Vaginistis adalah infeksi atau peradangan yang terjadi di area vagina dan vaginitis. Infeksi umum terjadi pada wanita, setidaknya mengalami sekali dalam seumur hidup.

Moms yang mengalami vaginistis, mungkin, mengalami keputihan, merasakan gatal, terbakar, nyeri, dan bisa disertai bau yang kuat.

Beberapa infeksi vagina disebabkan oleh penyakit menular seksual. Tapi, umumnya bukan penularan penyakit seksual ini penyebabnya. Nah apa saja jenis vaginistis dan penyebabnya yang sering menyerang wanita dan  patut Moms waspadai?

Infeksi jamur atau candida

Infeksi jamur disebabkan jenis jamur candida. Seringkali yang menjadi penyebab jenis Candida Albicans. Dalam jumlah kecil,  candida tidak berbahaya untuk tubuh Moms, termasuk bila tumbuh di vagina. Tapi dalam kondisi tertentu, pertumbuhan candida bisa berlebihan, Moms. Inilah yang  menyebabkan infeksi vagina.

Kondisi tersebut, seperti perubahan kadar hormon karena kehamilan, pil KB, atau menstruasi. Kekebalan yang rendah karena kondisi medis seperti HIV atau AIDS, juga memicu pertumbuhan candida.

Gejala infeksi jamur ini, antara lain: timbul keputihan yang kental. Area V moms pun  terasa gatal dan menjadi kemerahan pada vulva (bibir area genital luar wanita) dan vagina.

Vaginosis bakterial

Seperti jamur, area V pun bisa menjadi area tumbuh bagi bakteri, salah satunya bakteri lactobacilli. Bakteri ini merupakan bakteri ‘ramah’ bagi vagina. Nah, ketika jumlahnya terlalu rendah, di sinilah memicu kondisi bakterial vaginosis. Mengapa? Karena memungkinkan pertumbuhan bakteri lain yang ‘tidak ramah’ bagi vagina, seperti bakteri gardnerella 

Vaginosis bacterial akan membuat Moms mengalami keputihan, bisa berwarna keruh dan kental atau  licin dan jernih. Timbul rasa gatal atau terbakar dan bau amis, terutama selama hubungan seksual.

Trikomoniasis

Trichomonas vaginitis atau trikomoniasis merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh parasit bersel tunggal;, yang disebut “trich”. Infeksi ini bisa ditularkan melalui hubungan seksual.

Gejala trikomoniasis mirip dengan infeksi vagina lainnya: terbakar, iritasi, kemerahan, dan pembengkakan vulva, dengan keputihan berwarna kuning keabu-abuan atau kehijauan, serta  kemungkinan disertai bau amis. Beberapa wanita juga mengalami rasa sakit saat buang air kecil.

Vaginitis klamidia

Klamidia adalah penyakit menular seksual yang dapat menyebabkan peradangan pada vagina. Beberapa wanita akan mengalami keputihan dengan klamidia dan beberapa tidak. Jika infeksi menyebar di luar vagina dan leher rahim, bisa jadi menyebabkan  pendarahan pada bukan waktu menstruasi atau setelah berhubungan seksual.

Klamidia sering kali datang tanpa gejala dan dapat bertahan lama serta merusak kesuburan, sehingga rajin-rajinlah melakukan skrining untuk area V.

Klamidia ini sering terjadi pada mereka yang berusia 18 hingga 35 tahun yang aktif berganti pasangan seksual .

Gonorea

Gonorea adalah infeksi menular seksual lainnya yang sangat menular, dan seringkali tidak menimbulkan gejala apa pun, tetapi dapat menyebabkan keputihan, nyeri saat buang air kecil, dan nyeri saat berhubungan intim.

Wanita yang menderita gonorea sering juga menderita klamidia. Jadi wanita yang dites positif untuk salah satu infeksi bakteri ini biasanya perlu diobati untuk infeksi lainnya.

Vaginitis virus

Virus juga dapat menyebabkan infeksi vagina, Moms. Sebagian besar virus yang secara langsung mempengaruhi vagina menyebar melalui kontak seksual. Virus herpes simpleks (HSV) atau human papillomavirus (HPV) penyebab terbanyak. 

Bila terkena vaginistis ini akan membuat nyeri di area genital akibat luka atau kutil. Luka atau kutil ini bisa jadi terlihat di vulva atau vagina, tapi dapat pula ada di area dalam vagina. Sehingga butuh pemeriksaan kandungan untuk cek lebih lanjut. 

Vaginitis non-infeksi 

Semprotan vagina, douche, sabun wangi, pelembut pakaian, deterjen wangi dan produk spermisida dapat menyebabkan reaksi alergi atau mengiritasi jaringan vulva dan vagina. Benda asing, seperti kertas tisu atau tampon yang tertinggal di dalam vagina juga dapat mengiritasi jaringan vagina. Semua ini bisa menimbulkan reaksi alergi atau iritasi seperti rasa gatal, terbakar, dan bahkan keputihan  yang terjadi tanpa infeksi (vaginitis non-infeksi). 

Vaginitis non-infeksi bisa juga dari tingkat hormon yang lebih rendah karena menopause atau karena ovarium diangkat. Ini bisa membuat vagina kering, suatu kondisi yang disebut vaginitis atrofi. Hubungan seksual bisa menyakitkan, dan mungkin merasakan gatal dan terbakar pada vagina.

Dari semua jenis vaginistis infeksi, ada 3 jenis yang paling umum menyerang wanita, yaitu infeksi jamur atau candida, vaginosis bakterial dan Trikomoniasis.

Baca Juga :Cara Mengatasi Infeksi Vagina