Perabotan berbahan plastik cenderung paling banyak Moms gunakan, mulai dari wadah bekal, bungkusan sayur, dan banyak lagi. Namun, di sisi lain, bahan plastik merupakan penyumbang terbesar pencemaran lingkungan. 

Dilansir dari asumsi.co, berdasarkan laporan “Plastic and Climate” pada 2019, proses produksi dan pembakaran plastik berkontribusi terhadap penambahan 850 juta ton karbon dioksida di atmosfer. Kesadaran terhadap lingkungan ini dapat Moms mulai dengan memahami jenis-jenis bahan plastik di rumah dan bahayanya bagi kesehatan agar dapat menggunakan dan meminimalisasinya sebaik mungkin.

Baca Juga : Botol Susu Kaca VS Plastik, Mana Lebih Baik?

PET/PETE/Polyester

Polyethylene Terephthalate berkode 1 atau PETE pada kemasan, biasanya digunakan sebagai pembungkus makanan dan minuman kemasan karena kemampuannya mencegah oksigen masuk sehingga produk tersebut basi. PET juga mencegah karbon dioksida dalam minuman berkarbonasi keluar. Jenis plastik ini mengandung antimon trioksida, yaitu zat yang dianggap karsinogen atau menyebabkan kanker. Semakin lama minuman disimpan di dalam wadah berbahan PET, semakin besar risiko antimon dilepaskan. Temperatur hangat, misalnya di dalam mobil, juga dapat mempercepat pelepasan zat antimon ini, Moms. Maka, sebaiknya hindari penggunaan kemasan bertanda PET/PETE berulang kali, Moms.

HDPE atau PEDH

High-density Polythylene berkode 2 atau PEHD ini lebih kuat dan tebal dibanding PET, biasanya digunakan sebagai botol sampo, botol susu, galon air minum, dan kemasan berbahan plastik tebal lainnya. Tidak hanya dapat didaur ulang, HDPE relatif lebih stabil dan kuat dibandingkan PET, dan dianggap sebagai pilihan aman untuk makanan dan minuman dan dapat digunakan berulang kali. 

PVC

Polyvinyl Chloride berkode 3 atau V pada kemasan, biasanya digunakan untuk pipa air minum dan limbah, kabel, alat medis, kaset, dan plastik segel tutup botol. Proses pembuatan hingga pembuangan PVC dinyatakan sebagai penyebab risiko kesehatan serius sekaligus pencemaran lingkungan. PVC merupakan jenis plastik paling berbahaya karena mengandung berbagai bahan kimia beracun yang larut dan menyebabkan kanker, gejala alergi pada anak, dan mengganggu sistem hormon manusia, Moms. Bagi lingkungan, PVC sulit didaur ulang. Maka, penggunaan PVC semakin dihindari.\

LDPE

Low-density polyethylene berkode 4 atau LDPE pada kemasan, biasanya digunakan untuk kantong plastik, tas belanja, bungkus makanan, dan lainnya. Jenis ini cukup tahan lama dan dapat digunakan berulang kali. Setelah penggunaan, sangat dianjurkan untuk mendaur ulangnya karena butuh ratusan tahun bagi tanah untuk mengurainya, Moms.

PP

Polypropylene berkode 5 atau PP, bersifat lebih kaku dan tahan panas, sehingga banyak digunakan untuk wadah makanan panas, kotak yogurt, sedotan plastik, selotip. Walau dari sisi penggunaan sangat efektif, bahan PP agak sulit didaur ulang dan dapat menyebabkan asma dan gangguan hormon bagi manusia, sehingga lebih baik kurangi penggunaannya.

PS

Jenis polystyrene ini berkode 6 atau PS dan lebih Moms ketahui sebagai Styrofoam yang sering digunakan untuk wadah makanan, telur, gelas dan mangkuk sekali pakai, dan pengemasan lainnya. Ketika terekspos panas dan makanan berminyak, bahan ini dapat melepaskan styrene yang beracun bagi otak dan sistem saraf, juga berdampak pada gen, jantung, hati, dan sistem imun. Ditambah lagi, bahan PS sulit diuraikan dan didaur ulang. Melihat bahayanya, sebaiknya hindari penggunaan Styrofoam ya, Moms.

Other atau O

Jenis plastik ini berkode angka 7 atau O adalah jenis plastik yang tidak termasuk dalam kategori di atas, dan sangat berbahaya karena menghasilkan racun Bisphenol-A (BPA). Racun ini dikaitkan dengan masalah kromosom pada ovarium perempuan, penurunan produksi sperma pada laki-laki, gangguan beberapa organ dan hormon.