Tidak semua orang tua beruntung dikarunia anak yang seperti bercerita seperti burung berkicau di pagi hari tentang kesehariannya. Sebagian anak memilih diam dan menjawab singkat, seperti: “Baik”, “biasa saja”, “Nggak ada apa-apa”, atau jawaban singkat lainya. Ini terutama untuk masalah sekolah maupun pertemanannya. 

Padahal si Kecil ini sudah menghabiskan waktu berjam-jam di sekolah. Tentunya Moms gemas ingin tahu apa yang terjadi selama waktu tersebut. Apakah dia baik-baik saja? Apakah ada anak yang nakal terhadapnya? Atau, apakah dia bisa mengikuti pelajaran dengan baik?

Berikut beberapa cara yang mungkin bisa Moms lakukan agar si Kecil ini bisa membuka mulutnya untuk bercerita: 

Biarkan perutnya kenyang dulu

Menurut Rebecca Jackson, vice president program dan spesialis kognitif di Brain Balance Achievement Center, penting bagi orang tua untuk menyadari dulu bahwa dibutuhkan lebih banyak energi dan upaya bagi anak-anak untuk memikirkan kembali hari-harinya,  lantas memasukkan pengalaman itu ke dalam kata-kata alias bercerita. 

Jadi, si Kecil belum tentu enggan bercerita, tapi mungkin dia butuh energi terlebih dulu untuk membuka memori dan mulutnya. Pastikan si Kecil sudah makan camilan dengan protein, Moms. Biarkan dulu asupan energi ini diserap untuk tenaganya. Ini sekitar 20 hingga 30 menit, sebelum Moms mencoba dan membuatnya bercerita.

Bereksperimen dengan waktu

Menanyakan kepada anak-anak bagaimana kabarnya, tepat di saat ia baru melangkahkah kaki masuk ke rumah, mungkin Moms hanya mendapatkan jawaban yang singkat saja. Ini bisa mengecewakan ya, Moms.

Sebaiknya jangan memaksakan si Kecil untuk bercerita. Cobalah pilih waktu yang lebih santai. Misalnya, sewaktu dia menjelang tidur. Moms bisa bertanya sambil membantu si Kecil membereskan buku-buku dan peralatan sekolah. Saat akhir pekan juga bisa menjadi waktu santai anak. Ia sedang tidak terbebani tugas sekolah. 

Beberapa orang tua menjadikan waktu bertanya ini saat mengantarkan dan menjemput  anak ke sekolah, entah sambil berjalan atau saat di dalam mobil. Situasi yang membuat si Kecil tidak menatap orang tua secara langsung, terkadang membuatnya  lebih membuka diri.

Bertanya sambil beraktivitas

“Ketika ingin anak terbuka, kami bermain lempar tangkap kesukaannya,” kata Moms Amira. “Lalu saya bisa mengajukan pertanyaan kepadanya dan dia akan sangat cerewet.” 

Moms Deniwati lain lagi. Dia mengajak anaknya makan bersama di jaringan resto favorit anaknya. “Sambil makan ayam goreng kesukaannya, anak saya lebih mudah untuk dipancing bercerita,” ujarnya. 

Gunakan informasi yang sudah dimiliki tentang kelas, guru, dll.

Seperti seorang jurnalis, Moms mengajak anak bercerita itu jangan dengan pemikiran kosong. Moms juga menggali informasi tentang si Kecil, baik dari gurunya, teman sekelas atau teman bermainnya, dan Moms mengetahui jadwal  anak sehari-hari.  Baru kemudian menggunakan informasi itu untuk membantu memulai percakapan.

Buat catatan tentang kurikulum pelajaran anak, siapa saja guru-gurunya, siapa saja teman-temannya, apa saja kegiatan sekolah, termasuk juga menu di sekolahnya. Semakin banyak informasi, semakin kaya pula pertanyaan Moms. Dan memudahkan Moms merumuskan pertanyaan yang tepat sasaran kepada si kecil. 

Misalnya, Moms mengetahui hari itu ada pertandingan basket antar kelas di sekolah anak, dan si Kecil penyuka olahraga basket. Moms bisa bertanya lebih terperinci: “Pertandingan basket hari ini antara kelas berapa saja? Siapa yang menang? Anak yang menurut kakak palig bagus mainnya siapa?”

Pertanyaan yang lebih mengarah ke hal tertentu, lebih memungkinkan di jawab panjang daripada pertanyaan yang umum saja.

Buat pertanyaan spesifik, namun memungkinkan jawaban terbuka

Pertanyaan umum seperti , seperti: “Bagaimana keadaan di sekolah?” atau “Bagaimana harimu hari ini?” menjadi yang terlalu luas untuk membuat anak-anak terbuka, terutama pada si Kecil yang secara alami tidak cenderung tertutup. 

Sebaliknya, jika pertanyaan Moms juga terlalu spesifik, bisa jadi banyak pertanyaan Moms itu akan mendapat jawaban singkat, seperti:  "ya" atau "tidak", atau "baik" .

Jadi, coba mengajukan pertanyaan yang spesifik, tetapi membuka kemungkinan jawaban terbuka. Berikut beberapa contoh untuk dicoba:

Bisa pula membantu, bila Moms berbagi sedikit informasi tentang hari Moms atau tentang masa lalu Moms. Seperti, “Saat mama seusiamu, mama dan teman-teman selalu bermain XYZ saat istirahat. Kalau adek dan teman-teman suka melakukan apa? Bagaimana cara bermainnya”

Jangan langsung masuk ke mode pemecahan masalah

Saat anak bercerita, tahan mulut Moms untuk memberikan komentar menggurui, menasehati termasuk juga langsung memberikan solusi. Sekali pun Moms gemas untuk segera bertindak. 

Misalnya, si Kecil bercerita  kepada Moms tentang hal yang sebenarnya merupakan perundungan (apakah mereka penindas atau orang yang ditindas) Mulailah dengan benar-benar mendengarkan,  tidak peduli betapa sulitnya itu.

Beri si Kecil ruang untuk menjelaskan apa yang terjadi dan bagaimana perasaannya tentang hal itu. Bukan berarti Moms akhirnya akan lepas tangan. Tapi, terpenting anak merasakan dulu bahwa  orang tuanya benar-benar mendengarnya.

Dengan mendengarkan dengan cermat dan menunjukkan minat yang tulus pada cerita yang dibagikannya, ke depannya si Kecil akan merasa lebih terdorong untuk terus membuka diri.

Selamat mencoba ya, Moms.

Baca Juga :10 Cara Mendekatkan Ayah dengan Bayinya