Tingkah si Kecil memang menggemaskan, Tapi ada kalanya tingkah lakunya memancing emosi. Membuat Moms marah dan sulit mengendalikan emosi. Nyatanya, marah apalagi disertai teriakan atau kekerasan fisik sama sekali tidak membantu mendisiplinkan anak. 

Menurut Lucie Cluver, profesor Pekerjaan Sosial Anak dan Keluarga dari Universitas Oxford, tidak ada anak yang buruk, yang ada hanyalah perilaku buruk. “Berteriak apalagi memukul, tidak akan berhasil memperbaiki tingkah laku anak, malah dalam jangka panjang akan berdampak buruk bagi kehidupan anak. Sikap orang tua seperti itu akan menciptakan “stres beracun” yang kelak menghasilkan sejumlah efek negatif, seperti kemungkinan putus sekolah yang lebih tinggi, depresi, penggunaan narkoba, bunuh diri dan penyakit jantung.” 

Waduh…. Dampaknya mengerikan ya Moms…

Baca juga: Tiger Parenting, Ciri dan Dampaknya Pada Anak

Prof Lucie Cluver lebih menekankan pendekatan disiplin positif dalam pengembangan hubungan yang sehat dengan anak Moms  dan menetapkan ekspektasi seputar perilaku. Alih-alih membuat hukuman dan menetapkan aturan larangan untuk anak. Berikut cara yang sehat dan nyaman untuk  mendisiplinkan  si Kecil: 

Rencanakan waktu 1-on-1

Waktu berduaan penting untuk membangun hubungan yang baik dengan anak-anak Moms. Bisa 20 menit sehari. Atau bahkan 5 menit. Moms  dapat menggabungkannya melakukan sesuatu, seperti mencuci piring bersama sambil menyanyikan lagu atau mengobrol. Beri perhatian pada momen seperti ini ya, Moms. Matikan ponsel dan TV. Ini waktu Moms bersama si Kecil. 

Beri pujian untuk sikap positifnya

Anak-anak berkembang dengan pujian. Itu membuat mereka merasa dicintai dan istimewa. Pujilah jika si Kecil melakukan sesuatu yang baik, meskipun hanya berupa bermain selama lima menit dengan adiknya atau mau membereskan mainannya. Hal ini dapat mendorong perilaku yang baik dan mengurangi kebutuhan akan disiplin.

Tetapkan ekspektasi yang jelas

Beri tahu si Kecil dengan tepat tentang apa yang Moms ingin mereka lakukan. Cara ini jauh lebih efektif daripada memberi tahu mereka apa yang tidak boleh dilakukan.  

Contoh, saat Moms meminta anak untuk tidak membuat kekacauan, anak belum tentu mengerti apa yang harus dilakukan. Lebih baik katakan: "Ambil semua mainan, dan taruh di dalam kotak." Kalimat ini jelas mengungkapkan harapan atau apa yang Moms minta untuk mereka lakukan. 

Tetapkan ekspektasi realistis. Misalnya, meminta anak untuk diam sepanjang hari rasanya tidak mungkin ya, Moms. Tapi Moms bisa meminta si Kecil diam, saat Moms menerima telepon,  misalnya. 

Alihkan perhatian secara kreatif

Ketika si Kecil menjadi sulit, coba Moms alihkan perhatian mereka dengan aktivitas yang lebih positif. Misalnya, mengubah topic bicara, mengajak bermain, mengarahkan ke ruangan lain atau berjalan-jalan. 

Baca juga: Perilaku Anak yang Tak Boleh Diabaikan, Simak!

Gunakan konsekuensi yang tenang

Bagian dari si Kecil tumbuh dewasa adalah belajar bahwa jika ia melakukan sesuatu, maka sesuatu bisa terjadi sebagai konsekuensi/hasilnya. Di sini Moms bisa mendorong anak untuk berperilaku yang bertanggungjawab. Beri anak  kesempatan untuk melakukan hal yang benar dengan menjelaskan konsekuensi dari perilaku buruk mereka. 

Sebagai contoh, jika Moms ingin anak berhenti mencoret-coret dinding, Moms dapat menyuruhnya berhenti atau Moms akan mengakhiri waktu bermainnya. Ini memberi peringatan dan kesempatan baginya untuk mengubah perilaku. Jika tetap tidak berhenti, tindak lanjuti konsekuensinya dengan tenang dan tanpa menunjukkan amarah. Jika anak memilih berhenti, beri dia pujian. 

Bersikap konsisten adalah faktor kunci dalam mengasuh secara positif, itulah sebabnya penting untuk menindaklanjuti konsekuensinya.