Moms kerap kesulitan membantu si Kecil mengerjakan PR sekolah? Moms tidak sendiri, banyak Moms yang mengalaminya. Sebuah survei baru dari Office Depot menemukan, hampir 25 persen orang tua menilai anak-anak mereka diberi lebih banyak pekerjaan rumah dari sekolah (PR) daripada yang bisa mereka tangani. Sementara, empat dari lima orang tua mengatakan: mereka cukup sulit untuk memahami PR anak-anaknya. 

“Kami terkejut menemukan bahwa hampir satu dari tiga orang tua mengaku ikut menyelesaikan PR anak mereka setidaknya sekali,” kata Natalie Malaszenko, SVP, eCommerce untuk Office Depot. 

Natalie memerkirakan orang tua, mungkin, merasa terdorong untuk menyelesaikan PR  anak mereka untuk membantu meminimalkan stres anak. Karena, 50 persen orang tua melaporkan anak mereka menangis karena stres karena tugas sekolah.

Banyak pekerjaan rumah yang diberikan sekolah. Apalagi di masa pandemi. Dengan tatap muka yang jarang dilakukan, beban PR ini dirasakan lebih tinggi ya, Moms. Namun, bukan hanya anak terbebani. Orang tua, terutama Moms, juga menjadi lelah menghadapinya. Lantas, bagaimana Moms dan si Kecil dapat menangani tugas-tugas sekolah tanpa kepanikan? Coba ikuti saran sejumlah ahli ini.

Baca juga : Tip Agar Anak Senang Belajar

Jadikan dapat diprediksi

“Buatlah dapat diprediksi, sebaiknya di tempat yang sama dan pada waktu yang sama setiap hari,” kata Joanne Ketch, seorang psikoterapis yang juga wakil kepala sekolah dan konselor sekolah di sekolah swasta persiapan perguruan tinggi di Texas. “Rutinitas ini melatih otak untuk mempersiapkan pekerjaan rumah dan belajar, dan otak akan mulai mengantisipasi aktivitas serta mempersiapkan diri untuk berada dalam mode terbaik untuk belajar.”

Siapkan ruang yang bebas gangguan

Lingkungan yang kondusif menjadi kunci, Moms. Denise L. Merchant, mantan direktur pendidikan khusus dan pendiri Seeds of Advocacy, sebuah perusahaan konsultan pendidikan, menyarankan agar orang tua menyediakan "ruang tenang, bebas dari gangguan". “Pastikan ada peralatan yang sesuai untuk anak: penggaris, kertas, penghapus dan pensil dan instrumen lain apa pun yang mungkin diperlukan,” kata Merchant, menambahkan bahwa orang tua juga harus mempertimbangkan pencahayaan, suhu, dan kebisingan.

Ambil lima menit untuk menenangkan pikiran

Sebelum memulai pekerjaan rumah, cobalah mengambil jeda beberapa saat untuk bersantai dan memfokuskan kembali. Meluangkan waktu beberapa menit dapat menenangkan pikiran dan menurunkan kepenatan si Kecil.

Petakan jadwal pekerjaan rumah di atas kertas

Dengan memetakan semua tugas dan proyek, akan membantu anak melihat secara visual apa yang perlu dilakukan, dan secara alami akan menghilangkan kecemasan. Prioritaskan dan kerjakan terlebih dulu PR yang akan segera jatuh tempo, Moms.  Dengan menyelesaikan tugas-tugas berprioritas tinggi itu akan membuat si Kecil lebih percaya diri untuk menangani tugas-tugas berikutnya, Moms. 

Kumpulkan potongan kecil untuk ditambahkan ke proyek yang lebih besar

Saat si Kecil bertambah besar, terkadang bisa membuat orang tua kewalahan untuk membantu PR anak karena PR semakin rumit dan banyak. Untuk itu, Emily Levitt, Wakil Presiden bidang pendidikan di Sylvan Learning, menyarankan memecah PR itu menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Tunjukkan kepada si Kecil manfaat dari memecahkan tanggung jawab selama beberapa hari atau minggu. Proyek akan lebih mudah dikelola dan juga kemungkinan mengarah ke nilai yang lebih tinggi. Dan Moms pun akan lebih banyak waktu untuk memeriksa PR anak.

Kerjakan tugas paling mudah atau paling sulit terlebih dahulu? Jawabnya: tergantung

“Sudah menjadi sifat manusia untuk menunda tugas yang tidak ingin kita lakukan. Dan dalam mengatur urutan pekerjaan rumah, siswa sering menunda melakukan tugas yang paling tidak mereka sukai. Dari sudut pandang produktivitas, melakukan tugas sulit terlebih dahulu menghemat dan mengelola energi dengan baik,” kata Ketch  

Dengan menunda mengerjakan PR yang lebih sulit, secara alami stres tetap berlangsung. Akhirnya, menurut Ketch, anak memiliki lebih sedikit energi untuk menangani yang paling sulit. Ini meningkatkan stres.

Namun, Levitt, merekomendasikan sebaliknya. “Dorong anak untuk memulai mengerjakan PR yang tampaknya mudah. Perasaan pencapaian dan kepercayaan diri yang dihasilkan dari menyelesaikan satu hal (PR) membantu sesi membuat PR  tetap positif. Sehingga, beralih ke PR lebih kompleks akan lebih mudah.”

Jadi, mengerjakan PR ini benar-benar tergantung pada si Kecil dan preferensinya, Moms. Mungkin, Moms bisa mencoba keduanya untuk melihat mana yang bekerja lebih baik bagi si Kecil.

Beri camilan yang memicu otak

Sebelum mulai mengerjakan PR atau waktu belajar, Moms bisa memberikan camilan sehat. Pilihlah camilan  yang memicu otak seperti smoothie, hummus dan sayuran, kacang-kacangan dan biji-bijian.

Baca juga : Inspirasi Makanan Anak yang Sehat dan Mudah di Masa Pandemi

Beristirahatlah setiap 20 hingga 50 menit

Penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa istirahat belajar dalam waktu 20 hingga 50 menit, lebih bermanfaat daripada memaksa terus mengerjakan PR ini dalam waktu yang lebih panjang. 

Saat break ini, Moms bisa mengajak anak bermain di halaman rumah daripada membiarkannya membuka sosmed atau youtube. 

Catat mata pelajaran/tugas anak dan laporkan ke guru

Jangan takut disebut orang tua cerewet untuk urusan sekolah anak. Tuliskan jenis pekerjaan rumah yang benar-benar membuat si Kecil menjadi kelelahan.  Bagikan informasi ini dengan gurunya. Mungkin ada perbedaan pembelajaran yang memerlukan diskusi lebih lanjut untuk mendapatkan dukungan individual yang lebih baik.  

Bimbing ke solusi, tapi jangan selesaikan masalah

Sebagai orang tua, wajar jika ingin membantu si Kecil ketika Moms melihat mereka sudah berjuang. 

Meski demikian, daripada mengambil alih, lebih baik Moms mendorong kebiasaan si Kecil bekerja mandiri sedini mungkin. Jika si Kecil bertanya tentang pekerjaan rumahnya, jangan langsung memberi jawaban. Melainkan  bimbing ia menemukan jawaban. Memang butuh waktu lebih panjang, tapi pada akhirnya perlu Moms ingat:  PR si Kecil adalah tugasnya sebagai siswa/I, bukan tugas orang tua yang harus mengerjakannya.