Manipulasi dalam hubungan dengan pasangan memang seringkali tidak disadari. Terkadang caranya terasa halus, hingga Moms yang menjadi korbannya tak menyangka telah menjadi korban. Apalagi, perilaku dan dampaknya tidak nyata, tidak seperti pada kekerasan fisik atau verbal.

Tapi, bila Moms merasakan gejala atau tanda-tanda telah mengalami manipulasi di dalam hubungan, jangan diremehkan ya Moms…. Bagaimana pun ini merupakan kategori pelecehan secara emosional yang bisa berdampak serius. 

Dampak dari mengalami manipulasi dalam hubungan, antara lain dapat membuat Moms merasa tidak atau kurang aman dalam hubungan pernikahan, kurang memercayai Dads, memunculkan perasaan bingung, tidak puas, sakit hati, dendam, marah, lelah, dan frustrasi. Sampai pada satu titik Moms bisa meragukan diri sendiri dan sering meminta maaf, bahkan ketika Moms yakin tidak melakukan kesalahan. 

Nah, berikut lanjutan dari tanda jika Moms mengalami manipulasi dalam hubungan dalam pernikahan: 

Sering mengubah permintaan

Misalnya, Dads yang manipulator itu awalnya akan mengatakan bahwa Moms hanya perlu mendedikasikan satu malam dalam seminggu untuk fokus menikmati waktu berdua. Setelah Moms melakukannya, Dads mengubah harapannya, dan mengatakan membutuhkan lebih banyak waktu lagi bersama Moms menjadi dua kali seminggu. Setelah Moms menuruti, Dads mengubah lagi ekspektasinya, dan seterusnya. Dan, ini berlaku juga untuk hal-hal lainnya.

“Aku membutuhkanmu’, “Aku takut kehilanganmu”, “Aku bingung jika tak ada kamu”, dan kata-kata manipulasi emosional lain yang membuat Moms bingung antara apakah harus merasa  bahagia, ragu atau takut kehilangan dalam hubungan. 

Taktik mengalihkan isu 

Taktik ini biasanya dipakai saat pasangannya menyampaikan kekhawatiran tentang hubungan mereka. 

Misalnya Moms yang merasa lelah jiwa dimanipulasi mengatakan kepada Dads: “Kok, saya merasa tidak dihargai ya, saat kamu selalu bicara nge-gas.”

Alih-alih mencoba memahami dan menggali perasaan Moms, malah Dads menjawab begini “Masa sih? Bukannya saya yang harusnya merasa tidak dihargai karena Mama selalu curhat di media sosial? Itu memalukan lho, itu buka aib keluarga!”

Dalam hal ini, Dads mengalihkan kesalahan kepada Moms, dan memunculkan situasi yang tidak terkait untuk mengarahkan percakapan ke arah yang berbeda. Hingga ia pun lolos dari kesalahannya dalam memanipulasi. 

Melanggar batasan

Seorang manipulator biasanya mengabaikan kata “tidak” dari pasangannya, termasuk permintaan pasangannya tidak melakukan sesuatu. Misalnya, Moms sudah memberitahu Dads bahwa Moms tidak suka ketika ia mengkritik tentang penampilan Moms, tetapi Dads terus melakukannya. Begitu pun sewaktu  Moms memberi tahu bahwa Moms tidak suka ketika ia meneriaki Moms. Tapi, semua itu dianggap angin lalu. Ia terus melakukannya.

Mencerminkan atau mencocokkan diri

Banyak dari kita lebih suka berkencan dengan seseorang yang memiliki minat dan hobi yang sama atau serupa. Tetapi ketika perilaku pasangan Moms itu tampak dipaksakan atau dipenuhi kepalsuan atau ketidakjujuran ​​demi mencocokkan perilaku Moms sendiri, itu adalah manipulasi, Moms.

Coba, deh, Moms perhatikan seberapa sering Dads membiarkan Moms berbicara terlebih dahulu atau mengajukan pertanyaan yang menyelidik, dan kemudian kembali dengan sesuatu perkataan atau perbuatan yang sangat mirip.

Mengapa ia melakukannya? Ini adalah upaya untuk mencerminkan atau mencocokkan dirinya dengan Moms dengan sengaja. Semua itu dilakukan untuk mencoba meyakinkan pasangan bahwa  memiliki ikatan tunggal dan khusus itu hanya diperkuat dengan berapa banyak kesamaan yang dimiliki.

Jika Moms mengalaminya, ini akan bisa membuat Moms lebih sulit untuk meninggalkan pasangan. 

Moms menjadi istri yang berbakti dan patuh kepada suami memang salah satu tugas istri. Namun, jangan biarkan  emosional Moms dimanipulasi, sehingga Moms selalu menjadi pihak yang dikontrol, dikuasai dan dikorbankan. Hubungan dalam perkawinan itu harusnya menjadi hubungan terbuka dan setara. Itu baru pernikahan yang sehat, Moms.

^IK