Belum lama ini, pihak Commuter Line atau KRL Jabodetabek mengeluarkan larangan penggunaan masker berbahan scuba dan buff bagi penumpangnya. Peraturan ini seiring dengan dengan diperketatnya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta. Mengapa scuba mask dan buff tidak dianjurkan untuk dijadikan masker?

Bahan terlalu tipis

Kini masker menjadi benda wajib yang harus digunakan, terutama saat keluar rumah untuk mengurangi risiko penularan virus Covid-19, Moms. Permintaan masker pun semakin tinggi, mulai dari habisnya stok masker medis di toko dan apotek, hingga munculnya beragam alternatif bahan dan desain motif masker yang dibuat dan dijual masyarakat.

Sebagai salah satu upaya penerapan protokol kesehatan yang tepat, KRL meminta penumpang untuk menutup mulut dan hidung secara sempurna menggunakan masker yang terbukti efektif menangkal virus yang tersebar melalui partikel kecil di udara. Bahan scuba dan buff merupakan bahan yang terlalu tipis dan justru membahayakan.

Dilansir dari kumparanSAINS, ketidakefektifan masker scuba dan buff dibuktikan dari hasil studi eksperimental dengan perangkat laser sederhana. Hasilnya dapat disimpulkan bahwa bahan buff justru bisa memecah dan menggandakan droplet yang berpotensi mengandung virus menjadi partikel yang lebih kecil.

Masker buff adalah jenis penutup wajah, bagian kepala, dan leher yang biasanya digunakan pengendara motor. Masker jenis ini tidak diproduksi untuk digunakan saat melindungi diri dari virus pandemi, Moms. Bahkan, perusahaan Buff sendiri, yang terkenal dengan penutup multifungsi di Amerika ini, mengonfirmasi bahwa produknya belum dibuktikan secara medis oleh CDC dan WHO sebagai pelindung selama pandemi.

Sementara masker scuba terbuat dari perpaduan kain polyester dan likra atau spandeks dengan ketebalan sekitar 1-3 mm. Kain ini memiliki kerenggangan elastisitas hingga 40 persen. Biasanya digunakan sebagai bahan pakaian olahraga atau legging karena sifatnya yang elastis. 

Pilihan masker kain

Masker scuba dan buff sama-sama menggunakan satu lapisan saja dan bahannya terlalu tipis sehingga kurang efektif menangkal virus.

Efektivitas masker scuba dalam menangkal virus juga hanya 0 – 5 persen, jauh di bawah masker lain, yaitu masker N95 memiliki efektivitas 95 – 100 persen, masker bedah 80 – 95 persen, masker FFP1 80 – 95 persen, dan masker bahan tiga lapis 50 – 70 persen.

Baca Juga : Cara Mencuci Masker Kain

Masker kain yang baik menurut standar WHO adalah masker yang berbahan tiga lapis, lapisan dalamnya berbahan yang menyerap, seperti kapas, lapisan tengah bukan bahan tenunan, seperti polypropylene, dan lapisan luar dari bahan yang tidak menyerap, seperti polyester.

Kemampuan masker kain tiga lapis dalam menyaring partikel lebih baik dibanding masker scuba dan buff yang sekadar “menutup” mulut dan hidung.