Mengambil keputusan adalah salah satu keterampilan hidup yang mutlak dimiliki setiap individu. Sebab, hidup sendiri merupakan rangkaian pengambilan keputusan tanpa henti. Oleh karenanya, mendidik anak untuk bisa mengambil keputusan merupakan salah satu PR penting setiap orang tua. Tapi bagaimanakah caranya? Nah, Moms, mari disimak ulasannya berikut ini. 

Belajar Memilih 

Dalam bukunya yang berjudul “Saatnya Melatih Anakku Berpikir”, psikolog anak Toge Aprilianto menyampaikan bahwa untuk bisa sampai ke tahap membuat keputusan sendiri, ada banyak tahapan pembelajaran yang harus dilalui anak. Salah satunya, anak harus lulus belajar memilih dulu. Kapan anak diajarkan memilih? Anak bisa belajar memilih ketika dia mulai mengenal konsep enak dan tidak enak. Bila enak ia akan setuju, dan jika tidak enak dia akan menolak. Ketika Moms menyadari si Kecil sudah menunjukkan pemahaman akan enak-tidak enak, Moms bisa memfasilitasinya belajar memilih. 

Keterampilan memilih pertama yang perlu diajarkan adalah memilih antara enak dan tidak enak. Caranya, Moms mulai membiasakan si Kecil membuat pilihannya sendiri dengan bertanya padanya dua opsi yang terdiri dari sesuatu yang disukainya dan tidak disukainya. Misal, Moms menawarkan apakah dia ingin makan brokoli atau biskuit. Jika ketika Moms membalik opsinya menjadi “mau biskuit atau brokoli?”, dan jawabannya masih sama, berarti ia sudah bisa membedakan mana yang enak dan tidak enak. 

Belajar Tidak Serakah 

Setelah anak mahir membuat keputusan antara yang enak dan tidak enak, ia bisa belajar untuk memilih di antara dua pilihan yang sama-sama enak. Jika si Kecil menginginkan semua opsi, katakan padanya bahwa justru dia tidak akan mendapatkan apapun. Cara ini agar kita bisa mendidik anak untuk bisa mengambil keputusan tanpa mengikuti nafsu dan menjadi serakah.

Baca Juga: Mendidik Anak Agar Tidak Egois Tanpa Memaksanya Berbagi

Belajar Konsekuensi Melepaskan Hak Pilih 

Nah, selanjutnya jika anak sudah lulus kedua tahap di atas, ditandai dengan kesiapan memilih dari alternatif yang ditawarkan, dia bisa naik kelas ke belajar memilih antara hal tidak enak dengan tidak enak. Jika anak tidak mau memilih, maka kita beritahu padanya bahwa karena dia tidak mau memilih maka Moms yang akan membuat pilihan. Dengan begini anak akan tahu, bahwa ketika dia melepaskan hak pilihnya dia akan menghadapi situasi yang lebih tidak enak. 

Dengan menguasai keterampilan memilih ini, harapannya kita akan mendidik anak untuk bisa mengambil keputusan yang bijak di masa depan, dan tumbuh menjadi pribadi yang sanggup dewasa dan menerima konsekuensi keputusannya sendiri. Bagaimana, Moms? apakah siap memfasilitasi si Kecil belajar memilih?

Baca Juga: Peran Keluarga dalam Perkembangan Anak Menurut Psikolog