Pernikahan seharusnya mengeluarkan segala hal yang baik bagi diri Moms. Jika, yang terjadi malah sebaliknya, pasangan lebih banyak menimbulkan kecemasan dan stress daripada kegembiraan dan kedamaian, sepertinya ada yang harus diperbaiki dalam hubungan Moms dan pasangan. 

Mom perlu memperhatikan tanda-tanda peringatan dalam diri Moms, yang diakibatkan oleh pasangan yang memicu toxic relationship,  sehingga Moms bisa memutuskan langkah selanjutnya untuk memperbaiki pernikahan ini. Sebelum segalanya semakin memburuk, Moms. 

Menjadi  bingung tentang masa depan

Merupakan hal yang wajar jika Moms mempertanyakan tentang masa depan bersama Dads. Terikat dalam pernikahan, bukan berarti Moms tidak boleh mempertanyakan hal ini. 

Moms bisa saja mengajukan pertanyaan kepada pasangan tentang masa depan bersamanya. Namun, jika Dads tampaknya menghindari topik atau memberikan jawaban yang rumit dan beragam, maka ini mungkin tidak berhasil untuk Moms. Tidak ada pria yang mencintai dan ingin menghabiskan sisa hidupnya dengan seorang wanita, akan kebingungan tentang arah hubungan dengan wanita yang dicintainya. 

Tidak bisa fokus pada apa pun, kecuali hubungan

Jika Moms  terus-menerus khawatir dan terlalu memikirkan hubungan bersama Dads, dan kesulitan berfokus pada hal lain, inilah saatnya untuk mengevaluasi kembali hubungan ini. 

Suatu hubungan seharusnya memberi Moms kedamaian dan kebahagiaan. Begitulah seharusnya ketika Moms memiliki pasangan hidup, apalagi telah terikat dalam perkawinan. Namun, bila pernikahan selalu membuat Moms khawatir,  coba pikirkan kembali alasan di balik ini semua. Dan, segera lakukan langkah-langkah untuk memperbaikinya. 

Selalu dalam suasana hati yang buruk

Menjadi kesal terhadap sesuatu hal, atau terkadang menjadi sedih itu hal yang normal saja terjadi. Perkawinan tidak menjamin segalanya selalu berlangsung membahagiakan ya, Moms. 

Namun, jika Moms begitu mudah tersulut emosi, bahkan untuk  hal-hal yang kecil atau merasa kesal atau jengkel pada semua hal dan semua orang di sekitar, ini  bukanlah perilaku normal lho, Moms. 

Bisa jadi perilaku yang bertemperamen tinggi ini menjadi luapan dari kekesalan atau kemarahan Moms terhadap hubungan bersama pasangan. Inilah saatnya untuk Moms menerima kenyataan bahwa Dads memang mengeluarkan yang terburuk dalam diri Moms.

Tidak menjadi diri sendiri 

Pernahkah ada sahabat atau kerabat yang memberitahu Moms bahwa Moms adalah orang yang berbeda bila berada di dekat pasangan Moms? Apakah Moms merasa seperti berjalan di atas kulit telur bersamanya, sehingga sangat berhati-hati dalam berkata atau berperilaku di hadapannya? Atau, apakah Moms terus-menerus memikirkan hal-hal di kepala,  sebelum berbicara di depannya? 

Jika Moms baru saja menjawab “iya” untuk pertanyaan di atas, maka moms mengikatkan diri dengan pria yang sebenarnya ‘tidak mudah’ bagi Moms.  Berada di dekatnya membuat tidak nyaman. Seorang pria, apalagi sudah menjadi suami,  seharusnya membuat dirinya terasa nyaman dan mudah bagi Moms untuk berkomunikasi dan bersikap.    

Ketika masih dalam masa pacaran bila pasangan membuat seorang wanita merasa hal seperti di atas, maka inilah tanda-tandanya untuk segera meninggalkannya.

Nah, bagaimana jika sudah terikat pernikahan? Jangan begitu mudah memutuskan untuk mengakhiri pernikahan. Coba cari cara untuk mengevaluasi dan introspeksi terhadp diri Moms dan Dads. Bila perlu, cobalah minta bantuan konsultan perkawinan untuk ini. 

Terpenting baik Moms dan Dads mencoba terbuka untuk saling memahami dan memperbaiki diri. 

4 Kebiasaan Hubungan yang Dianggap Toxic, Tapi Justru