Moms mungkin pernah atau sedang melewati malam-malam tanpa tidur dan hari-hari yang melelahkan saat si Kecil baru lahir. Sebagaimana bayi umumnya, si Kecil juga sering menangis dan apa pun yang Moms lakukan, rasanya tidak membuat si Kecil tenang. 

Kabar baiknya Moms, bayi yang sering menangis menjadi pertanda bayi sehat. Penemuan terbaru menunjukkan bahwa bayi baru lahir yang sering menangis cenderung lebih sehat dan berkembang secara normal. 

Umumnya bayi sering menangis hingga menginjak usia tertentu, dokter anak Dr. Ronald G. Barr menyebut fase ini dengan purple crying. Fase purple crying pada anak tidak ada hubungannya dengan warna ungu, Moms. Purple merupakan akronim yang menggambarkan karakteristik bayi saat menangis terus menerus selama periode tertentu.

Baca Juga: 5 Alasan Anak Menangis yang Moms Perlu Tahu

Purple crying adalah periode perkembangan di mana bayi sering menangis pada waktu tertentu hingga usia tertentu, serta sulit ditenangkan dengan cara apa pun. Biasanya periode purple crying dimulai pada 1 - 2 minggu sejak kelahirannya dan secara bertahap hilang pada usia 3 atau 4 bulan.

Moms tentu khawatir ada yang salah jika si Kecil terus-terusan menangis,  namun bisa jadi hal ini adalah sebagian dari pertumbuhannya. Sebelum itu, sebaiknya kenali dulu karakteristik purple crying dan cara mengatasinya.

Kepanjangan dari PURPLE adalah Peak of crying, Unexpected, Resist soothing, Pain-like face, Long-lasting, dan Evening. Dalam bahasa Indonesia berarti waktu puncak menangis, tak terprediksi, tidak mau ditenangkan, wajah bayi seperti kesakitan, bertahan lama, dan malam hari.

P atau waktu puncak menangis menggambarkan usia Si Kecil sering menangis, Moms. Biasanya dimulai dari usia 2 minggu, puncaknya pada usia 2 bulan, dan hilang pada usia 3 - 4 bulan.

U atau tak terprediksi, yaitu jika si Kecil sering terkikik lalu menangis di detik berikutnya. 

R atau tidak mau ditenangkan, yaitu apa pun yang Moms coba untuk menenangkan si Kecil, tetapi tak berhasil dan tetap menangis. Hal ini cukup membuat Moms frustasi.

P atau wajah seperti kesakitan, yaitu saat menangis ekspresi bayi seperti kesakitan, padahal sebenarnya tidak. Hal ini tentu membuat Moms khawatir.

L atau bertahan lama, yaitu tangisan si Kecil bisa berlangsung lama, sekitar 5 jam hingga sehari atau bahkan lebih. 

E atau malam hari, yaitu si Kecil seringnya menangis pada sore dan malam hari.

Baca Juga: Pola Tidur Bayi Usia 4 - 6 Bulan, Atasi Rewel di Malam Hari

Jika keenam ciri ini dialami si kecil, berarti ia mengalami fase purple crying, Moms. 

Merawat bayi selama fase ini membutuhkan banyak kesabaran, usaha, dan ketekunan. Simak tip berikut untuk membantu Moms menghadapi dan menenangkan si Kecil yang sedang berada dalam fase purple crying

Baca Juga: Cara Menenangkan Bayi Rewel A la Mona Ratuliu

  • Kontak kulit-ke-kulit

Moms dapat mencoba menenangkan bayi dengan melepas semua pakaiannya (kecuali popok) dan meletakkannya tepat di dada. Kontak kulit-ke-kulit dengan Moms dianggap dapat mengurangi tangisan dan dapat membantu mengurangi stres dan kecemasan.

  • Membedong bayi 

Membedong si Kecil dapat membuatnya merasa aman dan nyaman, serta menenangkan, Moms.

  • Menghibur bayi

Ketika si Kecil menangis, cobalah untuk menghiburnya dengan menatap matanya, berbicara dengannya, mengusap punggungnya dengan lembut, dan meletakkannya di bahu. Beberapa bayi mungkin perlu menyusu atau menghisap dot atau jari agar tenang, mengisap dapat menenangkan detak jantung bayi, mengendurkan perut, dan membantunya tenang.

  • Memandikan dengan air hangat

Teknik lain untuk membuat bayi berhenti menangis adalah dengan memandikannya dengan air hangat atau menyeka tubuh bayi dengan waslap.

  • Membawanya jalan-jalan di lingkungan sekitar rumah 

Terkadang, mengajak bayi berjalan-jalan di taman juga dapat membantu. Udara segar dan perubahan lingkungan bisa menenangkan bayi dan meredakan kecemasannya.

Namun, jika tangisan si Kecil cukup berlebihan disertai dengan gangguan tidur dan makan, serta melampaui usia 4 bulan, bisa jadi bukan termasuk purple crying, melainkan terkait psikologis, seperti ADHD. Sebaiknya perhatikan perilaku si kecil, Moms.