Kekerasan terhadap anak Indonesia belum menunjukkan penurunan, Moms. Malah kasus kekerasan terhadap anak yang terjadi selama pandemi justru meningkat. Berdasarkan data SIMFONI PPA (Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak), pada 1 Januari – 19 Juni 2020 telah terjadi  3.087 kasus kekerasan terhadap anak, dengan kasus kekerasan seksual mencatat angka tinggi, yaitu  1.848 kasus kekerasan seksual.

Pada tahun ini, kekerasan anak ini juga  masih meningkat.  Per juni saja sudah tercatat 3.122 kasus perempuan dan anak.  Dengan mayoritas tetap kasus berupa  kekerasan seksual.  Duh, mengerikan ya, Moms. 

Untuk melindungi  dan menghindarkan si Kecil menjadi korban kekerasan seksual, Moms perlu melakukan langkah pencegahan. Lakukan secara rutin dan konsisten, dengan cara ini:

1. Ajarkan si Kecil untuk berani mengatakan “tidak” dan “stop” untuk perlakuan yang membuatnya tidak nyaman

Dan, Moms atau Dads atau orang dewasa lainnya yang dekat dengan anak juga perlu mengikuti kata "tidak" dan "stop" dari anak. Misalnya saat ia menolak dicium atau minta berhenti saat digelitiki. 

Anak belajar mengendalikan dan menghormati kenyamanan tubuhnya akan ditentukan oleh bagaimana reaksi orangtua terhadap permintaannya. Jangan  justru mengatakan seperti: "sedikit saja, dek", atau "masak adek nggak mau dicium". Bayangkan bila kalimat yang sama diucapkan orang yang berbahaya.

2. Ajarkan anak membedakan bagian tubuh yang aman dan tidak aman untuk disentuh

Contohkan kepada si Kecil sejak dini untuk membedakan bagian tubuh yang aman dan tidak aman untuk disentuh. Misalnya, tunjukkan sentuhan aman saat menjabat dan mencium tangan, dan jangan lakukan pula pada sembarang orang. 

Lalu,  jelaskan sentuhan tidak aman itu adalah saat memegang bagian tubuh yang tertutup rapat.

3. Biasakan anak untuk mempercayai intuisinya terhadap bahaya

Ada situasi saat seorang anak merasa khawatir saat bertemu orang tertentu atau melewati jalan baru atau tertentu. Atas nama mengajarkan anak menjadi anak yang pemberani, jangan selalu melarang anak mendengarkan yang dirasakannya ya, Moms.

Pahami ketidaknyamanannya. Lalu, anjurkan si Kecil berpikir cara untuk lebih berhati-hati, terhadap situasi atau orang tertentu, tanpa menjadi paranoid.  Seperti menyuruhnya melewati jalan yang ia merasa nyaman itu dengan menunggu sampai ada orang (yang ia rasakan nyaman)  untuk berbarengan melewati jalan, tidak masuk dan duduk di taksi sebelum orangtua masuk duluan, dan seterusnya.

4. Latih secara spesifik kemampuan anak menghadapi bahaya di tempat umum

Misalnya berteriak "tolong" dan bukan teriak "bunda/mama" akan lebih cepat membuat orang di sekeliling lebih waspada terhadap situasi yang dihadapi anak.

Kemudian, mintalah si Kecil untuk memerhatikan letak pintu dan stop kontak setiap masuk ke ruangan baru, dan berbagai teknik sederhana lainnya.

5. Bangun jaringan sosial pengaman anak

Perlahan-lahan bangun jaringan pengaman anak. Untuk ikut menjaga keamanan anak, Moms tidak bisa hanya mengandalkan pada  satu orang. Misalnya, mendekatkan anak kepada nenek dan kakaknya  sebagai orang yang bisa membantu menjaga anak dan bisa menjadi tempatnya bercerita. 

Dalam banyak kasus, orangtua bukan menjadi pihak pertama yang mengetahui tentang berbagai hal yang terjadi dan dirasakan anak.  Ini kenyataan yang menyedihkan, tapi sering terjadi. Untuk itu, anak perlu beberapa figur lain yang bisa membela dia.

 

6. Ajarkan anak tentang rahasia  baik dan buruk

 

Beri pengertian kepada si Kecil tentang informasi yang boleh disembunyikan dari orangtua. Sebaliknya juga berikan pengerahuan tentang hal-hal yang harus ia ceritakan kepada orang tua, sekali pun ia  diminta seseorang untuk tidak membocorkannya. Akan menjadi rahasia yang bisa berdampak buruk baginya bila ia tidak menceritakannya. 

Rahasia baik itu misalnya tentang hadiah ulang tahun Moms. Katakan ini rahasia baik karena akan memberi kejutan yang menyenangkan Moms.  Sebaliknya, merupakan rahasia buruk bila ia merahasiakan suatu kejadian yang telah membuatnya  ketakutan dan malu kalau nanti ketahuan Moms.

7. Tumbuhkan disiplin diri anak tanpa ancaman dan sogokan

Ini penting. Karena, pelaku kekerasan seksual dengan sengaja memilih anak-anak rentan yang mudah ketakutan, kecanduan pujian dan mencari imbalan untuk melakukan sesuatu.

 

8. Ajarkan bersikap terbuka

 

Pelaku kekerasan biasanya orang yang dikenal. Pelaku ini sering memakai teknik grooming untuk  mendekatkan dan mendapatkan kepercayaan anak, bahkan juga orang tua. 

Definisi Lembaga Internasional Masyarakat untuk Pencegahan Kekejaman terhadap Anak-anak atau National Society for the Prevention of Cruelty to Children (NSPCC), grooming merupakan upaya yang dilakukan seseorang untuk membangun hubungan, kepercayaan, dan hubungan emosional dengan seorang anak atau remaja sehingga mereka dapat memanipulasi, mengeksploitasi, dan melecehkan mereka.

Oleh karena itu, Moms, biasakan untuk terbuka dengan anak tentang orang-orang di sekitar. Ajak anak mengobservasi dan peduli pada perubahan perilaku siapa pun di lingkungan. Untuk anak mengenal ‘pertemanan’ yang baik, tidak melewati batas, di sini peran orang tua. Moms dan Dads perlu  membuka  percakapan tentang pengalaman sendiri dalam pertemanan agar si Kecil bisa mempelajarinya.

Baca Juga :3 Cara Kurangi Kekerasan Terhadap Perempuan