Sebagian besar dari Moms mungkin percaya diri tidak bakal tertipu oleh praktek scammer. Namun, rupanya beliefs atau keyakinan kita ini, justru bisa menempatkan diri kita sebagai pihak yang mudah termakan oleh ulah scammer ini lho, Moms.

Oh ya, scam adalah praktik penipuan atau pencurian uang melalui dunia maya, Moms.  Para pelakunya disebut scammer

Sebuah studi yang dilakukan oleh FINRA Investor Education Foundation, the Better Business Bureau Institute for Marketplace Trust, dan Universitas Minnesota meneliti perilaku seperti apa yang merupakan mangsa empuk dari para scammer.  Penelitian ini memakan waktu dua tahun, serta melibatkan 17 responden yang pernah mengajukan laporan ke BBB Scam Tracker, alat pelaporan penipuan online. 

Sepuluh dari responden ini kehilangan uang akibat ulah scammer, sementara tujuh responden tidak sampai hilang. Dalam wawancara dengan peneliti, responden mengungkapkan menerima telepon, email atau cara berkomunikasi lainnya di dunia maya dengan para scammer itu dengan beberapa cara: 

Selain para korban scammer, peneliti juga mewawancarai dua orang yang bekerja di call center luar negeri yang telah berhasil  menipu ratusan korban.

Studi tersebut menyimpulkan bahwa empat kerangka mental, yaitu pandangan tentang kepatuhan, peluang, kecerdasan, dan ketertiban,  dapat memengaruhi cara kita menafsirkan hal-hal yang kita dengar dari penipu.

Secara khusus, para peneliti studi tersebut menemukan bahwa seseorang lebih mungkin kehilangan uang dalam penipuan oleh scammer ini jika memegang keyakinan berikut:

  1. Keyakinan bahwa otoritas tidak boleh ditantang.
  2. Keyakinan peluang finansial adalah  zero-sum game, yaitu  kondisi yang menggambarkan bahwa jumlah keuntungan dan kerugian dari seluruh peserta dalam sebuah permainan adalah Nol. Artinya keuntungan yang dimiliki atau didapatkan oleh seorang itu berasal dari kerugian yang dialami orang lainya.
  3. Keyakinan bahwa dunia telah diatur sedemikian rupa, sehingga akan selalu memberi penghargaan kepada orang-orang baik. Akhirnya banyak yang lengah, sehingga percaya bahwa orang baik akan selalu mendapat rejeki yang tidak terduga. 
  4. Keyakinan bahwa mengajukan terlalu banyak pertanyaan dapat membuat seseorang tampak bodoh. Akhirnya, Moms jadi mudah percaya pada apa yang disampaikan scammer tersebut.

Nah, apakah Moms memiliki keyakinan seperti  salah satu di atas? Kalau iya, jangan langsung paranoid Moms pasti akan menjadi salah satu korban scammer. Moms bisa jadi rentan terhadap ulah scammer, tapi belum tentu menjadi korban. 

Menurut para peneliti studi tersebut,  ketika subjek penelitian memiliki pengetahuan tentang penipuan keuangan umum, mereka cenderung tidak ditipu. Mereka yang tahu sedikit tentang penipuan spesifik juga memiliki kemungkinan 80% lebih kecil untuk tertipu. Bahkan ketika akhirnya terlibat dengan scammers, mereka punya kemungkinan lebih dari 20%  lebih kecil untuk kehilangan uang pada akhirnya.

Pelajarannya, apa pun cara pandang Moms, jangan terlalu percaya diri para scammer tidak mungkin menipu Moms. Sepatutnya tetap berhati-hati. Salah satu cara adalah mengetahui informasi tentang cara dam taktik para oknum pelaku scammer. Beberapa media sering membagikan taktik  ini, Moms. 

Dengan pengetahuan itu seandainya para scammer berhasil menghubungi, Moms tidak akan termakan oleh apa pun tipuan, rayuan maupun muslihat mereka. 

Baca Juga :Jika Menjadi Korban Pelecehan dan Gangguan Dunia Siber