Jika Moms rajin cek timeline berita selebritas akhir-akhir ini, Moms akan menemukan kasus perseteruan antara aktor Johny Depp dan aktris Amber Heard. Mereka memang sudah bercerai pada tahun 2016, namun pertikaian mereka masih berujung di pengadilan. 

Hal ini lantaran Johny Depp mengajukan gugatan pencemaran nama baik terhadap Heard pada Maret 2019, sebagai tanggapan atas tulisan opini Heard untuk Washington Post pada Desember 2018 tentang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga.

Akibat tulisan itu, Depp mengaku menderita kerugian pada kehidupan pribadi dan kariernya, termasuk ia dikeluarkan dari pemeran film Pirates of the Caribbean

Dalam persidangan yang berjalan alot itu, beberapa bukti dibawa Johnny Depp untuk menunjukkan adanya perilaku pemeran Princess Mera dalam film Aquaman yang manipulatif. Dari bukti seperti rekaman pertengkaran mereka tergambar bahwa Heard adalah wanita yang bisa mempermainkan psikis Depp dan membuatnya terlihat seperti penjahat.

Padahal, Johnny Depp berkali-kali mengklaim bahwa dirinya juga korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), sebagaimana yang juga dialami Amber Heard.

Persidangan ini agaknya berjalan alot dan akan panjang, Moms. Masih banyak saksi dan bukti yang akan dihadirkan oleh keduanya. Namun, dari persidangan mudah-mudahan Moms akan belajar mengenai pentingnya untuk dimanipulasi maupun memanipulasi oleh pasangan hidup Moms tercinta. 

Berikut beberapa tanda jika Moms mengalami manipulasi dalam hubungan pernikahan:

Menggunakan rasa tidak aman terhadap pasangannya

Manipulator atau pelaku manipulasi emosional dapat menggunakan rasa tidak aman, kekurangan, dan ketakutan pasangannya. 

Bagaimana mendeteksinya? Salah satu tandanya jika pasangan menunjukkan kekurangan Moms di depan orang lain. Atau, sebaliknya dalam bentuk pujian tapi ujung-ujungnya ‘menjatuhkan’.  Misalnya dengan mengatakan,”Tumben cantik, biasanya enggak.” 

Gaslighting

Gaslighting adalah taktik manipulasi yang dapat membuat seseorang mempertanyakan realitas pelecehan yang ia hadapi dalam suatu hubungan. 

Ini misalnya pasangan mengatakan atau melakukan sesuatu yang sengaja menyakiti Moms, dan Moms kembali menghadapinya di lain waktu. Nah, ini menjadi gaslighting jika ia selalu berkata, “Masa sih? Kamu saja yang halu,” atau “Ya ampun, kamu sudah gila ya!” 

Tanggapannya itu dimaksudkan untuk tidak hanya menyangkal, tetapi juga membuat Moms mempertanyakan apakah skenario itu benar-benar terjadi.

Merekrut orang lain

Dalam upaya untuk lebih memanipulasi dan mengendalikan, pelaku manipulasi mungkin merekrut orang lain, seperti orang tua atau sahabat dari korban manipulasinya, untuk mendukung pendapatnya atau keyakinannya. 

Misalnya Moms yang merasa tak tahan lagi atas perilaku manipulatif Dads menyatakan ingin berpisah atau bercerai.  Maka, ada kemungkinan pasangan akan mendekati orang tua atau para sahabat Moms untuk membujuk Moms untuk membatalkan keinginan itu. 

Rasa bersalah sebagai taktik

Pasangan mungkin menggunakan rasa bersalah Moms untuk mendapatkan yang ia inginkan. Misalnya, Dads secara konsisten mengingatkan Moms tentang kesalahan masa lalu yang telah Moms lakukan. 

Atau, ia secara konsisten mengingatkan Moms hal-hal baik yang telah dia lakukan untuk Moms di masa lalu,  sehingga Moms merasa berkewajiban untuk menuruti Dads.

Seorang manipulator emosional memang  sangat terampil dalam menanamkan feeling guilty atau berutang budi itu pada pasangannya, dan sewaktu-waktu digunakan untuk keuntungannya.

Pasif Agresif

Ketika seseorang bersikap pasif-agresif, ia secara tidak langsung akan mengungkapkan pikiran atau perasaan negatifnya. Misalnya, Dads yang manipulatif mungkin menggunakan humor sarkastik, mendiamkan Moms, atau menolak untuk melakukan percakapan konstruktif tentang konflik Moms.

Manipulasi merupakan pelecehan emosional yang terkadang Moms tidak menyadari, bahkan merasa bersalah terhadap diri sendiri. Jadi, cobalah introspeksi diri agar pernikahan yang dijalani tidak terasa membebani.

^IK