Ingatkah dulu masa kecil Moms bermain? Moms bisa bebas memanjat pohon jambu, bermain petak umpet, meluncur dengan sepatu roda atau skate board dan keliling naik sepeda ramai-ramai bersama teman-teman. Ibu atau ayah Moms tetap di rumah. Mereka memercayai anaknya bermain aman dan pulang tepat waktu untuk mandi di sore hari. 

Tapi, apa yang terjadi pada kebanyakan anak sekarang ini? Saat ini,  semakin jarang orang tua membiarkan anak-anaknya bermain hanya bersama teman-teman, apalagi di luar rumah jika tidak ada yang mengawasi. Moms lebih memilih si Kecil hanya  berdiam di rumah saja. “Nanti bisa luka, didorong oleh temannya atau terantuk batu, “ antara lain kekhawatiran Moms. 

Padahal, menurut Mariana Brussoni, professor di  University of British Columbia dan Rumah Sakit Anak British Columbia, membiarkan anak bermain di luar dan berisiko berhadapan dengan alam ‘luar’ dan bermain bersama teman teman yang diistilahkan sebagai permainan berisiko, itu penting bagi perkembangan anak. 

Dalam film dokumenternya The Nature of Things The Power of Play yang ia buat berdasarkan penelitian bertahun-tahun tentang manfaat bermain berisiko bagi anak-anak,  Brussoni menjelaskan permainan berisiko memang memberikan risiko tertentu bagi  anak-anak, tetapi sekaligus permainan yang mendebarkan dan mengasyikkan.

Baca Juga :6 Tahap Perkembangan Bermain Anak, Yuk Simak!

Apa sajakah jenis permainan berisiko ini?

Ini beberapa contoh permainan anak yang dikategorikan berisiko:

Manfaat dari permainan berisiko

Permainan berisiko membuat anak-anak untuk bereksperimen dan mendorong diri mereka sendiri untuk mencari tahu apa yang akan terjadi, tanpa mengetahui kepastian hasilnya. Jika anak-anak bersikap pasif dengan permainan ini, maka permainan akan menjadi membosankan. Tapi kalau  mereka terlalu agresif, maka permainan akan menjadi terlalu menakutkan. 

“Ketika membiarkan anak-anak bermain itu menjadi cara mendasar bagi mereka untuk memahami dunia: bagaimana dunia bekerja, bagaimana tubuh mereka bekerja,” kata Brussoni. 

Permainan berisiko pada anak usia dini dapat membantu mengembangkan kepercayaan diri, ketahanan, kemampuan fungsi eksekutif, dan bahkan keterampilan melakukan manajemen risiko. Dan penelitian Brussoni memperlihatkan risiko cedera malah berkurang pada  anak yang memainkan permainan berisiko. 

Moms masih khawatir membiarkan si kecil memainkan permainan berisiko? Ini kiatnya:  

Misalnya Moms membolehkan si Kecil bermain di taman.  Di area ini mungkin ada ranting tajam atau semak berduri yang mungkin melukai si Kecil. Daripada Moms sibuk sendiri menyingkirkan berbagai ranting, dahan atau benda-benda lain yang kemungkinan bisa melukai si Kecil. Coba Moms atau Dads mengajarkan anak untuk menilai situasi bersama area permainannya. 

Mintalah anak untuk menyingkirkan ranting tajam. Atau mengenalkannya menilai semak yang berduri, sehingga anak menghindarkan diri untuk menginjaknya atau malah menyingkirkannya agar aman bermain. 

Saat  Moms mengantar anak ke sekolah setiap hari,  bimbinglah  si Kecil untuk mengenal potensi bahaya di sekitar dirinya. Misalnya, mengenal lubang-lubang, selokan atau ukuran batu yang berbahaya jika bersepeda, berjalan harus di trotoar, jangan berbicara atau ikut dengan orang yang tak dikenal. Sehingga ketika saatnya si Kecil ingin bersepeda bareng dengan temannya  ke sekolah, Moms percaya anak sudah membangun kepercayaan diri dan mempersiapkan diri untuk petualangan solo-nya.

Ketakutan orang tua dapat menghalangi untuk memberikan kebebasan bagi anak bermain mandiri. Kekhawatiran tentang penculikan dan akan cedera, dan ketakutan pendapat orang-orang yang mencap sebagai orang tua cuek atau tidak peduli anak,  seringkali mendorong orang tua menghalangi anak bermain permainan berisiko.

Tetapi statistik dari sebuah penelitian  bahwa anak-anak perlu menghabiskan waktu bermain setidaknya tiga jam per hari setiap hari dan selama 10 tahun,  sebelum akhirnya mereka cenderung mendapatkan cedera yang membutuhkan perawatan. Jadi kemungkinan kecil dibandingkan manfaatnya bagi anak.

Alih-alih langsung berteriak saat melihat anak mulai memanjat agak tinggi atau ia berlari terlalu cepat saat bermain, coba tahan dulu teriakan Moms (disarankan Brussoni, 17 detik). “Mundur dan lihat bagaimana anak bereaksi terhadap situasinya, sehingga Anda benar-benar bisa lebih memahami apa yang mereka mampu saat Anda tidak menghalangi," saran Brussoni.

Dengan cara ini, Moms memberi kesempatan kepada anak  untuk mencari tahu sendiri apa yang nyaman dan apa yang dapat/mampu ia lakukan, sambil memungkinkannya  untuk mengembangkan keterampilan manajemen risiko.

Dalam The Power of Play, Brussoni menyatakan hal terpenting yang perlu dilakukan orang tua adalah berikan lingkungan bermain kepada anak-anak, dan kemudian biarkan mereka bermain. Bukan berarti permainan berisiko anak ini tidak perlu diawasi. Moms bisa mengawasi dari jauh, atau sesekali mengecek ke taman. 

Untuk anak-anak yang lebih kecil, Moms boleh saja tetap di sekitar area bermain, dan memberikan bimbingan baginya bermain. Tapi bukan berdiam terus menerus di sampingnya seperti bodyguard.

Baca Juga :Tip Mencegah Anak Cidera Saat Bermain