Sleep apnea sebagai sindrom henti atau jeda napas bagian atas atau berkurangnya aliran napas saat tidur cukup sering terjadi pada anak di Indonesia, Moms.

Pada sebuah penelitian, kejadian mendengkur pada anak itu terjadi sebesar 31,6% pada anak usia 5-13 tahun. Dengkuran mereka  ini berupa habitual snoring (dengkuran yang kerap terjadi)  sebesar 5,2% dan occasional snoring (dengkuran sesekali)  sebesar 26,4%.

Banyak dampak yang merugikan jika si Kecil tidak dibantu untuk mengatasi sleep apnea yang dideritanya. 

Apa sajakah? Dan bagaimana mengatasinya?

Dampak sleep apnea

Moms perlu memperhatikan kemungkinan si Kecil mederita sleep apnea. Dampaknya bukan saja si Kecil kurang tidur yang mengganggu prestasi akedemiknya. Kondisi ini juga dapat membahayakan jiwanya. Ini bukan menakut-nakuti, lho…. Berikut bahayanya: 

1. Komplikasi neurobehavioral

Rasa mengantuk pada siang hari yang berlebihan dilaporkan terjadi pada 31% - 84% anak dengan sleep apnea. Keluhan lain yang dapat menyertai adalah:

-  Keterlambatan perkembangan, prestasi di sekolah yang kurang baik

- Hiperaktivitas, sikap yang agresi/hiperaktif, penarikan diri dari kehidupan sosial. 

- Sering terjadi gangguan kognitif yang lebih ringan dapat.

2. Berisiko alami gagal tumbuh. Komplikasi ini sering terjadi pada anak-anak dengan sleep apnea kira-kira 27 - 56%. 

3. Dapat mengakibatkan terjadinya hipertensi pulmonal, yaitu ekanan darah tinggi yang secara spesifik terjadi pada pembuluh darah arteri di paru-paru dan sisi kanan jantung. Ini bisa membahayakan jiwa anak.

4. Mengompol

5. Memungkinkan terjadinya infeksi respiratorik.

6. Gagal napas yang bisa berujung kematian.

Mengatasi sleep apnea

Dampak sleep apnea jelas merugikan dan membahayakan si Kecil. Moms perlu mencari soluasi untuk mengatasinya. Untuk itu, perlu dicari sumber penyebab dari sleep apnea yang terjadi pada anak. 

American Heart Association mengatakan sleep apnea yang terjadi pada anak-anak dan remaja biasanya terkait dengan tekanan darah tinggi dan perubahan struktur jantung. 

Di Indonesia, penyebab tersering kejadian sleep apnea pada anak adalah pembesaran kelenjar tonsil/ amandel dan adenoid.  Untuk penanganannya adalah tindakan operasi pengangkatan kelenjar amandel dan adenoid. 

Penyakit penyerta seperti asma dan rhinitis alergi serta sinusitis atau jika ada obesitas juga harus ditatalaksana untuk hasil yang maksimal.

Pada anak-anak diperkirakan  penyebab utamanya adalah pertumbuhan berlebih (hipertrofi) tonsil dan adenoid, serta kelainan struktur pada Pierre Robin dan Down Syndrome. 

Anak dengan kelainan tulang kepala–wajah atau anomali kraniofasial mengalami penyempitan struktur saluran napas yang nyata sehingga akan mengalami sumbatan saluran napas meskipun tanpa disertai hipertrofi adenoid.  Angka kejadian OSA pada anak perlu dicermati seiring dengan meningkatnya faktor risiko seperti obesitas. Angka ini bisa jadi makin meninggi, Moms. Dengan meningkatnya oebsitas di kalangan anak- anak, Moms. 

Baca Juga :Anak Mendengkur? Jangan Dianggap Enteng