dan perasan terdalam dari masing-masing tanpa penjelasan atau pembenaran yang berlebihan. Dengan adanya penengah dari konselor pernikahan, membuat Mom dan Dads pun  belajar mengelola reaktivitas dan berkomunikasi lebih baik, khususnya terhadap konflik.

Dari konseling pasangan ini Moms dan Dads bisa mendapatkan pemahaman yang jelas harapan satu sama lain dari pernikahan ini.  Selain itu, Moms yang mungkin terbiasa bersikap tertutup misalnya, akan belajar mengomunikasikan dan mendefinisikan kebutuhan dan ketidaksukaan atau batas toleransi Moms, misalnya soal keuangan atau aspek kehidupan lainnya.

Menurut Laura, dalam pernikahan yang sehat itu penting bagi suami istri untuk menghabiskan waktu yang bermakna bersama, namun perlu juga memberikan ruang untuk  me time bagi masing-masing.  The Early Years of Marriage Project, sebuah penelitian yang mengikuti hampir 400 pasangan selama 25 tahun, menemukan bahwa 11,5% pasangan menyebutkan kurangnya waktu sendirian sebagai alasan ketidakbahagiaan. Sementara itu, penelitian lain menunjukkan pernikahan yang memuaskan itu  terkait dengan berapa banyak waktu berkualitas yang dihabiskan suami dan istri bersama.

Nah, dengan konseling pasangan ini suami istri akan belajar ritme dalam hubungan. Kapan harus punya quality time berdua, dan kapan perlu memberikan me time untuk pasangannya. 

Jika ada pelanggaran kepercayaan dalam hubungan, seperti perselingkuhan karena kehadiran orang ketiga atau perselingkuhan finansial, akan merusak kepercayaan terhadap pasangan yang jadi pelakunya. Pasangan yang menjadi korban pun akan merasa terluka. 

Di  sini konseling itu penting untuk membangun kembali kepercayaan. Penelitian juga menunjukkan bahwa kemampuan untuk memaafkan dapat menyembuhkan sebagian besar masalah perkawinan. Dan, terapis atau psikolog konseling pernikahan dapat membantu Moms dan Dads membicarakan dari hati-hati untuk membangun lagi kepercayaan. 

Jadi bila memiliki persoalan dalam pernikahan yang terus mengganjal, jangan segan untuk mengajak Dads mengikuti konseling pasangan ya Moms…. Sebelum semuanya jadi terlambat. 

^IK