Beberapa bulan terakhir, terutama sejak Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta kembali diberlakukan, para pekerja atau karyawan, termasuk para working Moms, melakukan koordinasi atau rapat kantor melalui aplikasi Zoom untuk meeting akibat WFH atau bekerja dari rumah. Namun, terlalu lama dan sering melakukan komunikasi melalui video konferensi ternyata dapat memicu zoom fatigue atau kelelahan akut, Moms.

Fenomena zoom fatigue

Walau fenomena ini disebut zoom fatigue, namun kondisi ini tak terbatas hanya disebabkan video konferensi melalui aplikasi Zoom, tetapi juga layanan video platform sejenis, seperti Google Meet dan Skype.

Dalam laporan cnbc.com, sejak Maret 2020 dalam sehari pengguna Zoom naik drastis menjadi 200 juta dari hanya 10 juta pada Desember 2019.

Menurut Gianpiero Petriglieri, associate professor di Insead, melakukan panggilan video membutuhkan fokus yang lebih dibanding obrolan tatap muka langsung. Saat melakukan konferensi video, Moms perlu memproses isyarat non-verbal, seperti ekspresi wajah, nada, dan bahasa tubuh lebih keras daripada biasanya. Hal ini tentu menghabiskan lebih banyak energi. 

Baca Juga : Tip Hindari Burnout Saat WFH

Situasi “pikiran bertemu, namun raga tidak” pada pertemuan melalui zoom meeting menyebabkan orang merasa kelelahan dan tidak bisa santai dalam percakapan secara alami.

Faktor teknologi juga dapat membuat Moms cemas, misalnya koneksi internet, kondisi laptop yang tiba-tiba nge-hang, dan hal-hal teknis lainnya. Respons yang tertunda selama sepersekian detik saat zoom meeting juga menimbulkan ketidaknyamanan.

Bukan hal yang aneh jika saat video konferensi, suara Moms terdengar putus-putus bagi rekan yang lain, atau gambar yang tidak bergerak.

Sebuah penelitian pada 2014 oleh akademisi Jerman menunjukkan bahwa penundaan respons pada panggilan telepon atau video konferensi dapat membentuk pandangan seseorang menjadi negatif, bahkan respon terlambat selama 1,2 detik saja membuat orang menganggap orang tersebut kurang fokus atau kurang ramah.

Baca Juga : Dampak Positif Working Mom pada Anak

Siasati zoom meeting 

Pada dasarnya, manusia tetap berkomunikasi bahkan saat diam. Dalam percakapan langsung, otak berfokus pada kata-kata yang diucapkan sekaligus menyerap makna tambahan dari isyarat non-verbal.

Fitur tampilan multi-user yang terdapat pada platform video meeting dapat memperburuk zoom fatigue. Tampilan galeri, di mana semua peserta rapat tampil di layar, memaksa pusat otak untuk memaknai komunikasi begitu banyak orang sekaligus sehingga tidak ada yang sepenuhnya dipahami, terkadang bahkan ucapan pembicara.

Khususnya sebagai working Moms, kekhawatiran terhadap situasi tak terduga saat mengikuti video konferensi juga cukup melelahkan, misalnya  si Kecil yang tiba-tiba datang, menangis, atau membuat keributan.

Para ahli menyarankan untuk membatasi video konferensi jika memungkinkan, atau mematikan fitur kamera dan mic jika tidak diperlukan. Petriglieri juga merekomendasikan untuk menempatkan layar saat pertemuan video di samping Moms, bukan lurus di depan. Ini dapat meningkatkan konsentrasi dan tidak membuat terlalu lelah karena Moms merasa seperti berada di kamar yang bersebelahan.

Penting juga untuk melakukan hal lain pada jeda di antara video meeting karena dapat menyegarkan pikiran. Moms dapat mencoba peregangan, minum air, atau sedikit berolahraga untuk meminimalkan risiko zoom fatigue saat wfh.

Baca Juga : Tetap Aman Saat Work (Not) From Home