Bekerja dari rumah atau WFH selama pandemi membuat sebagian orang merasa burnout, mungkin termasuk Moms. 

Burnout terjadi ketika Moms merasa kehabisan energi, merasa tertekan secara mental dan cenderung menghindari pekerjaan. Mengapa hal ini bisa terjadi? 

Tidak ada garis batas

WFH membuat garis batas antara pekerjaan dan non-pekerjaan menjadi kabur. Banyak karyawan yang bekerja jarak jauh berjuang untuk mempertahankan batasan yang sehat antara kehidupan profesional dan pribadi. 

Mereka merasa dituntut untuk produktif sebagai bentuk pengabdian pada pekerjaan hingga merasa harus bekerja sepanjang waktu. Sore akan berbaur dengan malam hari; hari kerja akan berbaur dengan akhir pekan; dan istirahat di sela-sela waktu tersebut.

Sejak Senin, 14 September 2020, bekerja dari rumah kembali diberlakukan di ibukota. Aktivitas kantor kembali dilakukan jarak jauh dari rumah masing-masing.  Kecuali,  11 industri esensial, yaitu kesehatan, bahan pangan/makanan/minuman, energi, komunikasi dan teknologi informatika, keuangan, logistik, perhotelan, konstruksi, industri strategis, pelayanan dasar, dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

Covid-19 juga menambah tekanan lain bagi Moms, termasuk working Moms yang WFH. Sekolah si Kecil ditutup, dan tempat penitipan anak tidak lagi menjadi pilihan. Ditambah anggota keluarga yang kurang kooperatif, anak yang membutuhkan perhatian, hingga setumpuk  pekerjaan rumah tangga, membuat Moms kehilangan personal space

Baca Juga : Teknik Time Blocking Bantu Kurangi Stres

Nyaman bekerja di rumah

Ketika Moms tidak punya pilihan, satu-satunya jalan adalah berdamai dengan keadaan. Coba deh terapkan beberapa hal berikut agar nyaman bekerja dari rumah. 

Mempertahankan batas fisik dan sosial

Dalam makalahnya, Blake Ashforth, dari Arizona State University, menjelaskan cara orang membatasi transisi dari pekerjaan ke perannya saat tidak bekerja melalui indikator tertentu yang menandainya secara fisik dan sosial. 

Misalnya dengan memakai pakaian kerja, pulang pergi dari rumah ke kantor, adalah indikator fisik dan sosial bahwa ada sesuatu yang berubah dari mode Moms sedang “bekerja” atau “di rumah”.

Berdasarkan konsep ini, Moms dapat tetap mengenakan pakaian kerja setiap pagi selama Senin sampai Jumat walau WFH, dan menggantinya lagi ketika jam kerja selesai. Tidak sedikit pekerja yang menggunakan cara-cara kreatif dan ringan untuk mempertahankan rutinitas kerja mereka yang biasa.

Membuat tempat bekerja yang nyaman

Bekerja di rumah bagi Moms yang menyambi mengurus si Kecil memang sulit, namun usahakan untuk memisahkan diri saat bekerja, misalnya di ruangan tertentu agar tidak mengganggu atau terganggu anggota lain. 

Beri tahu si Kecil untuk tidak masuk karena Moms sedang bekerja. Agar nyaman, pastikan alat kerja, seperti meja dan kursi, dapat digunakan dalam waktu yang lama tanpa membuat sakit pinggang. Sediakan air putih agar tetap terhidrasi. Perhatikan pula jam makan siang agar tidak terlewat ya, Moms.

Baca Juga : https://www.momsindonesia.com/article/others/dampak-positif-working-mom-pada-anak

Fokus pada pekerjaan yang paling penting berdasarkan prioritas

Menurut penelitian, pekerja yang selalu “on” sepanjang waktu berisiko tinggi mengalami burnout saat WFH dibanding bekerja di kantor. Saat bekerja dari rumah, karyawan sering merasa terdorong untuk produktif, sehingga cenderung bekerja sepanjang waktu. 

Namun, yang lebih penting adalah membuat prioritas mana pekerjaan yang lebih penting. Moms dapat menghibur diri pada akhir pekan.

Baca Juga : Kiat Rumah Tangga Harmonis ala Working Moms