Pernahkah Moms bertanya-tanya mengapa anak berperilaku tertentu? Anak bisa tiba-tiba marah, menangis, padahal beberapa menit sebelumnya ia tertawa bahagia. Atau sebaliknya, anak cenderung pendiam dan menutup diri. 

Salah satu hal terpenting yang bisa Moms lakukan sebagai orangtua adalah memahami perasaan anak. Orang tua memainkan peran kunci dalam perkembangan emosional anak. Meluangkan waktu untuk mengenali kualitas unik yang dimiliki si Kecil sejak lahir, apa yang membuat ia tertawa atau menangis, serta apa yang memotivasi atau mengganggunya adalah bentuk upaya Moms untuk memahami emosional anak.. 

Baca Juga: Perkembangan Emosi Bayi Usia 1 Bulan

Mengasuh anak lebih dari sekadar memberikannya sandang, papan, dan pangan. Moms juga perlu memenuhi kebutuhan anak secara emosional, dan memberinya rasa aman untuk mengekspresikan emosinya. 

Berikut adalah beberapa tip psikologi anak untuk memahami perkembangan emosional anak

Mengamati adalah kunci 

Salah satu cara paling sederhana sekaligus paling efektif, dalam memahami perkembangan emosional anak adalah yang mengamatinya. Perhatikan apa yang dilakukan atau dikatakan si Kecil, Moms. Amati pula tindakan, ekspresi, dan temperamennya. Tiap anak itu unik, anak yang satu akan berbeda dengan kakak dan adiknya. Beberapa pertanyaan berikut bisa jadi acuan Moms untuk memahami anak:

  • Apa yang paling disukai anak?
  • Bagaimana reaksinya ketika harus melakukan sesuatu yang tidak mereka sukai?
  • Bagaimana kemampuan sosialisasi anak? Apakah ia mau berbagi atau mencoba hal baru?
  • Berapa lama waktu yang dibutuhkan anak untuk mengenal lingkungannya? 
  • Apakah anak mampu menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan?

Pastikan untuk tidak menghakimi anak ya, Moms. Cukup amati saja. 

Menghabiskan quality time bersama anak

Jika Moms ingin memahami anak, Moms juga perlu menyediakan waktu untuknya.

Percakapan dengan anak membuat Moms tahu apa yang terjadi dalam kehidupannya, misalnya di sekolah atau di rumah, apa musik atau acara TV favoritnya, serta apa yang memotivasinya.

Quality time tidak harus dihabiskan dengan berbicara atau melakukan sesuatu bersama. Moms juga bisa duduk bersama dan diam-diam mengamati anak. 

Memerhatikan lingkungan di sekitar anak 

Penelitian menunjukkan bahwa perilaku dan sikap anak secara signifikan dibentuk oleh lingkungan tempatnya dibesarkan. Lingkungan rumah dapat memengaruhi perkembangan otak anak, yang selanjutnya memengaruhi perkembangan kemampuan bahasa dan kognitifnya.

Perilaku anak dipengaruhi oleh interaksi orang-orang yang ada di sekitarnya. Untuk memahami perkembangan emosional anak, perhatikan pula lingkungan sekitarnya, termasuk rumah dan keluarga, Moms.

Baca Juga: Peran Keluarga dalam Perkembangan Anak Menurut Psikolog

Mengajukan pertanyaan yang memancing komunikasi dua arah

Jika Moms ingin anak lebih membuka diri, coba ajukan pertanyaan yang terbuka, bukan yang bisa dijawab “ya” atau “tidak”. Misalnya, “apa pendapatmu tentang lagu ini?”

Sebaliknya, meskipun Moms mungkin tidak memiliki jawaban atas pertanyaan yang diajukan anak, mengabaikan dan menganggap pertanyaannya konyol juga dapat membuat anak enggan mengajukan pertanyaan apa pun di masa mendatang.

Anak mengekspresikan emosi dengan cara yang berbeda-beda

Selain berbicara, anak juga mengungkapkan perasaannya melalui aktivitas.

Beberapa anak mengekspresikan dirinya melalui gambar, tulisan, atau musik. Moms bisa mendukung kegiatannya ini, misalnya dengan memfasilitasi minatnya. Beberapa anak senang menulis jurnal tentang apa yang dilakukannya dan bagaimana perasaannya. Semakin sering anak menulis atau menggambar, semakin baik ia mengekspresikan diri.

Baca Juga: Manfaat Menggambar Bagi Perkembangan Anak

Moms bisa menunjukkan ketertarikan pada karya si Kecil, tetapi berhati-hati agar tidak menafsirkannya secara berlebihan, atau mengalihkan emosi Moms sebagai emosi si Kecil.